DMCA.com Protection Status

Jumat, 28 Agustus 2015

LOVE STORY (?) Part 6


  (Alohaaaaa readers kesayangan... Nih aku udah kelarin part 6 dari LOVE STORY (?) yang gaje banget. Disaranin buat yang mau baca, kudu punya waktu yang free ya. soalnya ini part panjang banget lhyo. Siapin juga mental untuk ngebaca part yang paling edan panjangnya ini. Yang udah kelar baca, jangan lupa tinggalin jejak ya. Happy REDDING! kissssssss)



    Dua jam perjalanan pun berakhir. Kini mereka telah tiba tepat didepan rumah kediaman Om Fredy dan Tante Alisa. Tampak Tante Alisa tergesa-gesa membukakan  pagar rumah. Mobil pun masuk dan langsung menuju garasi setelah pagar rumah terbuka. Om Fredy mematikan mesin mobilnya dan keluar dari mobil. Tante Alisa yang sangat menyambut kedatangan Deyami segera membukakan pintu mobil Deyami.
     
   “Selamat datang di Qatar, dan selamat datang di kediaman kami.” Sapa Tante Alisa ramah kepada Deyami.
   Deyami lantas keluar dari mobil dan menyiumi kedua pipi Tante Alisa “Terimakasih Tante. Senang bisa berada disini” serunya.
    “Mari kita masuk”. Tukas Tante Alisa mempersilahkan Deyami masuk.

   Sementara itu Om Fredy terlihat tengah membawakan koper milik Deyami kedalam rumah. Setelah sampai didalam rumah, mereka pun kemudian langsung menuju meja makan, disana Tante Alisa telah menyiapkan makan malam.

    Di meja makan telah tersedia beberapa makanan khas timur tengah yang dibuat oleh Tante Alisa juga beberapa masakan Italia-karena memang Tante Alisa adalah imigrasi dari Italia. Sementara Om Fredy sendiri sudah berwarga negara Italia sejak pernikahannya dengan Tante Alisa 25 tahun silam, dan mereka menjadi imigrasi di Qatar sudah tiga tahun dan itu pun karena tuntutan perkerjaan.

    Deyami kemudian menyantap hidangan makan malam yang telah disiapkan oleh Tante Alisa. Tidak ada ayam kecap juga tidak ada sup kepiting kesukaannya. Apalagi pisang. Deyami menghela nafas dan kemudian mengambil sebuah Dolma (makanan khas timur tengah) sebagai makanan utama.
    “Dey” sapa Om Fredy seusai menghabiskan santap malam. Deyami yang tengah meneguk minumannya langsung menatap pria yang ada didepannya itu.
    “Ya?”
    “Om ingin berbicara sedikit mengenai tiket”
    “Tiket?” Deyami bingung, ia sama sekali tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan Om Fredy.
    “Ya tiket”. Jawab Om Fredy mencoba meyakinkan Deyami.
    “Ada apa dengan tiket?”
    “Begini dey... Ada yang harus Om jelaskan” tukas Om Fredy sebelum ia melanjutkan penjelasannya, sementara Deyami hanya diam dengan muka datar.
    “menjelaskan apa Om?” tanya Deyami.
    “Uhmmm... beberapa minggu yang lalu Om memang sudah memesan tiket main granstand motoGP seperti yang kamu minta”. Tukas Om Fredy.
    Deyami tidak mengerti. Dahinya kembali mengernyit “Lalu?” cetusnya membuat Om Fredy dengan keraguan mengatakan apa yang harus dikatakan kepada Deyami.
    Om Fredy menatap  Deyami ragu  “Namun...celakanya Om...”
    Seakan mengerti dengan apa yang dikatakan  Om Fredy kepadanya, Deyami lantas merasa khawatir tentang tiket yang ia inginkan. Matanya memerah seakan ingin menangis. “Jangan bilang kalau Om menghilangkan tiketnya?” tukas nya dengan bibir yang gemetar karena menahan tangis.
    Om Fredy menatap Deyami datar “maafkan keteledoran Om, Dey. Tapi..”

    Belum selesai penjelasan dari Om Fredy, Deyami telah meneteskan air mata di pipi nya. Perasaannya sedih, kesal, dan merasa kecewa dengan apa yang sudah dilakukan Om Fredy. Ia merasa perjalanannya ke Qatar sia-sia jika tanpa adanya tiket motoGP yang diharapkannya.  Ia menyesal telah menyuruh Om Fredy untuk membelikannya tiket jauh hari. Tau begini, lebih baik ia memesan tiket sendiri di jauh hari.

    Deyami tak dapat membendung air mata nya yang mengalir begitu dahsyat dipipi. Suara tangis nya pun terdengar menggelegar. Sambil menangis itu pun ia berfikir, tega sekali Om Fredy menjadikan dia sebagai korban keteledoran. Om yang tak berguna! Kutuk Deyami dalam hati.
    “Om tolong pesan kan aku tiket pesawat besok untuk pulang!” tukas Deyami  sambil terisak-isak menahan tangis, sesekali ia menyeka air matanya dengan jari nya.
    Tante Alisa menatap  Deyami dengan rasa peduli “pulang? Bukankah besok kamu akan menyaksikan freepractice motoGP di sirkuit Losail?”
    “Tidak tanpa sebuah tiket! Dan seperti yang tante dengar sendiri, tiket itu telah...” Deyami kembali menangis, kini tangisannya lebih luar biasa daripada tadi.

    Tante Alisa kemudian beranjak dari kursi nya, ia kemudian menghampiri deyami dan mengusap pundak Deyami.
    “Sudahlah, jangan menangis dey” ungkap Tante Alisa berusaha menenangkan perasaan Deyami. Kemudian Tante Alisa  menatap sinis kearah Om Fredy. “ayolah Fred! Jangan bermain-main! Jangan membuatnya seperti ini!”. Bentaknya.
    “Aku tidak bermain-main Alisa” cetus Om Fredy meyakinkan Tante Alisa kalau dia sedang tidak bermain-main.
    Tante Alisa menatap Om Fredy shock, “Apa maksud mu, Fred?”
    Om Fredy menatap Tante Alisa “maksud ku adalah...” Om Fredy kemudian hening. Ia  memperbaiki posisi duduknya, ia merasa bersalah telah membuat Deyami seperti itu, dan kini ia mencoba menjelaskan dengan seksama kepada Deyami juga Alisa istrinya  tentang apa yang terjadi terhadap tiket yang telah di belinya beberapa minggu lalu.
    “Sebelumnya aku minta maaf atas keteledoran ku. Aku memang sudah membeli tiket yang Deyami inginkan. Namun bebera
pa hari lalu, aku... menghilangkannya. Tapi...”
    Tante Alisa kembali shock “Jadi, kau benar-benar menghilangkan tiket itu?” pekiknya memotong pembicaraan Om Fredy yang belum selesai menjelaskan.
    “Dengarkan aku dulu. Aku akan menjelaskan”.
    Deyami menatap  Om Fredy kesal “Sudahlah! Om tidak perlu menjelaskannya lagi. Semua cukup jelas” bentak Deyami sambil terus menangis.
    Om Fredy menatap  Deyami iba “Tolonglah nak. Izinkan Om untuk menjelaskan...”
    “Semua sudah jelas! Tiket itu hilang. Itu artinya perjalanan ku kesini hanya sia-sia” tukas Deyami.
    “Tapi, Om...” seru Om Fredy terus berusaha menjelaskan. Namun naas, pembicaraannya selalu dipotong oleh Deyami.
    “Om tidak akan pernah mengerti bagaimana berharganya tiket itu bagiku” pekiknya sambil terus menangis. Tentu ini membuat Om Fredy terenyah dan diam membisu. Begitu juga dengan Tante Alisa.
    Deyami terus menangis  mengingat bahwa ia tidak akan bisa menyaksikan pegelaran  motoGP seperti yang sudah ia rencanakan. Semua yang dilakukannya selama ini untuk mendapatkan tiket itu dan untuk perjalanan nya ke sana, hanya sia-sia.
    “Andai Om tau betapa sulitnya mengumpulkan uang untuk mendapatkan tiket itu bagi seorang gadis remaja seperti aku. Aku perlu menabung bertahun-tahun untuk ini semua Om. Dan Andai Om tau bagaimana melelahkannya perjalananku demi hal yang aku idam-idamkan selama ini. Semua perjuanganku. Dan kini, aku mendapati tiket itu tidak benar-benar ada karena keteledoran Om. Om tidak akan pernah mengerti betapa berharganya itu semua bagi ku. Semua ini...menjadi sia-sia” tukas Deyami sambil terisak-isak. Sementara Om Fredy tetap terdiam.
    “Bukan maksud Om membuat mu kecewa” cetus Om Fredy dengan muka datar.
    Deyami sama sekali tidak memperdulikan perkataan Om Fredy lagi. Ia sudah terlanjur kecewa “Tante aku ingin pulang besok. Tolong pesankan aku tiket untuk pulang” tukas Deyami menyambar pembicaraan Om Fredy yang tadinya bermaksud ingin menjelaskan sesuatu kepada Deyami.

    Om Fredy kemudian  berdiri dan melangkah menuju kamar dengan perasaan bersalah. Namun apalah daya, untuk menjelaskan pun ia tak memiliki kesempatan. Sementara itu Deyami masih terisak-isak menangis. Tante Alisa kemudian meninggalkan Deyami dan menyusul Om Fredy ke kamar.
    “Fred!” pekik Tante Alisa memanggil Om Fredy. Namun Om Fredy tak sedikitpun memperdulikannya ia tetap terus melangkah menuju kamar.
    “Oh Fred! Lihatlah yang kau lakukan. Kau telah membuatnya menangis. Dan kini kau membiarkannya begitu saja” Tukas Tante Alisa kembali menbuka mulut-menyalahkan Om Fredy yang telah membuat Deyami menangis dan meninggalkannya begitu saja di ruang makan.
    “Ayolah Alisa. Kau tau, bukan ini yang aku inginkan bukan?” sanggah Om Fredy sambil terus melangkah menuju lemari.
    “Tapi, kau telah mengecewakannya, Fred. Lihat! Kini dia menangis karna mu. Kini kau harus mempertanggung jawabkan perbuatan mu” tukas Tante Alisa-membuat Om Fredy menghentikan langkahnya dan memutar badan mengarah ke Tante Alisa.
    Om Fredy kemudian menatap  lekat Tante Alisa “Aku tidak bermaksud mengecewakan nya. Tolonglah...aku akan jelaskan”
    Tante alisa melipat kedua tangannya diatas perut. Kemudian dia menatap kesal kearah Om Fredy “Apapun penjelasan mu, jelaskan kepadanya. Bukan kepada ku!” bentak Tante Alisa kesal dengan Om Fredy yang pergi meninggalkan Deyami tanpa rasa bersalah.
    Om Fredy kemudian berjalan mendekati Tante Alisa dan memegang kedua pundak istrinya itu, sambil menatap matanya lekat “Oh Alisa ku sayang. Tolonglah. Kau lihat sendiri kan, aku sudah berusaha ingin menjelaskan . Tapi seperti yang kau lihat, dia selalalu memotong pembicaraan ku. Bahkan, kau sendiri, sepertinya juga tidak ingin penjelasan dari ku” tukas Om Fredy, berusaha kembali meluluhkan hati istrinya.
    Tante Alisa menghela nafas. Tangan kirinya kini mengusap  dahi nya yang mungkin sudah dibanjiri keringat emosional atau apalah itu “Tapi, apa kau tega melihat nya menangis begitu?” tanya Tante Alisa.
    Om Fredy menghela nafas “tentu saja tidak”
“Kalau begitu, kembali padanya dan jelaskan yang sebenarnya” tukas Tante Alisa dengan bijak.
    Om Fredy mengangguk-ngangguk faham. Ia kemudian memutar badannya dan kembali berjalan  menuju lemari. Ini tentu membuat Tante Alisa semakin kesal.
    “Fred!! Tolonglah! Kembali padanya untuk menjelaskan!” pekik Tante Alisa kepada Om Fredy yang kini tampak tengah membuka lemari.
    “Biarkan ini yang menjelaskan” cetus Om Fredy kepada Tante Alisa sambil mengarahkan tiga lembar kertas yang ia pegang kepada Tante Alisa.
    Tante Alisa menganga “Darimana kau mendapatkannya? Bukankah tiket itu hilang?” seru Tante Alisa tidak percaya terhadap apa yang ia lihat.
    “ini yang ingin aku jelaskan tadi!” seru Om Fredy. “Tiket itu memang hilang. Dan ini, aku mendapatkan gantinya dari Antonio. Kemarin ia kirimkan ini kepada ku” tukas Om Fredy menjelaskan dengan simpel kepada Tante Alisa.
    Tante Alisa masih heran. Tampak dahi nya masih terus mengernyit “Jadi, Antonio memberikan kita tiket ini?” tanya nya. “kenapa kau tidak memberitahu ku, Fred?”
    “Ya. Seperti yang kau lihat. Aku ingin memberitahu mu kemarin. Tapi tampaknya kau begitu sibuk dengan pekerjaan mu. Dan tahun ini kita juga kembali diundang menjadi tamu di paddock team milik anaknya. Dan yang paling penting, kali ini ia memberikan satu VIP ticket untuk kita. Ya, tentu saja untuk Deyami” tukas Om Fredy.
    “VIP ticket? Bagaimana bisa Antonio memberikan itu pada mu, Fred? Bukankah harganya sangat mahal?” tanya Tante Alisa. Tampaknya ia masih penasaran.
    “Kemarin dia menelepon ku, memberitahukan bahwa dia akan memberikan kita pass tiket untuk kepaddock milik anak nya. Aku fikir disitu ada kesempatan. Dan aku menceritakan pada nya kalau kita akan datang bersama Deyami. Dan aku juga mengatakan   kalau aku membutuhkan satu tiket  untuk mengganti tiket yang ku hilangkan. Untunglah Antonio mau mencarikan ku tiket. Ya, tiket VIP ini lah. Aku sempat shock, karena aku tidak akan mungkin bisa membayar tiket semahal itu. syukurlah, dia memberikan gratis kepada ku” tukas Om Fredy menjelaskan dengan panjang lebar kepada Tante Alisa.
    “Oh Fred, Deyami akan senang mengetahui ini” seru Tante Alisa.
    Om Fredy mengangguk dan tersenyum “Tentu saja sayang” jawabnya.

    Tante Alisa kemudian tertawa kecil. Om Fredy balas tertawa kecil Tante Alisa dan kemudian ia  berjalan mendekat kearah Tante Alisa. Tante Alisa pun merangkul lengan Om Fredy sambil mengusapnya dan mereka pun berjalan  keluar kamar menuju meja makan tempat dimana Deyami duduk dengan keadaan masih menangis.

    Deyami mendongak dan menatap kesal kearah Om Fredy. Dengan perasaan yang masih kesal, ia kemudian membuang muka. Air mata nya kembali mengalir membasahi pipi nya yang membuntal. Isak tangis kembali terdengar. Om Fredy dan Tante Alisa menatap Deyami lekat-lekat.
    “Dey..” sapa Om Fredy kepada Deyami yang masih terisak. Namun Deyami sama sekali tidak memperdulikan Om Fredy. Ia justru membuang muka, kesal. Kekecewaannya telah membuat nya tak ingin lagi menatap Om Fredy.

    Om Fredy sangat faham apa yang dirasakan Deyami. Perasaan marah dan membenci dirinya karena telah menghilangkan tiket yang ia inginkan. Alisa istrinya mengusap pundaknya. Om Fredy menoleh, dan menatap mata bulat istrinya itu. Tante Alisa mengangguk, mengodenya agar tidak terlalu banyak bicara kepada Deyami-sekaligus mengode agar Om Fredy segera memberikan tiket yang ia pegang kepada Deyami. Faham akan kode itu, Om Fredy kemudian menaruh tiket itu diatas meja tepat dihadapan Deyami-membuat Deyami mengalihkan pandangannya terhadap apa yang ditaruh Om Fredy diatas meja itu.

     ...
    Deyami ter-nganga shock. Benar-benar shock tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Beberapa detik mulutnya ternganga seolah membiarkan lalat masuk kemulutnya. Matanya melotot seperti melihat setan. “OH MY GOD!” kata pertama yang keluar dari mulut nya. Ia kemudian menatap Om Fredy dan Tante Alisa dengan wajah super shock. Om Fredy dan Tante Alisa hanya tersenyum melihat reaksi Deyami. Kembali ia menatap tiket itu dan menyentuhnya. “I...ini VIP tiket Om?” tanya nya masih tidak percaya.
    Om Fredy mengankat alisnya, “ya! Seperti yang kamu lihat”. Tukasnya meyakinkan.
    “V..v...I...P tik...tikett” gumam nya gemetar dan kemudian menatap Om fredy dan Tante Alisa.
    Om Fredy mengangguk “Ya”.
    “I..ini untuk ku Om?” tanya Deyami.
    Om Fredy mengangguk dan tersenyum “Tentu saja, sayang”.
    “Darimana Om mendapatkannya?” tanya Deyami masih tidak percaya.
    “Teman Om yang berikan” tukas Om Fredy membuat mata Deyami berbinar. “Oh ya, besok kita juga akan mendapatkan pass dari San Carlo Team Italia” tukas Om Fredy melanjutkan.
    Deyami kembali ternganga. Dahi nya mengernyit. Mungkin otak nya masih belum bisa mencerna apa yang dikatakan oleh Om Fredy. Om Fredy yang faham dengan reaksi Deyami-langsung mengulangi kembali dengan jelas apa yang ia maksud.
     “Begini, kita akan menjadi tamu di paddock team Matteo Ferrari, anak dari sahabat Om. Dia meminta Om untuk datang. Sudah 2 tahun ini Om selalu di undang untuk datang kesana.” Tukas Om Fredy menjelaskan.
    “Ke paddock? Matteo Ferrari?” seru Deyami.
    Om Fredy tertawa kecil, “Ya” tukasnya. “besok kita akan kesana bersama-sama untuk menyaksikan free practice. Dan tentu saja kami akan mengenalkan mu kepada Antonio juga anaknya disana nanti”.
     Deyami lantas melompat-lompat kegirangan.  Senang dengan apa yang sudah Om Fredy katakan. Ia lantas memeluk Om Fredy dan Tante Alisa.

    “Terima kasih Om, Tante. Aku sayang kalian.” Tukasnya sambil menyeka air matanya yang masih tersisa dimata juga pipinya.
    “Kami juga sayang kamu Deyami.” Sahut Tante Alisa dengan disertai senyum. Begitu juga dengan Om Fredy.
    “Yasudah, lebih baik sekarang kamu beristirahat. Kami juga ingin beristirahat.” Sambung Om Fredy.
    “Baiklah Om, Tante.”
    “Mari Tante antar ke kamar tidur mu.”

    Tante Alisa kemudian mengantarkan Deyami ke kamar tamu yang sebelumnya sudah dibereskan Tante Alisa.
    “Nah, beristirahatlah disini.” Tukas Tante Alisa sambil membuka pintu kamar dan mempersilahkan Deyami untuk beristirahat.
    “ya tante. Terima kasih.”

    Sambil celingak-celinguk, Deyami memasuki kamar. Matanya jelalatan melihat seluruh sudut ruangan. Ia kemudian membuka hoodie  yang ia kenakan dan melemparnya keatas tempat tidur. Ia kemudian membuka kopernya dan mengambil satu stel baju tidur.

    Selesai mengganti pakaian, Deyami menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur. Ia menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Detik selanjutnya ia merogoh tas selempangnya. Mencari-cari keberadaan ponselnya. Battery Low, sial baginya mendapati ponsel nya dalam keadaan sekarat. Ia kemudian berjalan menuju koper mencari keberadaan powerbank-yang ternyata bernasip sama dengan ponselnya-bahkan powerbank itu sudah tidak bernyawa lagi. Tanpa fikir panjang ia kemudian mencari keberadaan charger.

    Ketemu juga nih nyawa kedua. Serunya dalam hati. Ia kemudian mencari lubang colokan listrik untuk nge-charge  ponsel nya.

    Deyami kembali merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur sesaat setelah selesai mencolokan charger yang terhubung ke ponselnya. kini ia tidak tau harus melakukan apalagi. Ponsel yang selalu menemani nya telah mati suri. Oh ya, mendengarkan musik kesayangan, serunya dalam hati.

    Deyami bergegas mengambil iPod miliknya di dalam tas. Baru saja ia ingin  menghidupkan iPod itu, tiba-tiba ia teringat kalau iPod itu pun sudah tidak bernyawa lagi  sejak di pesawat. Deyami menarik nafas panjang dan mengeluarkan nya lewat moncong yang di manyunkan. Kembali ia mencari charger didalam koper dan bergegas men-charge iPod miliknya.

    Kini ia kembali menuju tempat tidur dan duduk ditepian ranjang. Deyami memutar-mutar kedua bola matanya. Pipinya membalon dan memancungkan bibirnya. PSP!”  pekinya seketika ia mengingat kalau ia membawa teman bermain nya. Segera ia berjalan menuju koper dan mencari keberadaan teman bermainnya itu.
    Nah ketemu! Awas kalau low battery lagi... serunya sambil menekan sebuah konsil  yang membuat PSP itu menyala. Beruntung, teman bermainnya itu masih bernyawa. Tampak nya Deyami begitu akrab dengan temannya itu.

   YEAHH!!!  Pekiknya saat rider idolanya berhasil menjadi yang terdepan di motoGP game yang ia mainkan.

     Deyami kembali merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur. Kini ia tengah  menatap kearah langit-langit kamar. Kembali Deyami terhanyut dalam lamunannya. Seakan melihat wajah rider idolanya mengambang dilangit-langit kamar, ia tersenyum-senyum sendiri. Dani...Nicco...Scott... gumamnya sambil terus menatap langit-langit kamar. Namun tiba-tiba wajahStefan dan Rayan  menghancurkan lamunan indah nya. Lah kok! Ada Stefan?! Lah, Rayan juga?!  Ungkap nya bingung saat melihat wajah Stefan dan Rayan ikutan ngambang di langit-langit kamar bersama wajah rider kesayangannya. Deyami kemudian menepuk-nepuk pipi dan jidad nya. Ntah apa maksud bocah itu. Mungkin agar ia tidak fokus lagi dengan wajah Stefan dan Rayan yang nyalip di antara wajah-wajah rider kesayangannnya di langit-langit kamar.

    Menit Selanjutnya Deyami mengambil tiket yang tadi diberikan Om Fredy kepadanya. Ia kemudian mengamati tiket itu lekat-lekat. Perasaan nya begitu bahagia. Dada nya berdebar-debar. Kembali ia menatap ke langit-langit kamar untuk melanjutkan lamunan dan khayalannya. Namun, lagi-lagi wajah Stefan dan Rayan nongol dilangit-langit kamar yang ia pandangi. Stefan?! okelah, dia masih ada kaitannya dengan lamunan ku. Wajahnya mirip Stefan Bradl sih. Nah! Rayan?! Apa hubungannya???? Begitu fikirnya dalam hati. Ia kemudian kembali menepuk-nepuk pipi dan jidadnya. Tapi, detik selanjutnya Deyami malah tersenyum-senyum sendiri. Mungkin ia teringat tentang insiden konyol nya saat berpura-pura pingsan beberapa hari lalu saat bersama Rayan.

    Menit  selanjutnya Deyami menguap panjang. Hari ini benar-benar melelahkan  baginya. Perjalanan 9 jam yang begitu membosankan, juga terkurasnya tenaganya akibat menangis yang membuat matanya sembab. Tentu saja ia sangat lelah. Deyami pun  memutuskan untuk tidur. Bergegas ia mencari posisi yang nyaman. Ia kemudian menarik dan merangkul bantal guling. Hari yang melelahkan...  gumamnya. Tak berapa lama ia sudah jatuh terlelap.

------

    Pagi yang cerah. Dengan matahari yang memancar keseluruh penjuru bumi, terkecuali kamar milik Deyami yang masih diterangi oleh lampu tidur yang samar-samar. Jam mini yang ada di meja sebelah tempat tidur Deyami sudah menunjukan pukul 10: 00, bahkan jarum jam itu tak lagi tepat menunjuk angka 10, melainkan melewatinya sedikit. Deyami masih terlalu lelah untuk bangun begitu cepat. Mungkin karena jetlag, alias perbedaan waktu. Ia masih tertidur dengan lelapnya. Tante Alisa dan Om Fredy enggan untuk membangunkannya. Ya, tentu saja karena mereka faham akan kelelahan yang dialami keponakan nya itu.

    Saat tengah nyenyak tertidur, tiba-tiba paparan cahaya matahari masuk disela-sela jendela kamar Deyami. Membuat mata Deyami yang masih terpicing menjadi silau dan menyadarkannya dari tidur nyenyak nya. Perlahan ia mencoba membuka sedikit matanya yang masih lengket. Samar-samar ia melihat sesosok wanita yang mengenakan pakaian dress putih dengan rambut yang terurai panjang tengah berdiri didekat jendela kamar. Deyami kemudian terenyah kaget dan terlonjak dari tidurnya. Ia membuka matanya lebar-lebar. Ternyata itu bukanlah penampakan hantu suzana seperti yang ia fikir, melainkan Tante Alisa yang tengah menyibakkan kain jendela dan membiarkan cahaya matahari masuk menerangi kamar. Kamvrett!! Kirain kuntilanak!! Kutuk Deyami dalam hati sambil mengelus-ngelus dadanya yang berdebar.

    “Selamat pagi sayang. Sudah bangun ya?” sapa Tante Alisa saat menyadari Deyami sudah terbangun dari tidurnya.
    “Selamat pagi Tante Alisa” jawab Deyami kemuidan meregangkan badannya yang terasa masih lelah.
    “Bagaimana tidurnya? Sepertinya nyenyak sekali” cetus Tante Alisa yang kemudian berjalan kesudut kamar-menuju sebuah tombol pengatur suhu penghangat ruangan.
    “Nyenyak sekali Tante. Bahkan mungkin kurang” cetus Deyami dengan wajah datarnya yang melihatkan jelas bahwa ia benar-benar masih mengantuk dan masih membutuhkan tidur.

    Tante Alisa menoleh kearah Deyami yang masih terpaku diranjang dan didapatinya Deyami tengah menguap panjang. “Kamu masih ngantuk ya?” cetus Tante Alisa.
    “Heheh. Ia Tante” jawab Deyami sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil nyengir gak jelas.
    Tante Alisa menggeleng “Ayo bangun. Bergegaslah mandi. Dikamar mandi, Tante sudah menyiapkan air hangat untuk mu mandi” tukasnya.
    Deyami mengangguk “Iya Tante”.
    “Setelah selesai mandi dan berbenah, segeralah keruang makan. Tante sudah menyiapkan sarapan untuk mu” Tukas Tante Alisa kembali.
    Deyami terpaku. Ia terdiam sesaat. Wahh!! Jadi ratu nih disini. Apa-apa disiapin semua. Adopsi aku Tante...Adopsi. Please!. Cetusnya dalam hati senang dengan perlakuan Tante Alisa. Tante Alisa memang sosok yang penyayang. Terlebih kepada anak-anak ataupun remaja seusia Deyami. Karena memang sejak pernikahannya dengan Om Fredy-suaminya-25 tahun silam, ia tidak memiliki anak dari hasil pernikahannya. Mereka hanya mengadopsi seorang anak lelaki yang telah dirawatnya sejak kecil. Dan kini anak mereka berada di Itali untuk menyelesaikan study nya.

    “Dey, kamu tidak apa?” seru Tante Alisa mengagetkan Deyami.
    “eh...hah...iya Tante. Aku baik saja”
    “Kalau begitu segeralah mandi”
    “Baik tante”

    Tante Alisa pun beralih meninggalkan kamar. Sementara Deyami  masih terpaku lemah ditempat tidur. Namun menit selanjutnya ia beralih dari tempat tidur dan berjalan menuju ponselnya yang tengah ter-charge. Ia membuka lockscreen pada ponsel itu dan setidaknya ada beberapa missedcalls juga beberapa pesan dari mama nya juga dari sahabatnya. Ia membalas pesan itu satu-satu dan kemudian beralih menuju kamar mandi.

    Deyami menatap jam kecil disudut meja. Ternyata hari sudah menunjukan pukul 12 kurang seperempat. Setelah memakai pakaian dan merapikan diri, ia bergegas keluar kamar untuk menemui Tante Alisa dan Om Fredy diruang makan.
    “Hi tante” sapa Deyami tepat saat ia melihat Tante Alisa tengah sibuk dengan  beberapa menu makanan di meja makan.
    “Oh, hi sayang” jawabnya ramah.
    Deyami celingak celinguk, mencari-cari Om Fredy yang tak kunjung dilihatnya “Dimana Om Fredy?” tanya nya.
    “Dia sudah berangkat untuk kerja tadi pagi saat kau masih tidur sayang”
    “Oh. Hehe. Aku begitu kesiangan ya. Kenapa tidak tante bangunkan?”
    “Kau tampak sangat lelah sayang” jawab tante Alisa yang masih sibuk dengan piring dan gelas. “Makanlah. Kau pasti sudah lapar” lanjutnya.
    Deyami tersenyum “Terima kasih tante. Oh ya, kenapa Cuma ada satu piring? Tante tidak ikut makan?”.
    “Aku sudah kenyang. Kau saja, aku akan menemani mu disni” tukas Tante Alisa.
    Deyami tersenyum ia kemudian mengambil makanan kepiringnya dan melahapnya dengan nikmat hingga tak ada lagi yang bersisa dipiringnya.

    “Oh ya, Om pulang jam berapa tante? Tanya Deyami setelah meneguk segelas air mineral.
    “Tante rasa sebentar lagi dia akan pulang” jawab Tante Alisa seadanya sambil memebereskan meja makan.
    “Kenapa begitu cepat?”
    “Kau lupa bahwa hari ini kita akan kemana?” sergah Tante Alisa.
    “Astaga! Aku hampir saja lupa” pekik Deyami membuat Tante Alisa menggeleng.
    “Kau akan kehilangan kesempatan jika kau lupa, sayang”
    Deyami terkekeh “Tak akan lagi Tante. Aku hanya berpura-pura lupa” sergahnya. Kemudian Tante Alisa pun terkekeh. Tiba-tiba deringan telepon menghentikan kekehan mereka. Tante Alisa segera berjalan menuju telepon dan mengangkat gagangnya.
    “Halo? Dengan siapa ini?”
    “Hai sayang. Ini aku”
    “Ada apa sayang?” tanya Tante Alisa setelah mengenal suara yang ada ditelepon.
    “Begini, aku baru bisa pulang sore nanti. Begitu banyak pekerjaan yang harus ku kerjakan hari ini” jelas Om Fredy.
    “Oh tuhan! Bagaimana dengan rencana kita?”
    “Tenanglah dulu. Akan ku usahakan secepat mungkin. Setelah semua pekerjaan ku selesai, aku akan segera pulang” tukas Om Fredy.
    “Baiklah kalau memang begitu”
    “Akan aku kabari lagi nanti. Sudah ya, aku harus bekerja lagi”
    “Baik sayang”
    Tannte Alisa pun menaruh kembali gagang telepon. Deyami menoleh Tante Alisa. “Dari Om ya Tante?” tanya nya.
    “Iya sayang”
    “Om bilang apa?”
    “Bukan apa-apa” jawab Tante Alisa seadanya. Sementara Deyami hanya mengangguk.

--------

    Deyami merebahkan badannya ketempat tidur. Rasanya hari ini akan menjadi hari yang paling menyenangkan sepanjang hidupnya. Bagaimana tidak? Hari ini adalah hari yang paling ditunggu-tunggu nya. Hari yang akan membawanya bertemu dengan pembalap kuda besi idolanya. Itu pun kalau dia bernasib  baik. Setidaknya aku sudah mengantongi paddock pass. Bathin Deyami.
    Deyami meraih ponsel miliknya. Selalu seperti biasa ia membuka galeri MotoGP dan memandangi satu-persatu foto rider kesayangannya. Sedang asik memandang tiba-tiba ponselnya berdering.

Uwing!
Momod       : Hoi!
Momod       : Sombong bener sejak melancong!
Deyami       : Eh haha! Sibuk booo! Apa kabar?
Momod       : Njirrr!
Momod       : Kabar buruk karna kamu gak bawa aku kesana!
Deyami       : Hoh! Busyetttt!!
Deyami       : Emang duit ngeruk?
Momod       : Grok! Grok!
Momod       : Lagi apa kamu? Udah makan? Mandi? Eh disana panas pasti ya! Dijamin pasti kamu item deh nyampe Indo!
Deyami      : pertanyaan bertubi banget! Sejak kapan jadi wartawan?
Deyami   : Dingin banget disini! Aku nyampe uring-uringan karna dingin syukur ada penghangat ruangan. Kalau enggak? Bisa jadi minta kelonin bebeb Nicco Dani atau Redding nih biar hanget! Hukhuk!
Momod      : Hoh! Kelonin? Masih belum bangun dari mimpi?
Momod   : Serius aja! Mereka udah pasti bengek ngelonin bocah tengik kayak kamu. Believe deh!!
Deyami      : Terselip kedengkian kali ya, ngomong begitu! HAHA
Momod      : Bener aja sih tbh. Eh sekarang udah di sirkuit?
Deyami      : Serius aja jam segini di sirkuit! Masih jam 1 Males banget. Ga males sih, cuma ya...namanya juga pendatang. Ya tergantung yang bawa kesana aja! Huhu
Momod      : sini masih jam 10 huhu.
Momod      : Duh! Ntar telat. Aku inget waktu di sepang ngantri banget lho!
Deyami      : Ngantri??? HAHAHAHA!
Deyami      : Say GOOD BYE to “Ngantri”
Momod      : Dih! Songong!
Momod      : beneran ngantri, kapok!
Deyami      : Ga bakal!
Momod      : Takabur nih anak!
Deyami      : SEND A PICTURE 
Deyami      : Nohh lihat baik-baik!
Momod       : *RECEIVED PICTURE *
Momod       : ANJIRRRR!! Itu VIP tiket dey?
Deyami      : Mata situ masih sehat kan???
Momod       : OH MY GOD!! Dapet dimana? Itu kan mahal banget!!
Deyami      : Ga penting dapet darimana! Yang penting udah digenggaman aku mod! Haha
Deyami      : Ada satu kejutan lagi lho!
Momod       : Apaan?
Deyami      : Aku bakalan jadi tamu dipaddock SAN CARLO!
Deyami    : Dan tau aja itu paddock siapa...MATTEO FERRARI boooo!! OWHH MYY GODDD!! hihiww
Momod      : Kalau yang ini aku ga percaya!
Momod      : Drama banget kamu dey!!
Deyami      : Believe in me deh!
Momod      : ???????????
Deyami      : Terserah deh! Believe not believe but...nanti aku send bukti ke kamu. Siapin hati dan perasaan ya HAHAHA
Momod      : DEEEEEEYAMI !!!!
Deyami      : Mau  beberes dulu. BYE my beloved! Muah muah!
Momod      : Bye :(

    Deyami menaruh ponselnya. Kini ia tampak tengah menahan kebahagiaan. Ketemu Matteo? Hihi seneng banget apalagi ketemu Nicco Dani Redding. Bathin nya. Ia kemudian memandang kembali tiket yang ia miliki. Dada nya berdebar tak karuan. Deyami memejamkan matanya sekejap. Tiba-tiba ponselnya kembali berdering. Deyami tak begitu memperdulikan. Ia masih terus membiarkan fikirannya melayang-layang. Namun, detik selanjutnya ponselnya kembali berdring tiada henti. Ponselnya berdering bagaikan diserang bom nuklir.Apaan sih? Bathinnya. Rasa penasaraan begitu memaksanya untuk segera melihat dari siapa kah whatsapp message  yang begitu banyak itu. Dengan penuh penasaran Deyami meraih ponselnya.

GRUP ASOY (5)                                
Momod  : *SEND A PICTURE* 
Andika   : Apaan tuh? 
Shiva     : What the...itu kan VIP tiket!
Shiva     : Punya Deyami?
Roney    : Ehh fuk! Aku ketinggalan info nih!
Andika   : Gp qatar??? Anjirrr! Enak banget tuh anak punya VIP tiket.
Shiva      : Itu kan  mahal banget. Dapet duit dimana tuh anak???
Andika   : Ngepet kali!
Roney    : Setuju banget nih sama dika. Hokhok
Momod   : Hahaha! Aku nyampe ngiri lho dipamerin gituan
Andika   : Tbh aku juga ngiri!
Roney    : itu beneran punya si bocah tengik?
Momod   : *SEND A PICTUR*
Andika   : Taheee!! Ron, beneran punya deyami ron
Roney    : huffff
Shiva      : Tuh anak sekarang mana?
Momod   : Lagi beberes katanya. Nanti mau kesirkuit.
DEYAMI  : OOOO...PARA BAHLUL LAGI SIBUK NGEGUNJING PANTES!!!
Andika   : Eh orangnya nongol woy!
Shiva      : Deyy!! Mintain aku autograph nya si Marquez ya! Please.
Roney    : Aku autograph nya si om vale ya
Momod   : Kalau aku, karungin si stefan aja ya dey! Bawain buat aku.
Roney    : Bahaya nih mody!
Andika    : Aku juga mau dong! Autograph nya Jorge!
DEYAMI : KAMVRETT!! DASAR BAHLUL!! BANYAK AMAT NYING!! KALIAN KIRA GAMPANGAN??
Momod  : Demi persahabatan kita semua.
Shiva     : Bener banget!
Andika   : hooh!
DEYAMI  : GAK JANJI YA!!

      
    Deyami menghempaskan ponsel nya ke tempat tidur setelah ia meladeni pesan grup dari sahabat-sahabatnya. Ia menghela nafas panjang dan kemudian memejamkan matanya. Kembali ia terhanyut dalam fikiran yang sudah jauh ke sirkuit-membayangkan betapa berharganya kesempatannya kali ini. Menit selanjutnya, Deyami sudah jatuh terlelap membawa khayalannya yang indah masuk kedalam mimpi.

    Tante Alisa membuka pintu kamar dimana Deyami sudah terlelap ditempat tidur dikamar itu. Anak ini seperti putri tidur saja. Bathinya. Tante Alisa kemudian membangunkan Deyami. Meskipun sebenarnya ia enggan membangunkan, tetapi ia harus. Karena tepat satu jam lagi, mereka akan segera berangkat ke Losail sirkuit.
    “Kenapa kau masih berdiri dipintu kamar itu, sayang?” pekik Om Fredy yang tak  sengaja melihat istrinya disana saat ia lewat.
    Tante Alisa tersenyum “Lihat lah dia”.
    Dengan rasa penasaran Om Fredy segera berjalan mendekati pintu dimana istrinya tengah berdiri “Apa?”
    Tante Alisa hanya memberi isyarat, ia memancungkan ujung bibir nya sembari menolehkan kepalanya kearah Deyami tengah tertidur. “Dia masih tidur?” tanya Om Fredy setelah melihat Deyami yang tidur dengan lelap di tempat tidur.
    “Sepertinya dia sangat lelah. Aku jadi tidak tega membangunkannya, Fred” tukas Tante Alisa.
    Om Fredy mengelus bahu istrinya “Tak apa Alisa”, kemudia ia mengajak Tante Alisa mendekati Deyami dan kemudian membangunkannya perlahan.
    “Dey...” bisik Om fredy pelan sambil mengelus tangan Deyami. Dengan refleks Deyami terbangun dan membuka matanya. Ia menguap panjang dan meregangkkan  badannya.
    “Masih ngantuk ya?” tanya Tante Alisa. Deyami hanya tersenyum dan kemudian ia duduk.
    “Hehe...maaf Tante aku tertidur”
    “Tak apa. Kau tidak lupa kan dengan hari ini?” seru tante Alisa.
    “Ke sirkuit? Tentu saja tidak Tante”
    “Kalau begitu, bersiap dan berkemaslah segera. Kita akan berangkat pukul 3” tukas Om Fredy.
    “Siap Om! Aku sudah tidak sabar” pekik Deyami bahagia.

    Om Fredy dan Tante Alisa hanya tersenyum kemudian mereka berlalu meninggalkan Deyami dikamar itu dan membiarkannya berberes.

    Selesai berkemas, Deyami segera keluar menyusul Om Fredy dan Tante Alisa dengan membawa serta koper miliknya. Mereka pun bergegas masuk kedalam mobil untuk memulai perjalanan yang sangat dan sangat membuat jantung Deyami terus berdebar. Berdebar karena terlalu bersemangat. Deyami menyandarkan punggungnya pada bangku mobil, ia sangat menikmati perjalanan yang akan membawanya menuju ke tempat yang tentu saja akan membuat nya terpukau.


                                                                                                     Bersambung...