DMCA.com Protection Status

Senin, 13 Juli 2015

LOVE STORY (?) Part 4




            (Hallooooo... Ini part 4 dari love story(?) wkwkwk. Part 4 ini adalah part terakhir dari story  perjalanan Deyami di Djagardah Jakarta. Part selanjutnya barulah story tentang cinta nya dengan...*rahasiaa wkwkwk*. Kalau gitu happy REDDING yaa readers. Semoga nggak mabok baca part yang mayan panjang ini. Tambah lagi ceritanya ngaurrrr. Oh ya, Jangan lupa baca part-part selanjutnya. Yang udah baca part ini, jangan lupa tinggalin jejak berupa komen yaa. Kiss kiss kiss)


Deyami! Rayan! Ayo buruan!” teriak Dona dari kejauhan.
Deyami tersenyum lebar menatap kearah Dona. Ia  kemudian berlari-lari menuju Dona, Doni dan Adit.

Rayan lantas menggeleng-geleng melihat gadis tengik yang berlari layaknya anak kecil yang mengejar sebuah lolipop. “Dih! Si tengik!” cetus nya dalam hati.

“Ayo naik itu!” seru Dona menunjuk sebuah wahana atraksi, membuat Deyami mengalihkan pandangan pada apa yang ditunjuk Dona. Sementara Rayan tidak tertarik sama sekali untuk mengalihkan pandangan kearah telunjuk Dona menunjuk. Ia hanya meneguk ludah, tau bahwa usulan Dona tidak pernah menarik baginya jika di taman bermain ini.
“Wah! Tornado! Ayuk!” seru Deyami kagum melihat wahana Tornado yang diusulkan Dona.

-----

Mereka kini telah masuk dan duduk di bangku tornado. Dona dan Doni duduk bersebelahan. Disamping Dona telah duduk Rayan dengan wajah pucat dan badan yang gemetar. Sementara Deyami duduk ditengah-tengah antara Rayan dan Adit.

Sesekali Deyami menatap kearah Rayan yang tengah gemetar disampingnya. Tahu-tahu, Rayan menoleh, membuat tatapan mereka bertemu. Namun, tak berlangsung lama karena Deyami membuang muka-karena tidak sanggup bertatapan terlalu lama dengan pria yang sukses membuat jantungnya nya tak berhenti berdebar sejak awal melihatnya. Rayan masih terus memandangi Deyami. Tidak bermaksud apa-apa, ia hanya kagum kepada gadis yang menurutnya baru sekali itu menjajal wahana mengerikan itu dengan ekspresi tanpa rasa takut sedikitpun. Sementara dirinya yang sudah berkali-kali menjajal wahana itu masih saja takut. Kalau tidak karena pertemanannya dengan sibrengsek Adit dan Catdog itu, dia tidak akan pernah mau menjajal wahana yang mampu menunjukan kelemahannya yang takut terhadap ketinggian.

Deyami kembali menoleh kearah Rayan. Ia mendapati Rayan masih tengah menatapnya yang membuatnya menjadi GR.
What? Rayan masih ngeliatin aku? Oh my god... gumam Deyami dalam hati sambil menahan ekspresi bahagianya.
“Kamu nggak takut?” tanya Rayan kepada Deyami yang masih terus menatapnya.
“Nggak takut! Kan ada abang!” seru Deyami dengan santainya. Ia lantas membungkam mulutnya dengan telapak tangan nya saat menyadari apa yang telah dikatakan nya kepada Rayan. Merasa malu atas apa yang ia kata kan, ia lantas membuang pandangan kearah Adit..

Ya ampun! Ini mulut bego amat!  Gumamnya dalam hati sambil menampar-nampar pelan mulutnya. Rayan yang mendengar dengan jelas apa yang dikatakan gadis tengik yang ada disampingnya itu hanya menggeleng-geleng sambil menahan senyum.

Wohoooooo!!
Dona dan Doni teriak riang, begitu juga dengan Adit dan Deyami. Beda hal nya dengan Rayan, teriakan nya berliku-liku karena ketakutan. Ia memicingkan mata nya erat-erat dan tangannya menggenggam erat pengaman yang menjepit tubuhnya. Kini tubuhnya tengah di luluh-lantakan oleh wahana atraksi yang tidak pernah disukainya sedari dulu. Ia kini hanya harus menikmati sensasi dari atraksi itu sambil terus berharap nyawanya masih tetap ada setelah atraksi tersebut berhenti.

-----

“Seru ya!!”
Deyami tepat memekik setelah tornado berhenti. Beberapa menit tadi benar-benar mengasyikan baginya juga yang lain. Tapi tidak dengan Rayan yang tampak mual dan muntah-muntah setelah turun dari atraksi maut itu. Adit, Dona dan Doni menertawai Rayan yang tengah muntah. Kali ini lagi-lagi mereka berhasil membuat K.O pria tampan seperti Rayan.

“Hahaha! Rasain lo.” Hardik Dona yang terlihat gembira melihat Rayan yang sudah K.O.
“brengsek lu pada!” Rayan menjawab hardikan Dona, dan kemudian ia kembali muntah-muntah.

Deyami yang melihat itu, langsung merogoh tas selemangnya dan mengeluarkan botol minum mini berstiker Dani pedrosa dan Scott Redding kesayangannya dari tas. Berusaha menunjukan rasa peduli nya, ia lantas memberikan minum itu kepada Rayan.
“Nih, bang!” seru deyami sambil nyodorin botol minuman kepada Rayan yang masih mual.
Rayan menatap Deyami. Ia kemudian mengambil botol alay yang ada dihadapannya itu. ia menatap lekat-lekat botol minuman itu. “Apaan nih?” cetusnya sambil membolak-balik si botol alay.
“Miras!” cetus Deyami.
Rayan lantas menganga heran dan masih membolak-balik botol alay milik Deyami.
“Itu isinya air mineral. Minum aja. Halal kok. Belum aku apa-apain. Masih steril.” Cetus Deyami meyakinkan Rayan.
“Oh. Thanks ya.” Rayan kemudin membuka tutup botol itu dan meneguk isinya.

“Eh, naik itu yuk!” pekik Dona menunjuk wahana halilintar (rollercoaster). Adit lantas menganga, kini giliran dirinya lah yang akan K.O seperti Rayan. Meskipun ia berhasil menjajal wahana tornado  tanpa K.O-dengan keadaan nyawa yang masih lemas setelah menjajal wahana tornado, ia pasti tidak akan bisa bertahan lama.
“Eh, gue nyari toilet dulu ya. Kebelet.” Adit ngeles menyelamatkan diri sambil melangkah perlahan menjauhi Dona dan yang lain.
“Eh eh eh! Nggak bisa!” cetus Dona yang kemudian menarik baju Adit.
“Gue kebelet nih!” seru Adit.
“NO!! Gue tau lo cuma ngeles dan menghindar!” tuka Dona dengan tampang kekejian “Kita semua harus naik itu sekarang!” tambah Dona menegaskan  membuat Adit mati kutu.
 “Gue nggak ikut deh. Gue tunggu disini aja. K.o gue!” sambar Rayan dengan nafas masih tersengal-sengal dan mual.
“Ok. Lo k.o pertama, itu artinya lo harus teraktir kita-kita hari ini.” Cetus Dona.
“Terserah deh! Daripada gue koid!”
“Ok. Lo tunggu kita disini. Yuk! Kemon!” seru Dona mengajak Doni dan Deyami.

    Adit begitu sibuk dengan pikiran dan kekhawatirannya hingga tidak sadar kalau Dona sudah menyeretnya masuk dan membuatnya duduk dibangku halilintar. Adit bahkan tidak kepikiran lagi untuk lari saat mengantri.
    Tahu-tahu kini Adit telah duduk di bangku halilintar bersampingan dengan Dona. Doni dan Deyami duduk berdua didepan mereka. Kini pengaman telah menjepit tubuh mereka, dan halilintar pun bergerak perlahan sebelum akhirnya meluncur dengan kecepatan dahsyat yang membuat semua orang yang menaikinya teriak histeris.

-----

    “Seru banget!” pekik Dona saat halilintar berhenti.
    Mereka kini berjalan keluar dari wahana halilintar  dengan gembira. Tidak hal nya dengan Adit, ia dibuat sempoyongan. Nyawanya serasa mengambang. Ternyata apa yang ditakut-takutinya terjadi. Kini giliran nya lah yang dibuat K.O oleh Dona.

     “Haha! K.O juga lu dit?” sambar Rayan saat melihat Adit berjalan dibopong oleh Doni.
    Adit hanya diam . Ia mengelus-elus perutnya yang mual. Rayan lantas memberikan botol minum milik Deyami kepada Adit. “Nih minum!” serunya.
    Adit kemudian mengambil botol minuman itu dari tangan Rayan. Ia lantas heran melihat botol minuman itu. dahi nya mengernyit, diatas kepalanya bermunculan tanda tanya yang mengambang. “Ray, lu serius?”
“Maksud lu apaan?” tanya Rayan tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Adit.
"Ini botol minuman lu? Sejak kap...”
    Dengan sergap Rayan langsung memotong pembicaraan Adit  “Bukan! Itu punya sepupu lu, noh!” serunya sambil menunjuk kearah Deyami dengan moncong nya. Tampak Deyami tengah sibuk berselfie ria bersama Dona dengan pose moncong dimanyun-manyunin-membuat Rayan terasa mual. Najis si Dona sok imut. Maki nya dalam hati.
“Oh. Gue kirain.” Adit lantas membuka tutup botol minum itu dan meneguk isinya.

“Nggak nyangka ya, lu ternyata sama alay nya sama sepupu lu!” cetus Rayan membuat konsentrasi Adit buyar saat meneguk air minum yang ada di botol.
“Maksud lu apaan?” tanya Adit heran dengan apa yang dikatakan Rayan.
“Lu liat aja tuh botol minuman!”
    Adit lantas memperhatikan botol minum mini milik adik sepupu nya itu. “Stiker ini?” serunya kepada Rayan.
 “Yaps!” sahut Rayan simple.
 “Ooh... dia suka banget motoGP” seru Adit.
    Rayan lantas menoleh Adit, “Dan ngefans banget sama Dani pedrosa.”
“Yaps bener banget. Dia punya banyak banget something dengan gambar gituan” seru Adit dan kembali meneguk minumnya.
 Rayan mengalihkan pandangan nya ke arah Deyami, “gue curiga jangan-jangan sepupu lu koleksi gituan  sampe ke...”.
    Adit menatap Rayan dengan tatapan lempeng, “sampai ke..daleman?”
    Rayan melirik Adit iseng “Yaps! Kayak lu!”
 Adit lantas mendelik Rayan bengis, membuat Rayan menghentikan omongan nya, “Lu nyindir gue?” cetus Adit.
    “Kenyataan bro! ” Rayan nyengir membuat Adit semakin bengis.

    BLETAK!
    Rayan meringis sambil mengusap ubun-ubunnya yang langsung diketak Adit saking keselnya. Doni yang tadinya diam memperhatikan mereka  terkena efek sugesti. Dia mengusap-ngusap sendiri ubun-ubunnya sembari menatap iba kepada Rayan.
   
    “Jadi koleksi lo ga Cuma yang terlihat dimata Dit     . tapi yang ga terlihat dimata juga ada?” ketus Doni membuat Adit semakin kesal.
“Kalau iya emang kenapa? syirik lu pada!!” cetusnya bengis.
“Berarti gue sependapat sama Rayan!” sambar Doni sambil mengangguk-angguk gak jelas.
“Sependapat? Sama Rayan? Maksud lu?” tanya Adit heran.
“Jangan-jangan sepupu lo itu juga koleksi gambar yang beginian sampe ke...”

PLETAK!!
Kini giliran Doni yang dipletak oleh Adit. Doni mengerang kesakitan sambil mengelus ubun-ubun nya yang nyelekit.
“Lu bedua, ngomong lagi gue tabok nih sampe mabok!” cetusnya dengan nada bengis. Sementara Rayan dan Doni hanya terkekeh.

    “Woi KUTIL ONTA!! Sini lu!!” teriak Dona dari kejauhan memanggil kembarannya- Doni yang tengah terkekeh bersama Rayan.
Doni menatap Dona lempeng. Tidak terima jika ia diteriaki seperti itu di depan orang banyak. Namun sebisa mungkin iya menahan amarahnya. Kalau saja tidak banyak orang disini, ia akan mengejar Dona dan menghajar nya habis-habisan. Tapi itu hanya gertaknya didalam hati saja. Secara badan Dona lebih besar dari nya, ia akan kalah telak jika harus beradu kekuatan melawan Dona.
    “WOI!! Bengong aja lu KUTILANG!! Sini!!” Dona kembali berteriak memanggil Doni yang masih menatap Dona lempeng.
    “pengen gue bunuh nih anak!” tukas Doni merasa kesal. Untungnya Dona tidak mendengar itu. kalau saja Dona mendengarnya, ia pasti akan segera berubah menjadi manusia berkepala anjing dan siap memangsa Doni.
    Rayan menepuk-nepuk punggung Doni “Udah!! Sana pergi! Sebelum gue dan Adit menjadi sasaran nya siluman dogy!” tukas Rayan kepada Doni.
    Doni segera berjalan menuju Dona. Dan ternyata...Dona menyuruhnya menjadi tukang jepret pribadi. Doni yang statusnya hanya sebagai kucing yang tak  berdaya, mematuhi segala perintah Dona.

 Menit berikutnya Rayan dan Adit menyusul keberadaan Dona, Doni, dan Deyami. Mereka memutuskan untuk kembali menjajal wahana yang ada di Ancol. Tentu saja bukan wahana yang memacu adrenalin seperti tornado, halilintar, histeria, apalah itu semacamnya. Yang jelas, sekarang mereka akan benar-benar have fun disana.

    Waktu terus berputar, keseruan mereka kini berakhir. Kini mereka kembali menuju mobil diparkiran. Dona berlari-lari, jingkrak-jingkrak bersama Deyami menuju mobil. Rayan yang melihat hal itu lantas menggeleng kepala.
Sampai dimobil, Adit melemparkan kunci mobil kepada Rayan, dengan refleks Rayan segera menyambar kunci mobil yang dilemparkan Adit kepadanya.
 “Lu yang bawa ya, gue lelah.”
“Kamvrettt lu Dit.” Cetus Rayan merasa kesal.

Sementara itu Deyami bersama si catdog tengah asik berselfie. Ternyata tidak butuh waktu yang lama bagi Deyami untuk melakukan pendekatan dengan sikembar beda kelamin ini.
“Woi, kemon balik!” Adit bersorak dari dalam mobil-memanggil adik sepupu nya dan dua sahabat nya-yang masih sibuk berselfie ria.
“Okay” Dona dan doni menyahut lantas langsung masuk kedalam mobil disusul oleh Deyami.

Rayan menyalakan  mesin mobil. Ia kemudian melirik kearah Adit. “langsung back to home, nih bro?”
Adit melirik Rayan sinis, “Ya iya lah back to home! Emang lu mau back to akhirat?” tukas Adit.
“Kagak nongki-nongki dulu nih?” seru Rayan.
Adit lantas berfikir sejenak, “Boleh juga! Dimana?” serunya.
Rayan mengalihkan pandangannya, mulai memikirkan tempat untuk mereka nongkrong. Begitu juga dengan Adit.

Dona yang mulai gerah, langsung nyeloteh. Suara nya menggelegar, membuat siapa aja yang mendengarnya dijamin terjangkit gangguan pendengaran setelah itu.
“GERRAAAAAAAAHHHHH......GUEEEE!!! WOI BISA GA SIH LO NYALAIN AC!! GERAH GUE DISINI!! BURU...#%^#%!&*^y(*)(*&%^$#@!#$%^&...” Belum selesai ia mengungkapkan kegerahannya, tangan mungil mulus Doni tepat mendarat membekap mulutnya.
“Berisik!!” Doni mendekap erat mulut kembarannya itu.
spontan Deyami kaget melihat Doni yang membekap  mulut Dona begitu kuat. Mungkin terselip  maksud untuk menuangkan amarah nya yang tadi. “Yaelah, bang. Ntar kak Dona nya mati kalau dibekap gitu!” tukas Deyami yang duduk tepat disamping Dona.
Adit menggeleng-gelengkan kepala melihat perbuatan Doni terhadap Dona kembarannya. “Gilak! Persis penculik bayaran nih kita! Dona korbannya.” Cetus Adit.
“Gila lu don! Lu mau menodai kembaran lu sendiri..” sambar Rayan.
“Ini ayam arab kalau ga dibekap mulutnya bakalan berisik terus!” cetus Doni sambil terus membekap mulut Dona dengan kuat.

Dona berusaha melepaskan bekapan Doni dari mulutnya. Tanpa fikir panjang ia langsung menggigit telapak tangan Doni yang membuat Doni menjerit kesakitan.
PLAKKK!!!
Sebuah tamparan mendarat tepat dipipi kanan Doni. Kini pipi nya telah dihiasi oleh jejak menyerupai tapak dewa. Doni mengelus pipi nya yang perih sementara Rayan dan Adit hanya terkekeh.
“Mampus! Rasain lo!” hardik Dona yang merasa merdeka setelah terlepas dari bekapan saudara kembarnya itu dan melayangkan tamparan nya ke pipi mulus si Doni.
“Awas lo ya!!” Doni mengayunkan tanganya ke kepala Dona. Dengan sergap ia segera menjambak rambut panjang Dona yang tergerai.
Dona tidak mau kalah ia dengan cepat menjambak rambut Doni yang tidak seberapa. Peperangan antar saudara pun terjadi dimobil itu. Adit dan Rayan hanya terkekeh sambil bertepuk tangan menyaksikan perkelahian Dona dan Doni. Rayan lantas merogoh dompetnya dari dalam saku celana dan mengeluarkan selembaran uang lima puluhan. “gue megang Dona!” , serunya kepada Adit. Adit segera merogoh dompetnya disaku celana dan mengeluarkan selembaran uang lima puluhan. Ok! Gue Doni!” serunya dengan nada keraguan. Bagaimanapun selalu Dona yang menang dan Rayan terlanjur memegang Dona sebagai jagoan. Ia hanya berharap kali ini Doni mengalahkan Dona. Kini mereka kembali bertepuk tangan sambil menyoraki nama jagoan masing-masing dan menunggu siapa yang keluar menjadi pemenang. Sementara Deyami hanya terkekeh.

“Yes!! Gue menang!” seru Adit saat Doni menjambak keras rambut Dona hingga rontok beberapa helai-membuat Dona menyerah dan mengaku kalah. Rayan hanya pasrah dan mengikhlaskan duitnya saat diambil oleh Adit.

    “Iyuwwww!!!” seru Doni saat melihat gumpalan Rambut melekat ditangannya.
    Dona yang masih kesakitan lantas menoleh kearah tangan Doni. “Apaa?? Rambut gue...” pekiknya meratapi nasib Rambut nya yang malang. “Tega lo Don..”
    “Ya ampun. Gue ga  bermaksud sampai ngerontokin rambut lo gini Don..” seru Doni merasa tidak tega melihat Dona yang meratapi rambutnya. “sorry ya...nih rambut lo. Ambil..” cetusnya.
    Dona mendelik Doni “Awas lo sampai dirumah!” hancamnya kepada Doni-membuat Doni melongo.   

    Dona terus merengek meratapi rambutnya yang malang. Deyami merasa prihatin, ia berusaha menenangkan Dona “Udah kak, jangan sedih, rambut mah bisa tumbuh lagi” seru deyami.
    “Gak seenak yang lo kata! Ini rambut udah gue rawat dengan kasih sayang gue!” tukas Dona membuat Deyami meneguk ludah dan memilih membungkam mulut.

    “OK. Gue lelah, dan gue masih memendam emosi. Jadi kalian semua harus bawa gue nongki di cafe. Gue mau makan minum dan terserah apapun mau gue.” Teriak Dona.
    “Sok ngeratu lo!” gertak Doni kesal dengan Dona.
    Dona lantas  melirik Doni sadis “Eh lo, diem lo ya!” gertaknya.
    “Apa lo?!” cetus Doni tidak suka.
    “Apa lo?! Mau gue gampar lo?! Awas lo ya dirumah!” celetuk Dona sambil menunjuk-nunjuk muka Doni dengan geram.

    “Idiihhhh! Ini si catdog berisik!!”seru Adit mulai risih dengan pertengkaran Dona Doni sikembar beda kelamin.
    “GUE GAK MAU TAU! POKOKNYA GUE MAU MAKAN MINUM!! KALAU ENGGAK GUE TERIAK-TERIAK NIH!” teriak Dona.
“OK! Ok! Ok! Kita nongki dicafe! Gue yang TERAKTIR!!”  dengan nada tegas Rayan langsung mengiyakan apa yang Dona mau-dan mempertegas kata TERAKTIR. Tentu saja karena Rayan tidak mau mengambil resiko kalau-kalau Dona teriak-teriak, bisa-bisa ia disangka penculik sungguhan oleh orang yang mendengar teriakan Dona. Yang lebih berbahaya adalah...telinga nya akan mengeluarkan nanah segar kalau harus mendengarkan teriakan Dona yang baginya terdengar seperti ngauman anjing.
   
“Enggak! Enggak! Enggak! Kita pulang sekarang. Gue cape banget!” sambar Adit.
   
    Deyami menganga menatap Adit. Kamvreeeet nih anak!! Padahal aku pengin nongki-nongki!  Kapan lagi bisa nongki sama cowok cakep seperti Rayan. Gumam Deyami dalam hati-sedikit kesal kepada Adit.

“Amazing maximal, kalau ada kata TERAKTIRAN mah gue mau!” cetus Doni dengan semangat.
“Nggak ada alasan! Pokoknya sekarang kita nongki ditempat biasa! Dan karna tadi lo dan rayan k.o, kalian berdua harus teraktir kita-kita.” Cetus Dona sembari menunjuk Adit.
   
    Rayan hanya terkekeh kecil sembari melirik kearah Deyami. Deyami yang memergoki Rayan tengah melirik kearahnya itu pun di buat melayang-layang serasa terbang ke awan. Ada gerangan apa pria tampan yang baru tadi ditaksirnya melirik kearahnya? Matanya lantas berbinar-binar, jantungnya berdebar.

    Menit selanjutnya, Rayan sudah menginjak pedal gas, dan mobil yang mereka tumpangi pun kini telah melesat-menuju sebuah cafe. Sementara itu Deyami melempar pandangan jauh keluar jendela berusaha menghilangkan debaran didada nya akibat lirikan Rayan. Namun sudah terlambat. Debaran didada nya sudah terlalu menggebu-gebu dan sangat susah dihentikan. Badannya serasa bergetar. Getaran yang sangat aneh, namun familiar baginya. Deyami tak ambil pusing tentang getaran dibadan nya itu. ia kembali menoleh kearah Rayan yang tengah fokus mengemudi. Lalu ia mengalihkan pandangannya kepada Adit yang tengah sibuk dengan ponsel nya. Tampak si kembar beda kelamin juga tengah sibuk dengan ponsel nya.

    Melihat itu, Deyami seakan menemukan wangsit bahwa getaran yang sedari tadi menghantui tubuh nya adalah getaran dari ponsel miliknya. Ia segera merogoh tas selempang andalannya, mengacak-acak isi tas untuk mencari keberadaan ponsel nya. Nah, ini dia. Deyami mengambil ponselnya keluar dari tas. Membuka lockscreen ponsell miliknya dan...mendapati ada sedikitnya tiga panggilan tak terjawab dari Maudy sahabatnya. Ia lantas mendesah. Kemudian ia mendapati sebuah mail message telah masuk ke Emailnya. Entah dari siapa. Mungkin dari Om Fredy, fikirnya dalam hati. Ia kemudian membuka mail message itu.

    YEAAAYYYY!
    deyami terhonjak dari duduk nya sambil berteriak. Mengagetkan Rayan yang tengah fokus mengemudi juga Adit dan si kembar beda kelamin. Mereka secara bersamaan mendelik kearah Deyami. Deyami yang sadar akan hal itu hanya melemparkan senyuman sungging nya. Merasa malu atas perilaku nya yang alay.

    Hi deyami, bagaimana kabar mu setelah perpisahan kita di AW Resto?
   
    Begitu isi mail message yang ternyata itu adalah mail message dari Stefan Widjaya. Deyami kini tersenyum-senyum, tampak kegembiraan tengah terpancar dari raut wajahnya. Dadanya berdebar, tidak menyangka kalau Stefan yang baru dikenalnya itu benar-benar menghubunginya.

    What? Stefan ngirimin aku mail message?. Ia masih saja tak percaya dengan apa yang sedang terjadi. Benar-benar tidak percaya. Berkali-kali ia melihat kembali nama si pengirim mail message, Stefan Widjaya. Ya, ini benar-benar stefan, dia masih ingat dengan ku. Seru nya dalam hati. Ia kemudian menaruh ponselnya kedada dan fikirannya melayang sekejap sebelum akhirnya tingkah laku anehnya disadari oleh Dona.
    “Ngapain lo Dey? Cengar-cengir sendiri!”
    Deyami gugup saat Dona menyadari tindakannya  “Eh..ngg...gak! Gue lagi happy aja!” Deyami menjawab dengan nada tertahan.
    “Liat sini handphone lo!” Dona merebut handphone milik Deyami dan melihat apa yang tengah dicengar-cengiri oleh Deyami. “Cieee mail message, dari...Stefan Widjaya.”
    Deyami mencoba meraih kembali ponsel miliknya. “Sini, balikin!” .

Dona yang sudah puas karena sudah mengetahui apa yang membuat Deyami cengar-cengir gak karuan itu pun spontan memberikan ponsel itu kepada Deyami.
“Masih jaman, mail message-an? Udah ada BBM kali...LINE!” seru Dona meledek Deyami.

Berengsek nih orang! Kalau dia tau aja gimana Stefan, tuh mulut ga bakal bisa bilang gitu!. Deyami mengerutu dalam hati, kesal dengan ledekan dari Dona. Namun saat ini ia tidak ingin mencari perkara. Ia hanya membalas dengan senyuman ledekan dari Dona.

Hi Stef! Kabar ku baik! kamu?

Deyami membalas mail message dari Stefan simple dan jutek-bermaksud agar Stefan tak mengira kalau sebenarnya ia sangat menantikan kabar dari stefan.

Diam-diam Rayan menguping perkataan Dona. Ia merasakan  ada yang aneh dihati nya saat mendengar nama Stefan Widjaya. Ia  tidak mau ambil pusing dan memutuskan tetap fokus mengemudi.

Kini mobil telah memasuki halaman parkir sebuah cafe di kerumunan ibukota. Adit membuka pintu mobil dan bergegas keluar dari mobil. Dona yang sudah tidak sabaran-mendorong Doni yang lemot membuka pintu mobil. Sementara Deyami keluar dengan perasaan begitu gembira.

Mereka langsung menuju meja yang ada di pelataran belakang cafe. “Nah, yes! Gue duduk disebelah situ!” teriak Dona sambil menunjuk kursi yang ingin ia duduki.
Rayan yang kebelet ke toilet-berpamitan untuk ke toilet, “Guys, gue ke toilet bentar ya”.
“Yups” mereka menjawab bersamaan.

Tapi lain halnya dengan Deyami. Ia hanya diam, dengan wajah tampak seperti orang yang lagi kasmaran. Rayan menatap Deyami seksama, ia paham betul kalau gadis yang baru saja dikenal nya itu tengah falling in love kepada lelaki yang disebut namanya oleh Dona tadi. Faham akan hal itu rayan menggeleng, dan  berlalu menuju toilet.

Tampak Dona Doni tengah memilih-milih makanan yang ada pada buku menu, begitu juga dengan Adit. Tapi tidak dengan Deyami. Ia  cengar-cengir sendiri, tangannya hanya  membalik-balik buku menu tanpa memandangnya. Pandangan nya melayang jauh. Entah apa yang ada dalam lamunannya. Ia kemudian tersentak dan merogoh ponsel dari tasnya, berniat untuk on di twiter dan ngepoin timeline rider kesayangannya. Eh iya, udah dibales belum ya?. Mendadak iya kepikiran tentang mail message yang sudah dikirimnya ke Stefan. Deyami kembali bersemangat mengacak-ngacak tas nya untuk mencari ponselnya yang tidak juga ditemukannya.

Yahh!! Handphone tinggal di mobil. Deyami berbisik kecil setelah mengingat kalau ponsel yang dicari-carinya ternyata tertinggal di mobil. Ia kemudian menoleh kearah Adit yang tengah sibuk membalik-balik buku menu, “Bang, kunci mobil mana?”
Adit yang masih sibuk membalik-balik buku menu menjawab pertanyaan Deyami tanpa menatapnya, “Nggak tau. Sama Rayan kali”.

Anjirrrrr!  Kunci sama Rayan... selalu ada kesempatan dalam kesempitan. Gumam Deyami dalam hati. Happy membayangkan kalau ia harus meminta kunci mobil kepada Rayan. Itu artinya ada kontak mata lagi dengan Rayan.

Deyami mengetuk-ngetukkan seluruh jarinya  kemeja-mengikuti irama alunan musik di cafe tersebut. Ia kemudian tersenyum-senyum sendiri dan kembali melirik Adit, “Bang...” serunya memanggil Adit.
Adit menoleh kearah Deyami, “Apaan?”.
“Mintain kuncinya dong! Aku mau ke mobil, handphone aku tinggal dimobil.” Seru Deyami kepada Adit berbasa-basi. Dan tentu saja dia berharap semoga Adit tidak benar-benar melakukan hal itu, karena akan menghambat kesempatannya untuk berbicara kontak mata dengan pria tampan yang membuatnya mabuk kepayang.
“Aduhh, bentar lagi juga Rayan bakalan dateng kok! Minta sendiri aja.” cetus Adit. Lantas membuat Deyami riang gembira. Yess!! Akhirnya Adit mengerti akan keinginannya.
“Cieeee yang mau mail message-an, cieeeeee.” Ledek Dona yang sedari tadi ternyata menguping apa yang Deyami katakan.
Deyami hanya tersipu malu, “Ih, apaan sih kak!” cetus nya.

Deyami menghentak-hentakan kakinya,tampak pipi nya kini memerah karena berusaha menahan kebahagiaannya. Detik berikutnya dari kejauhan tampak Rayan yang datang mendekati meja tempat dimana ia dan yang lain nya duduk. Datang deeeeh, ungkapnya dalam hati sambil menahan senyum geroginya.

“Udah pada mesen?” sahut Rayan sambil menggeser kursi dan kemudian duduk.
“Belum!”. Cetus catdog sikembar beda kelamin. “kita kan nungguin lo. Buruan, lo mau makan apa? Gue mau yang ini”. Dona kemudian nyodorin menu makanan sambil menunjuk makanan dan minuman yang diinginkannya.
“Gue mau yang ini nih!” tak mau kalah dari Dona,  Doni juga melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Dona terhadap Rayan.
Rayan menghela nafas atas tingkah sikembar beda kelamin itu. “fyuuuhhh... iya! Iya! Iya! Order aja.”
“Mbaakkk!” seru Dona berteriak memanggil mbak-mbak pelayan cafe.

“Ray, kunci mobil mana?” seru Adit membuat Deyami menepuk jidad nya. Aduhhh!!
Rayan lantas merogoh kunci mobil dari saku celananya, dan menaruhnya diatas meja membuat Deyami mengernyitkan kening nya kecewa karena harapannya tak sesuai rencana. “Nih, sama gue. Kenapa?”
“Lu temenin Deyami deh ke mobil, ada yang mau dia ambil di mobil.”
   
“KYAAA!!”  Deyami shock atas apa yang baru saja didengarnya keluar dari mulut abang sepupunya. Seketika bola matanya yang bulat berubah menjadi bentuk hati. Dada nya berdebar kencang-hingga dua sampai tiga detakan perdetik.
“Nggak! Nggak! Aku pergi sendiri aja, bang. Gapapa.” Ketusnya pura-pura menolak usulan Adit yang sebenarnya belum tentu Rayan mau menemaninya. Didalam hatinya, ia sangat berharap sekali agar Rayan menemaninya.

Rayan lantas mengambil kembali kunci mobil yang tadi ditaruhnya diatas meja. Spontan ia langsung berdiri, bersemangat untuk menemani Deyami seperti yang diperintahkan sahabatnya Adit. Iya lantas menoleh kearah Deyami. “Yuuuk. Aku temenin” seru Rayan sambil melemparkan senyuman terbaik sepanjang masa kepada Deyami.
Oh gosh!!  Deyami membalas senyuman Rayan,  “Nggak usah, aku sama kak Dona aja. Yuk kak!” lagi-lagi Deyami sok menolak ajakan yang sangat menarik baginya. Ajakan dari Rayan-pria yang kini lebih membuat jantungnya berdetak kencang dibandingkan dengan mail message dari Stefan yang mulai terlupakan.
Dona yang mendengar itu langsung nyerocos kepada Deyami.
“ENAK AJA!!! ORANG MAU MAKAN, EHH MALAH DISURUH NEMENIN KE MOBIL. SAMA RAYAN AJA SANA!!”

Deyami ternganga lalu kemudian tersenyum lebar memperlihatkan giginya sambil mengacungkan dua jari kepada Dona.
“O...OW. PEACE KAK!”
Ia kemudian menatap erat-erat Adit sambil tersenyum lebar, bermaksud untuk merayu abang sepupu nya itu agar menemaninya. Belum selesai Deyami menyampaikan maksudnya, Adit malah langsung me-skakmat Deyami.
“Apa? Lihat-lihat senyum-senyum? Mau minta temenin abang?” ketus Adit.
“A...baang...” rayu Deyami dengan nada manja.
“Enggak! Enggak! Enggak! Sama Rayan aja sana!”.

Mendengr celetus Adit yang menegaskan bahwa ia tidak akan menemani nya, ia lantas bersorak dalam hati, YESS!!!. Kini ia menaruh harapan besar terhadap Rayan. Deyami melirik Rayan yang masih berdiri tegap. Ayooo dong! Kemonnnn Rayan ganteng ku!  Gumamnya dalam hati memberikan sugesti pada Rayan . Seolah mendapat sugesti Rayan langsung mengajak Deyami.

“Yuk!” sahut Rayan dengan senyuman kepada Deyami. Deyami lantas berdiri dengan semangat, saking semangatnya iya tidak sadar bahwa mulutnya telah mengeluarkan sebuah kata yang membuat Rayan dan yang lainnya mengernyitkan kening. “YES!!”  ia kemudian berdiri, dan berjalan menuju parkiran berdampingan dengan Rayan.

Deyami mengikuti Rayan dari belakang. Sesekali ia mempercepat langkah nya untuk berada tepat disamping Rayan. Namun karena langkah Rayan begitu cepat, ia kembali tertinggal. Senyam-senyum, cengar-cengircengengesan-itulah yang dilakukan nya selama berjalan menuju parkiran bersama Rayan.

Sesampainya diparkiran tanpa fikir panjang Rayan langsung  membuka kunci pintu mobil. Deyami segera masuk dan mengambil ponsel nya didalam mobil. Tidak ada percakapan diantara dirinya dan Rayan. Tak sesuai harapan. Gumamnya dalam hati. Ia kemudian keluar dari mobil setelah mendapatkan ponselnya  dan  ia pun menutup pintu mobil.

“Udah?” tanya Rayan yang membuat jantung Deyami berdegup.
“Udah bang” jawabnya simple.
“Panggil Rayan aja” seru Rayan sambil tersenyum getir kepada Deyami. Karena memang Rayan tidak suka dipanggil abang oleh siapapun yang menurutnya memiliki verbedaan umur yang tidak terlalu jauh olehnya.
“Hah?”
“Umur kita samaan kali!”
Deyami kembali ternganga “Hah?”
“Luapain aja!” Rayan pun berlalu meninggalkan Deyami.

Deyami masih melongo ditempat. Entah heran ntah shock ntah apa yang membuat nya melongo dan mematung. Sementara Rayan sudah membalikan badannya dan berjalan menuju cafe. Deyami masih belum beranjak dari tempat ia berdiri, ia  masih mematung disitu. Kesemutan kali kaki nih bocah. Cetus Rayan yang kemudian berteriak memanggil Deyami. “WOII! Buruan!”  tukasnya membangunkan Deyami dari sikap mematung nya.
“hah? Eh..iya iya” seru Deyami. Ia kemudian berlari-lari kecil menyusul Rayan yang berjalan dengan cepat.

Rayan  melangkah  begitu cepat, membuat Deyami melangkah dengan tergesah-gesah.
GUBRAKK!!
Rayan terus berjalan tidak memperdulikan suara yang terdengar seperti durian jatuh itu. Namun, detik berikutnya Rayan menghentikan langkahnya, lantas dahi nya mengernyit melihat orang-orang yang ada disana -berlarian melewatinya seperti mengejar durian yang jatuh dibelakangnya. Rayan tak  menoleh sedikitpun. Ia malah mengangkat kedua bahunya dan melangkah lagi. Sayup-sayup terdengar suara riuk pikuk tak jauh dibelakangnya. Masih dua kali melangkah, Rayan kembali menghentikan langkahnya. Tiba-tiba ia teringat Deyami. Dimana itu bocah? Rayan menoleh kebelakang, sama sekali tidak melihat Deyami, yang dia lihat hanyalah kerumunan orang banyak. Satu diantaranya sedang menunjuk kearah nya sambil teriak-teriak “Mas! mas! Ini pacar nya!”. Rayan yang tidak faham hanya mengernyitkan dahinya, dan menggaruk ubun-ubunnya yang tidak gatal. Ah...mungkin orang itu memanggil orang lain, karena seingat Rayan iya tidak punya pacar. Ia lantas celingak-celinguk melihat siapa yang ada disamping atau belakang nya. Tidak ada siapa-siapa, ia lantas menunjuk dirinya dengan telunjuk nya-memastikan kalau emang benar dia yang sedang dipanggil oleh orang itu, “Saya mba?” sahutnya.
 “Iya mas! Sini! Ini pacarnya pingsan!” celetuk salah satu mba-mba yang ada dikerumunan-meyakinkan Rayan.
ASTAGA!  Rayan menepuk jidad, ia mengingat sesuatu, lantas ia segera berlari menuju kerumunan. Dan ternyata benar. Ia mendapati Deyami sudah tergeletak pingsan  ditengah kerumunan itu. Rayan panik, ia lantas mengangkat kepala Deyami dan memangkunya.
“Kenapa bisa gini mba, mas?” tanya nya panik kepada orang-orang yang ada disana.
“lho! Harusnya mas tau dong dia kenapa! kan dia pacar mas!” cetus salah satu mbak-mbak yang ada disana.
“Ya ampun Dey...kamu kenapa?” rayan  menepuk-nepuk pipi Deyami panik. Tampak raut wajah Rayan pucat. Ia pasti akan disalahkan Adit atas keteledorannya tak bisa menjaga Deyami.

    Anjirrrrr! Rayan ternyata peduli sama aku. Seru Deyami dalam hati yang ternyata hanya berpura-pura pingsan. Ya sebenarnya Deyami tidak pingsan sungguhan. Ia hanya terpaksa berpura-pura pingsan untuk melindungi dirinya dari guyonan orang-orang yang ada disekitar cafe yang mellihatnya jatuh tersungkur.Sebenarnya ia hanya jatuh tersungkur biasa, tidak terlalu sakit baginya. Namun karena merasa malu kepada orang-orang yang menyaksikan tragedi memilukan plus memalukan-saat ia tersungkur di pelataran depan cafe yang tidak jauh dari parkiran itu, ia terpaksa mengambil langkah aman, berekting pingsan agar tidak ditertawakan. Sungguh konyol.

“Mas, pakai ini” sahut salah seorang yang dengan berbaik hati memberikan minyak angin kepada Rayan untuk dioleskan pada Deyami. Rayan segera mengambil minyak angin itu dan mengolesnya ke dua sudut dahi Deyami yang membuat Deyami susah menahan kegembiraannya.
“Bawa kerumah sakit aja mas!” seru salah seorang diantara kerumunan itu.
Rayan meraih ponselnya disaku. Tampak tangannya bergetar saat menggenggam ponsel miliknya. Dengan keadaan yang masih panik ia segera  menghubungi Adit.
“H...hhh..halo Dit. Buruan ke-parkiran. Sepupu lo pingsan”

------

    “Kenapa bisa gini?”
    Pekik Adit tepat saat ia beserta Dona juga Doni sampai dilokasi Deyami berpura-pura pingsan yang tidak terlalu jauh dari parkiran.
    “Ya ampun! Kenapa lo dey” teriak Dona shock melihat Deyami yang tergeletak pingsan.
    “Angkat angkat angkat” seru Doni yang dengan semangat berteriak menyuruh Rayan segera mengangkat Deyami.
     Rayan lantas mengangkat Deyami. Tampak mukanya memerah keberatan menahan beban, “Berat woi. Tolongin!!” serunya membuat Adit segera meraih badan Deyami dan kemudian membawanya ke mobil.
    “Mobil, buka mobil!” teriak Adit.
    Dona segera berlari tergesah-gesah membuka pintu mobil, “Kunci mana?” pekiknya tegang.
    “Di saku celana gue!” teriak Rayan. Dona berlari menuju Rayan, tanpa fikir panjang ia langsung merogoh saku Rayan dan meraba isinya. “Woi curut! Geli!”, pekik  Rayan yang merasa geli saat Dona merogoh saku nya.
    Dona kembali berlari menuju mobil dan membuka pintunya. Detik selanjutnya Adit dan Rayan merebahkan tubuh Deyami dibangku mobil.
    “Ya ampun dek, lu kenapa?” seru Adit memandang Deyami dengan rasa kekhawatiran. Sementara Deyami masih meneruskan ektingnya.
    “Bawa ke rumah sakit aja yuk! Buruan!” tukas Rayan yang bergegas masuk ke mobil dan siap untuk mengemudi.
    Njirrrr! Kerumah sakit? Mampus deh. Gumam Deyami dalam hati saat mendengar usulan Rayan yang membuat ektingnya sedikit buyar.
    Adit bergegas masuk kebangku depan. Dona duduk sambil memangku kepala Deyami yang masih dalam keadaan pingsan. Sementara Doni duduk memangku kaki Deyami. Sesekali tampak Dona mengusap perlahan kepala Deyami.

------

    “Kita dimana?”
    Seru Deyami yang baru saja tersadar dari ekting pingsan nya.
    “Deyami udah sadar!” pekik Dona merasa lega. “Kita dimobil, mau kerumah sakit” tukasnya kemudian memberi tahu Deyami.
    “Kerumah sakit?” tanya Deyami shock.
    “Iya” sambar Adit.

    Anjirrrr! Kenapa jadi dibawa rumah sakit beneran?! Di infus dong ?!
Fikir Deyami khawatir. “ngggg...nggak usah” serunya.
    “Loh? Kita khawatir kamu kenapa-napa” tukas Rayan.
    “Aku ga kenapa-napa kok” Deyami kemudian berusaha bangkit dari pangkuan Dona “Tuh lihat, aku udah baikan kok” serunya.
    Adit menatap Deyami dengan kekhawatiran “Kamu yakin?”
    Deyami mengangguk meyakinkan. Karena memang dia tidak kenapa-kenapa, toh dia hanya berpura-pura pingsan agar tidak malu saat tersungkur didekat kerumunan orang. Hanya dengkul dan telapak tangan nya saja yang terasa nyelekit akibat tergesek keubin kasar pelataran cafe.
    “Yaudah kalau gitu kita langsung pulang aja biar kamu bisa istirahat” tukas Adit.

    Fyuhhhhh.
    Deyami menghela nafas lega. Ia kemudian terdiam-merasa bodoh atas apa yang sudah dilakukannya. Kalau bukan karena mengejar langkah Rayan yang begitu cepat, tentu ia tidak akan tersungkur dan berpura-pura pingsan seperti tadi.

    Kini Deyami tampak tersenyum-senyum sendiri, membayangkan betapa bodohnya dia saat berpura-pura pingsan. Disatu sisi ia merasa malu atas dirinya sendiri, apalagi kalau Rayan dan yang lain tau bahwa dia jatuh tersungkur dan berekting pingsan. Pasti dia akan ditertawakan mati-matian oleh Adit dan sikembar beda kelamin. Dan tentu saja ia akan merasa malu kepada Rayan. Namun disatu sisi, ia merasa beruntung dan sangat teramat bahagia sampe tumpe-tumpe. Karena berekting pingsan, ia sukses menarik perhatian Rayan dan merasakan nyaman nya berada dipangkuan Rayan selama beberapa menit plus merasakan belaian dari tangan Rayan yang membuatnya terbang melayang sampai kesurga. Apalagi sayup-sayup dia mendengar orang-orang mengatakan bahwa dia dan Rayan berpacaran. Amazing moment. Serunya dalam hati.


Bersambung...

2 komentar: