DMCA.com Protection Status

Jumat, 03 Juli 2015

LOVE STORY (?) Part 3


     (Haloooo readers terdjindah aqoh... waahhh lama banget ya nungguin lanjutan story dari part sebelumnya? (uhmm..gak ada yang nunggu ya?) anggap aja ada ya wkwk. Nih aku udah ngebuat part 3 nya, semoga kalian gak mabok ya ngebaca nya. selain panjang, ceritanya juga rada absurd plus freaky. maklum penulis masih belum handal dalam mengontrol emosional dalam menulis. Yaudah happy REDDING yaa readers. kiss kiss kiss...)



    Pagi pun tiba, dengan cuaca yang cerah. Matahari menyinari seluruh penjuru bumi. Deyami masih belum terbangun dari tidurnya. Perjalanan melelahkan kemarin mungkin adalah salah satu alasan mengapa dia belum terbangun dari tidur nya saat ini. Hari sudah menunjukan pukul 10:30 pagi, deyami masih tertidur dengan nyenyaknya. Om Rudy dan Tante Yosi enggan untuk membangunkannya, karena mereka tau Deyami pasti terlalu lelah. Sampai akhirnya deyami terbangun karena deringan dan getaran ponsel miliknya yang berkali-kali berdering.

    ~I wish that I could be like the cool kids~ like the cool kids like the coll kids~

Ponselnya berdering berkali-kali hingga membuatnya terbangun. Deyami kemudian meraih ponselnya. Dengan keadaan yang masih mengantuk dan mata setengah tertutup, ia mencoba meraba-raba ponselnya dikasur untuk segeramengetahui siapa yang pagi-pagi sudah begitu sibuk menghubunginya berkali-kali seperti seorang penagih hutang. Seingatnya-ia tidak pernah berhutang kepada siapapun.

“Siapa sih pagi-pagi sudah sibuk menelepon!”  gumamnya sembari meraba-raba kasur mencari ponselnya. Dengan keadaan mata yang masih terpicing, ia tak kunjung menemukan keberadaan ponselnya. Deyami lantas membuka mata perlahan, kembali mencari ponsel yang terus berdering-sampai akhirnya ia menemukan ponselnya sudah berada dimeja sebelah tempat tidurnya. Sedikit janggal baginya mendapati ponselnya yang sudah berada dimeja. Seingatnya ponsel itu tidak pernah dcitaruhnya disana, namun iya tak ambil pusing. Ia meraih ponsel itu dan melihat siapa yang sudah begitu sibuk menelepon nya.
 "Ya ampun, maudy lagi maudy lagi. Ga tenang banget nih anak kalau ga ngagetin aku sehari saja”. Deyami mengerutu sambil mengangkat telepon dari maudy sahabatnya.

“Halo!”. Dengan suara yang masih serak, deyami mengangkat telepon maudy.
“Deyamiiiii...!!!! kemana aja sih kamu dey, ga ada kabar. Sms ga dibales-bales. ngangkat telepon lama!”. Maudy dengan nada kesalnya memarahi deyami yang sedari kemarin tidak ada kabar. Sontak suara itu membuat deyami menganga. Hari yang buruk baginya jika baru bangun saja sudah mendengar celoteh dari sahabatnya, maudy.
“Ya ampun... sorry sorry mod. Aku lupa membalas semua pesan kamu. Habis aku sibuk banget. Ga ada waktu buat ngabarin kamu”.
“Sibuk apaan? Balas 1 pesan doang. Setidaknya kamu kabarin aku kalau kamu sekarang masih hidup”.
“Nggg...ngggg...anu mod...”
“Anu-anu apa?”
“Ngomongnya nggak usah keluar urat gitu dong,mod. Ntar kamu kena hipertensi, terus stroke gimana?”
“DEYAMIIIIIII....”. maudy teriak kesal.
“Becanda kali mod. Huehehehe”
“Huh! kesel! By the way, kamu udah sampai jakarta? Jam berapa”
“Sudah, kira-kira jam 4 kemarin sore”
“Lalu, kapan kamu ke qatar?”
“Besok dong, ya. Duh, semakin dekat dengan bebeb dani pedrosa dan scott redding juga stefan bradl. Eaaa”.
Deyami mencoba memanas-manasi maudy yang sangat tergila-gila kepada stefan bradl.
“Please jangan ganggu stefan bradl aku dey, please. Dani pedrosa sama scott redding aja udah”.
“Dani pedrosa iya, scott redding iya, stefan bradl juga iya dong. Nanti kalau aku ketemu stefan bradl, aku bakalan...”
Belum selesai deyami berbicara, maudy telah memotong pembicaraannya.
“Bakalan sampein salam aku dan mintain tanda tangan dia untuk aku?”

“Bakalan kirimin kamu foto mesra aku dengan stefan bradl. Huahahahaha”. Deyami terkekeh, sementara maudy hanya diam dengan perasaan kesal, sedih, dan iri.
“Udah...ga usah sedih gitu. Lagian mana mungkin..”
“Iya deh iya. Yaudah deh kalau gitu, berhubung aku udah tau kalau kamu masih hidup, dan demi menghemat pulsa yang tinggal tak seberapa. Aku sudahi dulu nelponya sampai disini”.
“Ok ok...”
“Jangan lupa kasih kabar ya”
“Ok beybih”
“Bhay!” telepon kemudian terputus.

Deyami kemudian bangkit dari tempat tidur, dan dia pun membuka kain jendela sambil berkata, selamat pagi jakardah. Dia kemudian berjalan menuju kopernya dan mencari handuk juga perlengkapan mandinya.

------

Waktu kumandi sambil nyanyi nyanyi...
Lagu gak karuan malah kayaknya kampungan...
Lagi asik mandi ada yang memanggil...
Aku lempeng aja malah suara makin tinggi...

Dengan suara yang lantang terdengar deyami tengah melantunkan tembang lagu yang dipopulerkan oleh grup band jambrud itu dari dalam kamar mandi. Bagi perempuan 19 tahunan ini, kamar mandi merupakan tempat yang serbaguna. Disini dia bebas meng-apresiasikan bakat-nya yang terpendam.

Pintu digedor...
Palaku nongol...
Astaghfirullah..
Pak RW datang bawa polisi...
Aku diseret dari kamar mandi...
(....)

Suara deyami kini semakin terdengar kuat dan berpadu dengan suara keran yang dihidupkannya. Entah setan apa yang tengah merasukinya sehingga membuatnya lupa diri. Suara cemprengnya kini semakin merajai pelosok kamar. Adit yang kala itu berniat ingin membangunkan deyami dari tidurnya kaget begitu saja mendengar lantunan suara deyami saat masuk kekamar.

"Yaelah udah bangun. Malah nyanyi-nyanyi!!"  Adit pun sontak tertawa kecil dan menggeleng-gelengkan kepala, dia pun berjalan menuju lemari pakaian untuk mengambil baju nya.

Deyami masih terus bernyanyi. Ia sama sekali tidak menyadari kehadiran Adit dikamarnya. Hal ini sontak membuat Deyami yang kala itu keluar dari kamar mandi sambil terus bernyanyi-dengan hanya mengenakan handuk dibadannya terkejut melihat kehadiran Adit dikamar. Ia lantas menganga. Dengan refleks-segera ia kembali masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintu kamar mandi. Ia hanya mengeluarkan sebagian kepalanya dipintu yang tidak sepenuhnya tertutup.
“Bang Adit..! Ngapain disini? Udah dari tadi?”
“Ehh, ngggg...anu...tadi abang niatnya mau bangunin kamu tidur. Ternyata kamu sudah bangun.”
“Terus ngapain masih disitu kalau tau aku sudah bangun?”
“Dengerin kamu konser!! Hahahaha.” cetus Adit iseng yang kemudian terkekeh.
Deyami lantas mendelik Adit dengan tatapan ganas. Adit yang melihat tatapan itu lantas was was. Takut kalau-kalau adik sepupu nya itu berubah menjadi manusia harimau atau apalah itu yang membahayakan dirinya.

BLETAK!!!
Sebuah pasta gigi mendarat mulus tepat di jidad Adit. Ia lantas meng-Aduh kesakitan.
“Awwwww!!!”
“Rasain! Rese sih!” cetus Deyami garang. Sementara Adit terus mengelus-ngelus jidadnya yang memerah.

“Keluar sana!! Aku belum pakai baju nih.”
Adit menghentikan gerakan tangan yang tengah mengelus jidad nya. Ia menatap  lekat kearah Deyami, iseng. “Asseeeeekkk...rejeki nih”
“Hah? Buruan keluar! aku lempar nih!”.
Adit terus melangkah mendekat kearah Deyami tanpa gentar. Deyami yang merasa was was dengan keisengan Adit yang tengah melangkah kearahnya -celingak celinguk mencari senjata untuk melindungi dirinya dari Adit. Iya kemudian melihat sebuah botol shampo yang masih berisi penuh dan mengambilnya. “Aku lempar nih!! Jangan mendekat!!” serunya sambil siap siaga untuk melayangkan botol shampo yang digenggam nya tepat kearah Adit.
 “Keluar gak...! beneran aku lempar nih!”. Seru Deyami kembali menggertak Adit sambil memegang sebuah botol sampo yang siap mendarat ditubuh adit.
Melihat ekspresi Deyami yang menganggap keisengan nya serius, Adit lantas terkekeh. “Eh iya iya iya...! keluar nih, keluar”. Adit pun berlalu meninggalkan kamar sambil terkekeh menahan tawa.

Deyami bergegas keluar dari kamar mandi dan segera mengunci pintu. Dia pun kemudian memakai baju. Setelah selesai berdandan, deyami pun keluar dan meninggalkan kamar.

“Hi tante, hi bang adit”. Sapanya yang kala itu melihat tante yosi dan adit yang duduk di ruang tv.
“Sudah mandi? Sarapan dulu sana! Sudah tante buatkan sarapan”.
“Sudah tante. Sebentar lagi deh tante.”
“Gimana tidurnya? Nyenyak?”
“Nyenyak banget tante. Oh iya, Om mana tante?”
“Om sudah berangkat kerja tadi pagi sebelum kamu bangun”.
“Ooh gitu ya”.

Adit hanya sibuk menatap ke layar gadged miliknya. Dia tengah sibuk memainkan game COC yang lagi ngetren.
“Bang”, sapa Deyami yang heran melihat adit yang sibuk sendiri dengan gadged yang ada ditanngannya. “Main apaan sih? Sibuk banget”. Deyami sontak menarik gadged adit dari tangannya.
“eeehhhhhh....jangan...!! lagi war nih....aduhhh, yaahhhh”
Adit merintih kesal karena merasa terganggu atas perilaku deyami.
“Heleh...main coc toh, pantes!” deyami kemudian memberikan gadged itu kepada adit.
“Gangguin aja!”. Sambar adit sembari mengambil gadgednya dari tangan adik sepupunya itu.
“Udah dong bang mainnya. Ajak aku jalan-jalan bisa kali”.
“Bentarrrr...”
    Deyami menatap Adit kesal. Ia kemudian diam, memikirkan sesuatu yang mungkin bisa membuat Adit mau mengajaknya jalan-jalan. Ia lantas menatap Tante Yosi yang tengah duduk sambil menonton tv. “Tante lihat tuh bang adit” seru nya berniat merayu tantenya agar adit mengajaknya jalan-jalan.
    “Adit...udah kali main game-nya. Deyami datang jauh-jauh dari padang masa kamu sibuk main game. Ajak jalan-jalan tuh. Besok kan dia udah harus ke Qatar”.
    “Iyaa iya mah”. Adit kemudian menatap kearah deyami sengit  “dih, nih anak, gangguin aja!”. Serunya membuat Deyami mencibir kepadanya.
    “Ayuuukkk bang..”
     “Iyah, bentar. Abang ganti baju dulu”
    “Okay. Tante ikut juga, ya?. Tanya deyami kepada tante yosi berniat mengajak.
    “Ga bisa. Tante nanti ada arisan dirumah buk rw”. Jawab tantenya dan kemudian berlalu meninggalkan adit dan deyami.
    Deyami meghela nafas panjang.  “Yahhh berdua doang dong kita bang?”.
    “Tenang aja. Nanti abang bawa temen-temen abang deh biar rame”
    “Ada yang ganteng bang? Waahhhhh”
    “Ada. Nih abang ganteng”.
    “Maksud aku temen abang. Oh ya, pacar  abang? Ajak ya?”
    “Ganteng semua!” Adit mendelik Deyami sengit, keningnya mengernyit setelah mendengar kata ‘pacar’ keluar dari mulut Deyami yang terdengar rada ‘anu’ bagi seorang jomblo seperti dirinya. “Kamu nyindir abang?”.
    “Lah kok gitu?” Tanya Deyami heran.
    “Abang nggak punya pacar! Udah 2 tahun jomblo!! Puas?” jawab Adit dengan nada tegas.
    “Ganteng-ganteng jomblo”. Cibir deyami yang kembali membuat Adit mendelik kearahnya.
    “Emang kamu...?” adit balik menyerang deyami dengan pertanyaan yang sebenarnya sangat menyakitkan bagi deyami.
    Ia hanya terkekeh, “aku?”
    Adit kembali mengernyitkan kening, tidak menegerti dengan apa yang ditertawakan adik sepupunya itu.
“aku?” seru Deyami kembali sambil menunjuk dirinya. Adit lantas mengangguk. “aku ya?”, Deyami memasang wajah lempeng.
    “jeiilaaa! Bilang aja jomblo!” cetus Adit.
    Deyami hanya mencibir adit.
    “Udah buruan sana bang ganti. Aku sarapan, abang ganti baju. Habis itu kita Go! “.
    “Ok deh!” cetus Adit yang kemudian berlalu menuju kamar meninggalkan deyami. Sementara deyami berlalu menuju meja makan untuk menyantap nasi goreng yang sudah dibuatkan tante yosi untuknya tadi.
   
Didalam kamar, Adit tengah sibuk memilih baju yang akan dipakainya. Nah ini nih! Serunya saat menemukan baju kaos oblong berwarna putih kesukaannya. Ia lantas memakai baju  itu. Adit kemudian mengambil ponselnya dan menghubungi Rayan-salah satu sahabatnya.
    *tuuttttt....tuuttt...tuuuuttt...t*
    “Halo! Apaan dit?”. Rayan mengangkat telepon dari adit.
    “Lu lagi dimana ray? Lagi sibuk gak?”
    “Dirumah. Kagak. Kenapa? Lu mau minta bantuin gue lagi?”
    “Yaelah. Sensi amat kayak cewe lagi pms. Gue mau ngajakin lu jalan-jalan”.
    “Tumben siang-siang gini lu kepikiran jalan-jalan”
    “Adik sepupu gue yang dari padang dateng. So, gue mau ngajakin dia jalan-jalan disini”.
    “Oh  pantesan..”
    “Gimana? Bisakan?”
    “Bisa. Gue tunggu dirumah ya.”
    “Ok. Aman. Ajakin Dona Doni juga ye. Ntar gue jemput”
    “Oke sip”

    Telepon kemudian terputus. Adit kemudian keluar dari kamar dan segera menemui deyami yang masih menyantap nasi goreng dimeja makan.
    “Udah makan nya? Yuk kita cabut”
    “Bentar bang. Tanggung nih sesuap lagi”
    “Abang tunggu di ruang depan ya..”
    “Ok bang”

    Sepuluh menit adit menunggu deyami diruang depan,akhirnya deyami datang juga. Ante yosi yang kala itu sibuk menerima telepon dari teman-teman arisannya datang menghampiri mereka dan menghentikan aktivitas menelpon nya untuk sementara.
    “Kalian udah mau berangkat?”. Tanya tante yosi menghampiri adit dan deyami.
    “Iya mah” “iya tante”. Jawab adit dan deyami.
    Ante yosi merogoh saku bajunya dan memberikan uang sangu kepada adit sambil berkata, “Nih dit, buat sangu kalian”.
    “Ok, mah”. Adit pun mengambil uang sangu yang diberikan mama nya.
    “Waaah, makasih tante”. Sambar deyami sambil tersenyum lebar.
    “Kalian hati-hati dijalan ya. Dit, jagain deyami yang bener ya. Awas sampai kenapa-napa”.
    “Siap bu bos”. Cetus adit.
    Mereka pun menyalami tante yosi dan segera menuju mobil untuk memulai perjalanan.

    Mobil melaju dengan kecepatan 80km/jam. Kini mereka telah jauh meninggalkan rumah. Seperti biasa, deyami sibuk dengan ponselnya. Membuka galeri motogp dan memandangi foto-foto rider kesayangannya. Wanita ini tidak pernah merasa bosan untuk memandangi foto rider kesayangannya meski setiap hari, jam, menit, detik bahkan tanpa mengalihkan mata sedikitpun dari foto-foto itu siap dilakukannya. Sambil cengar cengir, senyum-senyum tak karuan, deyami terus memandangi ponsel miliknya, dan kini ia sedang membuka twitter.
   
Hi lelaki yang selalu hadir dalam dunia fantasy ku  @26_DaniPedrosa @Reddingpower @FerrariMatteo97 @_Nicco23 @DannyKent52 Love you! See you in Qatar wkwkwk
    Begitulah postingan nya di twitter. Jari jemari nya sangat lincah mengetik huruf –huruf yang ada di screen ponsel miliknya. Adit yang memerhatikan deyami sedari tadi hanya diam dan heran. Sebenarnya dia merasa aneh jika hanya berdiam saja, sementara ia tidak seorang diri, ada adik sepupu nya disamping nya-tetapi ia merasa seperti tidak ada seorangpun disampingnya-karena adik sepupunya itu hanya diam, cengar cengir, senyum-senyum dengan ponselnya. Dalam benaknya dia berfikir bahwa adik sepupunya itu lebih care terhadap ponselnya dibandingakan terhadap dirinya.

    Adit terus memperhatikan Deyami yang masih cengar-cengir dengan sendirinya, “Cengar cengir mulu dari tadi... liatin apaan sih?” seru Adit penasaran dengan apa yang sedang Deyami liat diponsel nya.
    “Kepo!” ketus deyami.
   
Adit begitu penasaran dengan apa yang sedang Deyami liat diponselnya. Ia lantas  langsung menyambar dan merebut ponsel  milik deyami.
   
“Eeeh eehhh ehhh! Jangan bang...”

Respon deyami  kaget sambil berusaha kembali merebut ponsel miliknya. Namun naas, gerakan adit yang sangat cepat membuat ponselnya berhasil berpindah tangan. Dan kini ponsel tersebut sudah berada digenggaman adit.

    “Hi lelaki yang selalu hadir dalam dunia fantasi ku. At dani pedrosa, redding power, ferrari matteo, nicco, dani kent.”
    
    Begitu adit membaca isi tweet dari ponsel milik deyami. Adit pun sentak mencibir deyami. “jeeilaaaa... lebay deh ini tweet. Lelaki dunia fantasi? See you in Qatar? Hahahaha ngimpi!!”
    Deyami mendelik Adit tidak suka, ia berusaha kembali merebut ponsel miliknya dari genggaman Adit “Ih apaan sih, bang. Sini kembaliin handphone aku!”
    “Hahahaha jangan kebanyakan ngarep dey, sakit...”
    “Biarin! Ngarep-ngarep dikit kan ga apa dong. Siapa tau ada harapan pasti. Eksyen.”
    “Oh ya?” cibir Adit.
    Deyami balik mencibir Adit dengan moncong manyun nya. Adit hanya tertawa kecil mengingat isi tweet adik sepupunya itu. sementara itu Deyami kembali sibuk dengan ponsel ditangannya. Tidak lama kemudian, terdengarlah alunan musik yang berasal dari ringtone ponsel milik adit. Sontak alunan lagu ini membuat deyami terkekeh karena menganggap lucu makna dari lirik lagu ringtone tersebut bagi seorang jomblo seperti adit.

    (((~did you forget~Did you forget~ That I was even alive~ Did you forget~ Everything we ever had~ Did you forget~ Did you forget~ About me~~))).

    Adit kemudian merogoh saku depan celananya dan mengangkat telpon yang ternyata dari Rayan-sahabatnya.

    “Ya. Halo”. Cetus adit menjawab telpon dari rayan.
    “Dit, dimana lu? Jadi kagak nih. Gue udah nunggu 1 jam dirumah”
    “Iya 5 menit lagi gue nyampe dipersimpangan rumah lu”
    “Buruan ya. Please, jangan biarin gue jamuran”
    “Ok gue tancap gas”
    “Yaudah, sip!”.

Rayan pun kemudian mematikan telponnya.

“Siapa bang?” tanya deyami kepo.
“Rayan, temen abang”.
“Oh. Cakep nggak?””. Tanya deyami penasaran.
“Liat aja ntar!” Cetus adit yang membuat Deyami semakin penasaran. Ia kemudian menoleh kearah Deyami, “awas ya! Jangan sampai naksir!” ketus Adit.
“Jeilaaah!” Deyami mengendus dan menyandarkan punggungnya disandaran kursi mobil. “Eh iya, ngomong-ngomong, tadi ringtone abang ngenes banget ya” iya kembali terkekeh. Adit menatapnya dengan kening berkerut.
“Ringtone?” tanya Adit yang pura-pura tidak paham dengan apa yang dikatakan Deyami.
“Iya. Ringtone abang. Don’t forget nya Demi lovato.”

Deyami tertawa terbahak-bahak mengingat arti dari lirik ringtone milik adit. Adit merasa kesal atas kelakuan  deyam yang terus terkekeh menertawainya, ia  berusaha membekap mulut deyami dengan telapak tanganya agar adik sepupunya itu tidak menertawakannya lagi. Perjalanan mereka menuju rumah rayan yang hanya menempuh waktu 15 menit itu diwarnai dengan aksi saling ejek dan menjaili, hingga akhirnya mobil yang dikemudikan oleh adit berhenti tepat didepan rumah rayan sahabatnya. Adit pun keluar dari mobil, sementara deyami beralih posisi pindah duduk ke kursi belakang.

Deyami celingak-celinguk memantau Adit yang tengah memanggil Rayan. Ia sangat penasaran dengan sosok Rayan. Ganteng nggak ya... ganteng nggak ya,  gumamnya penasaran.

Tidak lama kemudian tampak Rayan keluar dari rumah. Kaos oblong merah yang dikenakannya membuat mata Deyami ternganga.
Anjirrr!! Ganteng banget!! Jiahh, warna baju nya samaan. Hihi bisa dibilang couple deh ntar. Cihuuuyy asyiiikkk!

Deyami  kegirangan mendapati Rayan yang tampan ternyata mengenakan baju berwarna sama dengan baju yang dikenakan nya. Hal ini sangat menguntungkan bagi seorang jomblowati seperti dirinya. Tentu saja nanti orang-orang mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih yang lagi falling in love. Ia lantas menari kegirangan didalam mobil, kakinya menghentak-hentak, tangan dan badannya melenggak-lenggok. Kini ia terlihat seperti ulat nangka yang kepanasan.

“Nah, dia jalan kesini! ok ok... keep calm deyami... tenang...tenang..tenang...”Ia kemudian menghela nafasnya, berusaha menenangkan emosional dirinya yang klepek-klepek pada ketampanan Rayan. Berkali-kali ia menarik nafas dan melepaskannya perlahan.

Rayan berjalan tepat menuju pintu dimana Deyami tengah duduk manis didalamnya. “Eh, ada orang ya..” rayan lantas tersenyum setelah membuka pintu mobil dan mendapati seorang gadis tengik tengah duduk manis disana. Ia lantas beralih ke kursi depan.

“Lah, kok pindah kebelakang dey?” tanya Adit yang heran melihat deyami sudah pindah posisi duduk.
“Gak enak kalau bang rayan yang duduk dibelakang, yaudah biar aku aja bang”.
“Wahhh, thanks ya”. Sambar rayan sembari memberi sebuah senyuman berlesung pipi kepada deyami.
“Oh iya, kalian kenalan dong. Dey, ini nih wujud asli nya rayan. Ray kenalin, adik sepupu gue”.
Deyami dengan semangat penuh gairah langsung nyodorin tangan kanan nya tepat dihadapan Rayan. Rayan kemudian menyambut tangan Deyami dengan senyuman berlesung pipi nya.
 “Deyami...” ucap nya sambil cengar-cengir tidak karuan menatap Rayan. Rayan tersenyum, “Rayan...” sahutnya.

Pandangan Deyami tak sekedik pun beralih dari Rayan. Tangannya pun tak sedikitpun bergerak untuk melepaskan tangan Rayan. Kini ia merasakan ada getaran di tubuhnya. Entah apa itu dia tak mau peduli. Yang dia tau, ini pasti efek dari bersalaman dengan pria tampan yang ada dihadapannya.
“Ehmm” Rayan berdehem bermaksud mengingatkan Deyami untuk melepaskan tangannya.
“Ehh, iya...anu..sorry sorry”. Deyami segera melepaskan tangan nya dari tangan Rayan. Kini ia hanya tertunduk malu, sesekali ia kembaali menatap Rayan.

“hmmm!!”.
Adit berdehem untuk menstabilkan suasana. Seolah dia mengerti apa yang sedang Deyami rasakan.
“Ok, guys. Sekarang kita mau kemana?”. Tanya adit berusaha menstabilkan suasana.
“Gue sih terserah lu aja dit.” Sahut Rayan. Sementara Deyami hanya diam.
“Kemana ya...”
“Udah, kita jemput si catdog aja dulu. Biasanya kan mereka punya usulan yang menarik tuh, meskipun gue nggak pernah suka.”
“Bener juga ya! Ok deh. Lu udah kasih tau mereka.”
“Udah. Mereka udah nunggu.”
“Ok. Kita kesana.”

Mobil yang dikemudikan Adit itu pun kini melesat menuju kediaman Dona Doni sikembar beda kelamin yang biasa mereka panggil dengan ejekan catdog, karena  mereka jarang sekali akur seperti kucing dann anjing. Adit, Rayan dan Dona Doni sudah bersahabat sejak lama. 

Mobil Adit kini tepat terparkir didepan pagar rumah sikembar Dona dan Doni. Adit menekan klakson mobil berkali-kali untuk memberitahukan kepada Dona Doni bahwa ia sudah berada didepan rumah mereka. Tak lama kemudian tampak Dona berlari menuju mobil Jazz merah milik Adit disusul oleh Doni yang juga berlari dibelakang nya.

Dona dan Doni segera masuk kedalam mobil, lantas mereka tersenyum kepada Deyami. Adit kemudian memperkenalkan adik sepupu nya itu kepada si catdog.

“Ok. Mari kita lets Go!!” teriak Dona dengan semangat sambil mengakat sebelah tangannya.
Adit mendelik Dona dengan tatapan lempeng, “Kita kemana?”.
“Jalan-jalan!” cetus Dona.
“Kemana?” tanya Adit lagi.
“Jeilaaa! Lo belum mentok dengan rencana lo ya dit?” sambar doni.
Dona mengangguk setuju dengan ucapan Doni “Iya! rayan bilang lo ngajakin kita jalan-jalan. Terus kenapa sekarang lo nanyain kita kemana?” sambar Dona.
“iya. Gue nggak tau harus kemana!” cetus Adit.
“Gue juga!” cetus Rayan
.
    Beberapa detik keadaan hening. Masing-masing orang sibuk berfikir. Deyami hanya diam, namun matanya masih saja terus mengawasi Rayan. Gantengnya... ini orang. Lagi-lagi ia masih terus bergumam dalam hati.

    “Ahaa!! Gue ada usul!”. Pekik Dona mengagetkan Deyami dan yang lainnya.    “Apa?” tanya Adit penasaran.
    “By the way, coba lo semua inget-inget. Udah berapa lama kita nggak ke Ancol?”
    “Kurang lebih satu bulan.” Sambar Doni sambil menghitung-hitung jumlah jarinya.
    Adit berfikir sejenak, “He’eh. Kurang lebih satu bulan.”
    “Nah! Kita go to Ancol aja!” usul Dona dengan penuh semangat. Sementara Deyami hanya diam mendengarkan.
    Rayan mendelik Dona dengan tatapan kekhawatiran, “No no no. Jangan! Jangan sekarang! Please!”
    “Apaan sih lo! Lagian ini udah saat yang tepat. Udah sebulan kita nggak gila-gilaan di Ancol kan?”
“Tapi kan...”
Belum selesai Rayan berbicara, Adit telah memotong pembicaraannya,
“Sekarang kita voting aja. Yang setuju ke Ancol siapa?”
“Gue” jawab Dona, Doni, juga Adit.
“Nah, dey, kamu gimana?” tanya Adit kepada Deyami yang dari tadi hanya diam menyaksikan.
“Aku sih, YES.” Jawabnya simple.
“Ok. Semua setuju. Mau nggak mau lu harus ngikut.” Cetus Adit sambil tersenyum getir kepada Rayan.

Rayan mendengus, ia menghela nafas pasrah dengan keputusan Adit dan yang lainnya. Hanya saja, kini ia harus menyiapkan mental yang kuat untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi di sana.

Adit menginjak pedal gas. Mobil yang dikemudikan oleh Adit kini telah melaju menuju Ancol. Mereka menikmati perjalanan meskipun sedikit macet. Kini mereka telah sampai. Mereka langsung menuju Dufan.

YEAAYY!! DUFAAAN!!
Dona bersorak sambil berlarian seperti anak kecil saat memasuki wahana dufan. Sementara yang lainnya hanya berjalan menyusul Dona. Deyami sendiri berjalan berdampingan dengan Adit. Tidak lama kemudian Doni berlari menyusul kembarannya Dona. Tak mau kalah Adit juga berlari-lari kecil menyusul Dona dan Doni. Rayan memilih tetap tenang. Berlari artinya cepat sampai tujuan, dan itu pertanda buruk baginya. Deyami berjalan tepat dibelakang Rayan, sibuk memperhatikan postur Rayan dari belakang. Dari belakang aja Ganteng. Apalagi dari depan. Aaaa.... serunya dalam hati.


Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar