(Alohaaaaa readers kesayangan... Nih aku udah kelarin part 6 dari LOVE STORY (?) yang gaje banget. Disaranin buat yang mau baca, kudu punya waktu yang free ya. soalnya ini part panjang banget lhyo. Siapin juga mental untuk ngebaca part yang paling edan panjangnya ini. Yang udah kelar baca, jangan lupa tinggalin jejak ya. Happy
Dua jam perjalanan pun berakhir. Kini mereka telah tiba tepat didepan rumah
kediaman Om Fredy dan Tante Alisa. Tampak Tante Alisa tergesa-gesa membukakan pagar rumah. Mobil pun masuk dan langsung
menuju garasi setelah pagar rumah terbuka. Om Fredy mematikan mesin mobilnya
dan keluar dari mobil. Tante Alisa yang sangat menyambut kedatangan Deyami
segera membukakan pintu mobil Deyami.
“Selamat
datang di Qatar, dan selamat datang di kediaman kami.” Sapa Tante Alisa ramah
kepada Deyami.
Deyami
lantas keluar dari mobil dan menyiumi kedua pipi Tante Alisa “Terimakasih
Tante. Senang bisa berada disini” serunya.
“Mari
kita masuk”. Tukas Tante Alisa mempersilahkan Deyami masuk.
Sementara itu Om Fredy terlihat tengah
membawakan koper milik Deyami kedalam rumah. Setelah sampai didalam rumah, mereka pun kemudian langsung
menuju meja makan, disana Tante Alisa telah menyiapkan makan malam.
Di meja makan telah tersedia
beberapa makanan khas timur tengah yang dibuat oleh Tante Alisa juga beberapa
masakan Italia-karena memang Tante Alisa adalah imigrasi dari Italia. Sementara
Om Fredy sendiri sudah berwarga negara Italia sejak pernikahannya dengan Tante
Alisa 25 tahun silam, dan mereka menjadi imigrasi di Qatar sudah tiga tahun dan
itu pun karena tuntutan perkerjaan.
Deyami kemudian menyantap
hidangan makan malam yang telah disiapkan oleh Tante Alisa. Tidak ada ayam kecap
juga tidak ada sup kepiting kesukaannya. Apalagi pisang. Deyami menghela nafas
dan kemudian mengambil sebuah Dolma
(makanan khas timur tengah) sebagai makanan utama.
“Dey” sapa Om Fredy seusai
menghabiskan santap malam. Deyami yang tengah meneguk minumannya langsung
menatap pria yang ada didepannya itu.
“Ya?”
“Om ingin berbicara sedikit
mengenai tiket”
“Tiket?” Deyami bingung, ia sama sekali tidak
mengerti apa yang sedang dibicarakan
Om Fredy.
“Ya tiket”. Jawab Om Fredy mencoba
meyakinkan Deyami.
“Ada apa dengan tiket?”
“Begini dey... Ada yang harus Om jelaskan”
tukas Om Fredy sebelum ia melanjutkan penjelasannya, sementara Deyami hanya diam dengan muka datar.
“menjelaskan apa Om?” tanya
Deyami.
“Uhmmm... beberapa minggu yang lalu Om memang sudah
memesan tiket main granstand motoGP seperti yang kamu minta”.
Tukas Om Fredy.
Deyami tidak mengerti. Dahinya
kembali mengernyit “Lalu?” cetusnya membuat Om Fredy dengan keraguan mengatakan
apa yang harus dikatakan kepada Deyami.
Om Fredy menatap Deyami ragu
“Namun...celakanya Om...”
Seakan mengerti dengan apa yang
dikatakan Om Fredy kepadanya, Deyami
lantas merasa khawatir tentang tiket yang ia inginkan. Matanya memerah seakan
ingin menangis. “Jangan bilang kalau Om menghilangkan tiketnya?” tukas nya
dengan bibir yang gemetar karena menahan tangis.
Om Fredy menatap Deyami datar
“maafkan keteledoran Om, Dey. Tapi..”
Belum selesai penjelasan dari Om Fredy, Deyami telah
meneteskan air mata di pipi nya. Perasaannya sedih, kesal, dan merasa kecewa dengan apa yang sudah dilakukan Om Fredy. Ia
merasa perjalanannya ke Qatar
sia-sia jika tanpa adanya tiket motoGP yang diharapkannya. Ia
menyesal telah menyuruh Om Fredy untuk membelikannya tiket jauh hari. Tau
begini, lebih baik ia memesan tiket sendiri di jauh hari.
Deyami tak dapat membendung air mata nya yang mengalir
begitu dahsyat dipipi. Suara tangis nya pun terdengar menggelegar. Sambil menangis
itu pun ia berfikir, tega
sekali Om Fredy menjadikan dia sebagai korban keteledoran. Om yang tak berguna!
Kutuk Deyami dalam hati.
“Om tolong pesan kan aku tiket pesawat besok untuk pulang!” tukas Deyami sambil terisak-isak menahan tangis, sesekali
ia menyeka air matanya dengan jari nya.
Tante Alisa menatap
Deyami dengan rasa peduli “pulang? Bukankah besok kamu akan
menyaksikan freepractice motoGP di sirkuit Losail?”
“Tidak tanpa sebuah tiket! Dan seperti yang tante dengar sendiri, tiket itu
telah...” Deyami kembali menangis, kini tangisannya lebih luar biasa daripada tadi.
Tante Alisa kemudian beranjak
dari kursi nya, ia kemudian menghampiri deyami dan mengusap pundak Deyami.
“Sudahlah, jangan menangis dey”
ungkap Tante Alisa berusaha
menenangkan perasaan Deyami.
Kemudian Tante Alisa menatap sinis kearah Om Fredy. “ayolah Fred!
Jangan bermain-main! Jangan membuatnya seperti ini!”. Bentaknya.
“Aku tidak bermain-main Alisa”
cetus Om Fredy meyakinkan Tante Alisa kalau dia sedang tidak bermain-main.
Tante Alisa menatap Om Fredy
shock, “Apa maksud mu, Fred?”
Om Fredy menatap Tante Alisa “maksud
ku adalah...” Om Fredy kemudian hening. Ia memperbaiki posisi duduknya, ia
merasa bersalah telah membuat Deyami seperti itu, dan kini ia mencoba menjelaskan dengan seksama
kepada Deyami juga Alisa
istrinya tentang apa yang terjadi terhadap tiket yang telah di belinya beberapa minggu lalu.
“Sebelumnya aku minta maaf atas keteledoran ku. Aku memang sudah membeli tiket yang Deyami inginkan. Namun beberapa hari lalu, aku... menghilangkannya. Tapi...”
“Sebelumnya aku minta maaf atas keteledoran ku. Aku memang sudah membeli tiket yang Deyami inginkan. Namun beberapa hari lalu, aku... menghilangkannya. Tapi...”
Tante Alisa kembali shock “Jadi,
kau benar-benar menghilangkan tiket itu?” pekiknya memotong pembicaraan Om
Fredy yang belum selesai menjelaskan.
“Dengarkan aku dulu. Aku akan
menjelaskan”.
Deyami menatap Om Fredy kesal “Sudahlah! Om tidak perlu menjelaskannya lagi. Semua cukup jelas” bentak Deyami sambil terus menangis.
Deyami menatap Om Fredy kesal “Sudahlah! Om tidak perlu menjelaskannya lagi. Semua cukup jelas” bentak Deyami sambil terus menangis.
Om Fredy menatap Deyami iba “Tolonglah nak. Izinkan Om untuk
menjelaskan...”
“Semua sudah jelas! Tiket itu
hilang. Itu artinya perjalanan ku kesini hanya sia-sia” tukas Deyami.
“Tapi, Om...” seru Om Fredy terus
berusaha menjelaskan. Namun naas, pembicaraannya selalu dipotong oleh Deyami.
“Om tidak akan pernah mengerti bagaimana berharganya
tiket itu bagiku” pekiknya sambil terus menangis. Tentu ini membuat Om Fredy
terenyah dan diam membisu. Begitu juga dengan Tante Alisa.
Deyami terus menangis mengingat bahwa ia tidak akan bisa
menyaksikan pegelaran motoGP seperti yang sudah ia
rencanakan. Semua yang dilakukannya selama ini untuk mendapatkan tiket itu dan
untuk perjalanan nya ke sana, hanya sia-sia.
“Andai Om tau betapa sulitnya
mengumpulkan uang untuk mendapatkan tiket itu bagi seorang gadis remaja seperti
aku. Aku perlu menabung bertahun-tahun untuk ini semua Om. Dan Andai
Om tau bagaimana melelahkannya perjalananku demi hal yang aku idam-idamkan
selama ini. Semua perjuanganku. Dan kini, aku mendapati tiket itu tidak
benar-benar ada karena keteledoran Om. Om tidak akan pernah mengerti betapa
berharganya itu semua bagi ku. Semua ini...menjadi sia-sia” tukas Deyami sambil
terisak-isak. Sementara Om Fredy tetap terdiam.
“Bukan maksud Om membuat mu kecewa” cetus Om
Fredy dengan muka datar.
Deyami sama sekali tidak memperdulikan
perkataan Om Fredy lagi. Ia sudah terlanjur kecewa “Tante aku ingin pulang
besok. Tolong pesankan aku tiket untuk pulang” tukas Deyami menyambar pembicaraan
Om Fredy yang tadinya bermaksud ingin menjelaskan sesuatu kepada Deyami.
Om Fredy kemudian berdiri dan melangkah menuju kamar dengan
perasaan bersalah. Namun apalah daya, untuk
menjelaskan pun ia tak memiliki
kesempatan. Sementara itu
Deyami masih terisak-isak menangis. Tante Alisa kemudian meninggalkan Deyami
dan menyusul Om Fredy ke kamar.
“Fred!” pekik Tante Alisa
memanggil Om Fredy. Namun Om Fredy tak sedikitpun memperdulikannya ia tetap terus melangkah menuju kamar.
“Oh Fred! Lihatlah yang kau
lakukan. Kau telah membuatnya menangis. Dan kini kau membiarkannya begitu saja”
Tukas Tante Alisa kembali menbuka mulut-menyalahkan Om Fredy yang telah membuat
Deyami menangis dan meninggalkannya begitu saja di ruang makan.
“Ayolah Alisa. Kau tau, bukan ini
yang aku inginkan bukan?” sanggah Om Fredy sambil terus melangkah menuju
lemari.
“Tapi, kau telah mengecewakannya, Fred. Lihat! Kini dia
menangis karna mu. Kini kau harus mempertanggung jawabkan perbuatan mu” tukas
Tante Alisa-membuat Om Fredy menghentikan langkahnya dan memutar badan mengarah
ke Tante Alisa.
Om Fredy kemudian menatap
lekat Tante Alisa “Aku tidak bermaksud mengecewakan nya. Tolonglah...aku
akan jelaskan”
Tante alisa melipat kedua
tangannya diatas perut. Kemudian dia menatap kesal kearah Om Fredy “Apapun penjelasan mu, jelaskan
kepadanya. Bukan kepada ku!” bentak Tante Alisa kesal dengan Om Fredy yang pergi meninggalkan Deyami tanpa rasa bersalah.
Om Fredy kemudian berjalan
mendekati Tante Alisa dan memegang kedua pundak istrinya itu, sambil menatap matanya lekat “Oh Alisa ku sayang. Tolonglah. Kau lihat
sendiri kan, aku sudah berusaha ingin menjelaskan . Tapi seperti yang kau lihat,
dia selalalu memotong pembicaraan ku. Bahkan,
kau sendiri, sepertinya juga tidak
ingin penjelasan dari ku”
tukas Om Fredy, berusaha kembali meluluhkan hati istrinya.
Tante Alisa menghela nafas.
Tangan kirinya kini mengusap dahi nya yang mungkin sudah dibanjiri
keringat emosional atau apalah itu “Tapi, apa kau tega melihat nya menangis begitu?” tanya Tante
Alisa.
Om Fredy menghela nafas “tentu
saja tidak”
“Kalau begitu, kembali padanya dan jelaskan yang sebenarnya” tukas Tante Alisa
dengan bijak.
Om Fredy mengangguk-ngangguk
faham. Ia kemudian memutar badannya dan kembali berjalan menuju lemari. Ini tentu membuat Tante Alisa
semakin kesal.
“Fred!! Tolonglah! Kembali padanya untuk menjelaskan!” pekik Tante Alisa kepada Om Fredy yang kini tampak tengah membuka lemari.
“Biarkan ini yang menjelaskan”
cetus Om Fredy kepada Tante Alisa sambil
mengarahkan tiga lembar kertas yang ia pegang kepada Tante Alisa.
Tante Alisa menganga “Darimana
kau mendapatkannya? Bukankah
tiket itu hilang?” seru Tante Alisa tidak percaya terhadap apa yang ia lihat.
“ini yang ingin aku jelaskan tadi!”
seru Om Fredy. “Tiket itu memang hilang. Dan ini, aku mendapatkan gantinya dari Antonio. Kemarin ia
kirimkan ini kepada ku” tukas Om Fredy
menjelaskan dengan simpel kepada Tante Alisa.
Tante Alisa masih heran. Tampak dahi nya masih terus mengernyit “Jadi,
Antonio memberikan kita tiket ini?” tanya nya. “kenapa kau tidak memberitahu ku, Fred?”
“Ya. Seperti yang kau lihat. Aku ingin memberitahu mu kemarin. Tapi tampaknya kau begitu sibuk dengan pekerjaan mu. Dan tahun ini kita juga kembali diundang
menjadi tamu di paddock team milik
anaknya. Dan yang paling penting, kali ini ia memberikan satu VIP ticket untuk kita. Ya, tentu saja untuk
Deyami” tukas Om Fredy.
“VIP ticket? Bagaimana bisa Antonio memberikan itu pada mu, Fred? Bukankah harganya sangat
mahal?” tanya Tante Alisa. Tampaknya ia masih penasaran.
“Kemarin dia menelepon ku, memberitahukan bahwa dia akan
memberikan kita pass tiket untuk kepaddock milik anak nya. Aku fikir disitu
ada kesempatan. Dan aku
menceritakan pada nya kalau kita
akan datang bersama Deyami. Dan aku juga mengatakan kalau
aku membutuhkan satu tiket untuk mengganti
tiket yang ku hilangkan. Untunglah Antonio mau mencarikan ku tiket. Ya, tiket
VIP ini lah. Aku sempat shock, karena aku tidak akan mungkin
bisa membayar tiket semahal itu. syukurlah, dia memberikan gratis kepada ku” tukas Om Fredy menjelaskan dengan
panjang lebar kepada Tante Alisa.
“Oh Fred, Deyami akan senang
mengetahui ini” seru Tante Alisa.
Om Fredy mengangguk dan tersenyum
“Tentu saja sayang” jawabnya.
Tante Alisa kemudian tertawa
kecil. Om Fredy balas tertawa kecil Tante Alisa dan kemudian ia berjalan mendekat kearah Tante Alisa. Tante
Alisa pun merangkul lengan Om
Fredy sambil mengusapnya dan mereka pun berjalan keluar kamar menuju meja makan tempat dimana Deyami duduk dengan keadaan
masih menangis.
Deyami mendongak dan menatap kesal kearah Om Fredy. Dengan perasaan yang masih kesal, ia kemudian
membuang muka. Air mata nya kembali mengalir membasahi pipi nya yang membuntal.
Isak tangis kembali terdengar. Om Fredy dan Tante Alisa menatap Deyami lekat-lekat.
“Dey..” sapa Om Fredy kepada Deyami yang masih terisak. Namun
Deyami sama sekali tidak memperdulikan Om Fredy. Ia
justru membuang muka, kesal. Kekecewaannya telah membuat nya tak ingin lagi
menatap Om Fredy.
Om Fredy sangat faham apa yang dirasakan Deyami. Perasaan marah dan membenci dirinya karena
telah menghilangkan tiket yang ia inginkan. Alisa istrinya mengusap pundaknya. Om Fredy menoleh, dan menatap mata bulat istrinya itu. Tante Alisa
mengangguk, mengodenya agar tidak terlalu banyak bicara kepada Deyami-sekaligus mengode agar Om
Fredy segera memberikan tiket yang
ia pegang
kepada Deyami. Faham akan
kode itu, Om Fredy kemudian menaruh tiket itu diatas meja tepat dihadapan Deyami-membuat Deyami mengalihkan pandangannya terhadap apa yang ditaruh Om Fredy diatas meja itu.
“...”
Deyami ter-nganga shock.
Benar-benar shock tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Beberapa detik mulutnya ternganga seolah
membiarkan lalat masuk kemulutnya. Matanya melotot seperti melihat setan. “OH MY GOD!” kata pertama yang keluar dari mulut nya. Ia
kemudian menatap Om Fredy dan Tante
Alisa dengan wajah super shock. Om Fredy dan
Tante Alisa hanya tersenyum melihat reaksi Deyami. Kembali ia menatap tiket itu dan menyentuhnya. “I...ini VIP tiket Om?” tanya nya masih tidak percaya.
Om Fredy mengankat alisnya, “ya!
Seperti yang kamu lihat”.
Tukasnya meyakinkan.
“V..v...I...P tik...tikett” gumam nya gemetar dan
kemudian menatap Om fredy dan Tante
Alisa.
Om Fredy mengangguk “Ya”.
“I..ini untuk ku Om?” tanya
Deyami.
Om Fredy mengangguk dan tersenyum
“Tentu saja, sayang”.
“Darimana Om mendapatkannya?” tanya Deyami masih tidak percaya.
“Teman Om yang berikan” tukas Om
Fredy membuat mata Deyami berbinar. “Oh ya, besok kita juga akan mendapatkan pass dari San Carlo Team Italia” tukas Om Fredy
melanjutkan.
Deyami kembali ternganga. Dahi
nya mengernyit. Mungkin otak nya masih belum bisa mencerna apa yang dikatakan oleh Om Fredy. Om Fredy
yang faham dengan reaksi Deyami-langsung mengulangi kembali dengan jelas apa yang ia maksud.
“Begini, kita akan menjadi tamu di paddock team Matteo Ferrari, anak dari
sahabat Om. Dia meminta Om untuk datang. Sudah 2 tahun ini Om selalu di undang
untuk datang kesana.” Tukas Om Fredy menjelaskan.
“Ke paddock? Matteo Ferrari?” seru Deyami.
Om Fredy tertawa kecil, “Ya”
tukasnya. “besok kita akan kesana bersama-sama untuk menyaksikan free practice. Dan tentu saja kami akan
mengenalkan mu kepada Antonio juga
anaknya disana nanti”.
Deyami lantas melompat-lompat kegirangan. Senang dengan apa yang sudah Om Fredy katakan. Ia lantas memeluk Om Fredy
dan Tante Alisa.
“Terima kasih Om, Tante. Aku
sayang kalian.” Tukasnya sambil menyeka air matanya yang masih tersisa dimata
juga pipinya.
“Kami juga sayang kamu Deyami.”
Sahut Tante Alisa dengan disertai senyum. Begitu juga dengan Om Fredy.
“Yasudah, lebih baik sekarang
kamu beristirahat. Kami juga ingin beristirahat.” Sambung Om Fredy.
“Baiklah Om, Tante.”
“Mari Tante antar ke kamar tidur
mu.”
Tante Alisa kemudian mengantarkan
Deyami ke kamar tamu yang sebelumnya sudah dibereskan Tante Alisa.
“Nah, beristirahatlah disini.”
Tukas Tante Alisa sambil membuka pintu kamar dan mempersilahkan Deyami
untuk beristirahat.
“ya tante. Terima kasih.”
Sambil celingak-celinguk, Deyami
memasuki kamar. Matanya jelalatan melihat seluruh sudut ruangan. Ia kemudian membuka hoodie yang ia kenakan dan
melemparnya keatas tempat tidur. Ia kemudian membuka kopernya dan mengambil satu stel baju tidur.
Selesai mengganti pakaian, Deyami menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur. Ia menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Detik selanjutnya ia merogoh tas
selempangnya. Mencari-cari
keberadaan ponselnya. Battery Low, sial baginya mendapati ponsel nya dalam keadaan sekarat. Ia kemudian berjalan
menuju koper mencari keberadaan powerbank-yang ternyata bernasip sama dengan ponselnya-bahkan powerbank itu sudah tidak
bernyawa lagi. Tanpa fikir panjang ia kemudian mencari keberadaan charger.
Ketemu juga nih nyawa kedua. Serunya dalam hati. Ia
kemudian mencari lubang colokan listrik untuk nge-charge ponsel nya.
Deyami kembali merebahkan
tubuhnya diatas tempat tidur sesaat
setelah selesai mencolokan charger yang terhubung ke ponselnya. kini ia tidak tau harus melakukan apalagi. Ponsel yang selalu menemani nya telah mati suri. Oh ya, mendengarkan musik kesayangan, serunya
dalam hati.
Deyami bergegas mengambil iPod miliknya di dalam tas. Baru saja ia
ingin menghidupkan iPod itu, tiba-tiba ia
teringat kalau iPod itu pun sudah tidak bernyawa lagi sejak di pesawat. Deyami menarik nafas panjang dan mengeluarkan nya lewat moncong yang di
manyunkan. Kembali ia mencari charger didalam koper dan bergegas men-charge iPod miliknya.
Kini ia kembali menuju tempat tidur dan duduk ditepian ranjang. Deyami memutar-mutar kedua
bola matanya. Pipinya membalon dan memancungkan bibirnya. “PSP!” pekinya seketika ia mengingat kalau ia membawa teman bermain nya. Segera ia
berjalan menuju koper dan mencari
keberadaan teman bermainnya itu.
Nah ketemu! Awas kalau low battery lagi... serunya sambil menekan
sebuah konsil yang membuat PSP itu menyala. Beruntung, teman bermainnya itu masih
bernyawa. Tampak nya Deyami begitu
akrab dengan temannya itu.
YEAHH!!!
Pekiknya saat rider
idolanya berhasil menjadi yang terdepan di motoGP game yang ia mainkan.
Deyami kembali merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur. Kini ia tengah menatap kearah langit-langit kamar. Kembali Deyami terhanyut
dalam lamunannya. Seakan melihat wajah rider idolanya mengambang
dilangit-langit kamar, ia tersenyum-senyum sendiri. Dani...Nicco...Scott... gumamnya sambil terus menatap langit-langit kamar. Namun tiba-tiba
wajahStefan dan Rayan menghancurkan lamunan
indah nya. Lah kok! Ada Stefan?! Lah,
Rayan juga?! Ungkap nya bingung saat
melihat wajah Stefan dan Rayan ikutan ngambang di langit-langit kamar bersama
wajah rider kesayangannya. Deyami kemudian menepuk-nepuk pipi dan jidad nya. Ntah apa maksud bocah itu. Mungkin agar ia tidak fokus lagi
dengan wajah Stefan dan Rayan yang nyalip di antara wajah-wajah rider kesayangannnya di
langit-langit kamar.
Menit Selanjutnya Deyami
mengambil tiket yang tadi diberikan Om Fredy kepadanya. Ia kemudian mengamati tiket itu lekat-lekat. Perasaan nya begitu bahagia. Dada nya
berdebar-debar. Kembali ia menatap ke langit-langit kamar untuk melanjutkan lamunan dan khayalannya. Namun,
lagi-lagi wajah Stefan dan Rayan nongol dilangit-langit kamar yang ia pandangi. Stefan?! okelah, dia masih ada kaitannya dengan lamunan ku. Wajahnya
mirip Stefan
Bradl sih. Nah! Rayan?! Apa
hubungannya???? Begitu fikirnya dalam hati. Ia kemudian kembali menepuk-nepuk pipi dan jidadnya. Tapi, detik selanjutnya Deyami malah
tersenyum-senyum sendiri. Mungkin ia teringat tentang insiden konyol nya saat
berpura-pura pingsan beberapa hari lalu saat bersama Rayan.
Menit selanjutnya Deyami menguap panjang. Hari ini benar-benar
melelahkan baginya. Perjalanan 9 jam yang begitu membosankan,
juga terkurasnya tenaganya akibat menangis yang membuat matanya sembab. Tentu
saja ia sangat lelah. Deyami pun memutuskan untuk tidur. Bergegas ia mencari posisi yang nyaman. Ia kemudian menarik
dan merangkul bantal guling. Hari yang
melelahkan... gumamnya. Tak berapa lama ia sudah jatuh terlelap.
------
Pagi yang cerah. Dengan matahari yang memancar keseluruh penjuru bumi, terkecuali kamar milik Deyami
yang masih diterangi oleh lampu tidur yang
samar-samar. Jam mini yang ada di meja sebelah tempat tidur Deyami sudah menunjukan pukul 10: 00, bahkan jarum jam itu tak lagi tepat menunjuk angka 10, melainkan melewatinya sedikit. Deyami
masih terlalu lelah untuk bangun begitu cepat. Mungkin karena jetlag, alias perbedaan waktu. Ia masih tertidur dengan lelapnya. Tante Alisa dan Om Fredy enggan
untuk membangunkannya. Ya, tentu saja karena mereka faham akan kelelahan yang
dialami keponakan nya itu.
Saat tengah nyenyak tertidur,
tiba-tiba paparan cahaya matahari masuk disela-sela
jendela kamar Deyami. Membuat mata Deyami yang masih terpicing menjadi silau dan menyadarkannya
dari tidur nyenyak nya. Perlahan ia mencoba membuka
sedikit matanya yang masih lengket. Samar-samar ia melihat sesosok wanita yang
mengenakan pakaian dress putih dengan rambut yang terurai panjang tengah berdiri didekat jendela
kamar. Deyami kemudian terenyah kaget dan terlonjak dari tidurnya. Ia membuka
matanya lebar-lebar. Ternyata itu bukanlah penampakan hantu suzana seperti yang ia fikir, melainkan Tante Alisa
yang tengah menyibakkan kain jendela dan membiarkan cahaya matahari masuk
menerangi kamar. Kamvrett!! Kirain
kuntilanak!! Kutuk Deyami dalam hati sambil mengelus-ngelus dadanya yang
berdebar.
“Selamat pagi sayang. Sudah bangun ya?” sapa Tante Alisa saat menyadari Deyami sudah terbangun dari
tidurnya.
“Selamat pagi Tante Alisa” jawab Deyami kemuidan meregangkan
badannya yang terasa masih lelah.
“Bagaimana tidurnya? Sepertinya nyenyak sekali” cetus Tante Alisa
yang kemudian berjalan kesudut kamar-menuju sebuah tombol pengatur suhu penghangat ruangan.
“Nyenyak sekali Tante. Bahkan
mungkin kurang” cetus Deyami dengan wajah datarnya yang melihatkan jelas bahwa
ia benar-benar masih mengantuk dan masih membutuhkan tidur.
Tante Alisa menoleh kearah Deyami
yang masih terpaku diranjang dan didapatinya Deyami tengah menguap panjang. “Kamu masih ngantuk ya?” cetus
Tante Alisa.
“Heheh. Ia Tante” jawab Deyami
sambil menggaruk kepalanya yang tidak
gatal sambil nyengir gak jelas.
Tante Alisa menggeleng “Ayo
bangun. Bergegaslah mandi. Dikamar mandi, Tante sudah menyiapkan air hangat untuk mu mandi” tukasnya.
Deyami mengangguk “Iya Tante”.
“Setelah selesai mandi dan
berbenah, segeralah keruang makan. Tante sudah menyiapkan sarapan untuk mu” Tukas
Tante Alisa kembali.
Deyami terpaku. Ia terdiam sesaat. Wahh!! Jadi ratu nih disini. Apa-apa disiapin semua. Adopsi aku Tante...Adopsi. Please!. Cetusnya dalam hati
senang dengan perlakuan Tante Alisa.
Tante Alisa memang sosok yang penyayang. Terlebih kepada anak-anak ataupun remaja seusia Deyami. Karena memang
sejak pernikahannya dengan Om
Fredy-suaminya-25 tahun silam, ia tidak memiliki anak dari hasil pernikahannya. Mereka hanya mengadopsi seorang anak lelaki yang telah
dirawatnya sejak kecil. Dan kini anak mereka berada di Itali untuk
menyelesaikan study nya.
“Dey, kamu tidak apa?” seru Tante Alisa mengagetkan Deyami.
“eh...hah...iya Tante. Aku baik
saja”
“Kalau begitu segeralah mandi”
“Baik tante”
Tante Alisa pun beralih meninggalkan kamar. Sementara
Deyami masih terpaku lemah ditempat tidur. Namun menit selanjutnya ia beralih dari tempat tidur dan berjalan menuju ponselnya yang tengah ter-charge. Ia
membuka lockscreen pada ponsel itu dan setidaknya ada beberapa missedcalls juga beberapa pesan dari mama nya juga dari sahabatnya. Ia membalas pesan itu satu-satu dan kemudian beralih
menuju kamar mandi.
Deyami menatap jam kecil disudut meja. Ternyata hari
sudah menunjukan pukul 12 kurang seperempat. Setelah memakai pakaian dan merapikan diri, ia bergegas keluar kamar untuk menemui Tante Alisa dan Om Fredy
diruang makan.
“Hi tante” sapa Deyami tepat saat ia melihat Tante Alisa tengah sibuk dengan beberapa menu makanan di meja makan.
“Oh, hi sayang” jawabnya ramah.
Deyami celingak celinguk,
mencari-cari Om Fredy yang tak kunjung dilihatnya “Dimana Om Fredy?” tanya nya.
“Dia sudah berangkat untuk kerja tadi pagi saat kau masih
tidur sayang”
“Oh. Hehe. Aku begitu kesiangan
ya. Kenapa tidak tante
bangunkan?”
“Kau tampak sangat lelah sayang” jawab tante Alisa yang masih
sibuk dengan piring dan gelas.
“Makanlah. Kau pasti sudah lapar” lanjutnya.
Deyami tersenyum “Terima kasih
tante. Oh ya, kenapa Cuma ada satu piring? Tante tidak ikut makan?”.
“Aku sudah kenyang. Kau saja, aku
akan menemani mu disni” tukas Tante Alisa.
Deyami tersenyum ia kemudian
mengambil makanan kepiringnya dan melahapnya dengan nikmat hingga tak ada lagi
yang bersisa dipiringnya.
“Oh ya, Om pulang jam berapa tante? Tanya Deyami setelah meneguk segelas air
mineral.
“Tante rasa sebentar lagi dia
akan pulang” jawab Tante
Alisa seadanya sambil memebereskan meja makan.
“Kenapa begitu cepat?”
“Kau lupa bahwa hari ini kita akan kemana?” sergah Tante Alisa.
“Astaga! Aku hampir saja lupa” pekik Deyami membuat
Tante Alisa menggeleng.
“Kau akan kehilangan kesempatan jika kau lupa, sayang”
Deyami terkekeh “Tak akan lagi
Tante. Aku hanya berpura-pura lupa” sergahnya. Kemudian Tante Alisa pun terkekeh. Tiba-tiba deringan telepon menghentikan kekehan mereka. Tante
Alisa segera berjalan menuju telepon dan mengangkat gagangnya.
“Halo? Dengan siapa ini?”
“Hai sayang. Ini aku”
“Ada apa sayang?” tanya Tante Alisa setelah mengenal suara yang
ada ditelepon.
“Begini, aku baru bisa pulang sore nanti. Begitu banyak pekerjaan yang harus ku kerjakan hari ini”
jelas Om Fredy.
“Oh tuhan! Bagaimana dengan
rencana kita?”
“Tenanglah dulu. Akan ku usahakan
secepat mungkin. Setelah
semua pekerjaan ku selesai,
aku akan segera pulang” tukas Om Fredy.
“Baiklah kalau memang begitu”
“Akan aku kabari lagi nanti.
Sudah ya, aku harus bekerja lagi”
“Baik sayang”
Tannte Alisa pun menaruh kembali gagang telepon. Deyami menoleh Tante Alisa. “Dari Om
ya Tante?” tanya nya.
“Iya sayang”
“Om bilang apa?”
“Bukan apa-apa” jawab Tante Alisa
seadanya. Sementara Deyami hanya mengangguk.
--------
Deyami merebahkan badannya ketempat tidur. Rasanya hari ini akan menjadi
hari yang paling menyenangkan sepanjang hidupnya. Bagaimana tidak? Hari ini adalah hari yang paling ditunggu-tunggu nya. Hari yang akan
membawanya bertemu dengan pembalap kuda besi idolanya. Itu pun kalau dia bernasib baik. Setidaknya aku sudah mengantongi paddock pass. Bathin Deyami.
Deyami meraih ponsel miliknya. Selalu seperti biasa ia membuka galeri MotoGP dan memandangi satu-persatu foto rider kesayangannya. Sedang
asik memandang tiba-tiba ponselnya berdering.
Uwing!
Momod : Hoi!
Momod : Sombong bener sejak melancong!
Deyami : Eh haha! Sibuk booo! Apa kabar?
Momod : Njirrr!
Momod : Kabar buruk karna kamu gak bawa aku kesana!
Deyami : Hoh! Busyetttt!!
Deyami : Emang duit ngeruk?
Momod : Grok! Grok!
Momod : Lagi apa kamu? Udah makan? Mandi? Eh disana panas pasti ya! Dijamin pasti kamu item deh nyampe Indo!
Deyami : pertanyaan bertubi banget! Sejak kapan jadi wartawan?
Deyami : Dingin banget disini! Aku nyampe uring-uringan karna dingin syukur ada penghangat ruangan. Kalau enggak? Bisa jadi minta kelonin bebeb Nicco Dani atau Redding nih biar hanget! Hukhuk!
Momod : Sombong bener sejak melancong!
Deyami : Eh haha! Sibuk booo! Apa kabar?
Momod : Njirrr!
Momod : Kabar buruk karna kamu gak bawa aku kesana!
Deyami : Hoh! Busyetttt!!
Deyami : Emang duit ngeruk?
Momod : Grok! Grok!
Momod : Lagi apa kamu? Udah makan? Mandi? Eh disana panas pasti ya! Dijamin pasti kamu item deh nyampe Indo!
Deyami : pertanyaan bertubi banget! Sejak kapan jadi wartawan?
Deyami : Dingin banget disini! Aku nyampe uring-uringan karna dingin syukur ada penghangat ruangan. Kalau enggak? Bisa jadi minta kelonin bebeb Nicco Dani atau Redding nih biar hanget! Hukhuk!
Momod : Hoh! Kelonin? Masih belum bangun dari
mimpi?
Momod : Serius aja! Mereka udah pasti bengek ngelonin bocah tengik kayak kamu. Believe deh!!
Deyami : Terselip kedengkian kali ya, ngomong begitu! HAHA
Momod : Bener aja sih tbh. Eh sekarang udah di sirkuit?
Deyami : Serius aja jam segini di sirkuit! Masih jam 1 Males banget. Ga males sih, cuma ya...namanya juga pendatang. Ya tergantung yang bawa kesana aja! Huhu
Momod : sini masih jam 10 huhu.
Momod : Duh! Ntar telat. Aku inget waktu di sepang ngantri banget lho!
Deyami : Ngantri??? HAHAHAHA!
Deyami : Say GOOD BYE to “Ngantri”
Momod : Dih! Songong!
Momod : beneran ngantri, kapok!
Deyami : Ga bakal!
Momod : Takabur nih anak!
Deyami : SEND A PICTURE
Deyami : Nohh lihat baik-baik!
Momod : *RECEIVED PICTURE *
Momod : ANJIRRRR!! Itu VIP tiket dey?
Deyami : Mata situ masih sehat kan???
Momod : OH MY GOD!! Dapet dimana? Itu kan mahal banget!!
Deyami : Ga penting dapet darimana! Yang penting udah digenggaman aku mod! Haha
Deyami : Ada satu kejutan lagi lho!
Momod : Apaan?
Deyami : Aku bakalan jadi tamu dipaddock SAN CARLO!
Deyami : Dan tau aja itu paddock siapa...MATTEO FERRARI boooo!! OWHH MYY GODDD!! hihiww
Momod : Kalau yang ini aku ga percaya!
Momod : Drama banget kamu dey!!
Deyami : Believe in me deh!
Momod : ???????????
Deyami : Terserah deh! Believe not believe but...nanti aku send bukti ke kamu. Siapin hati dan perasaan ya HAHAHA
Momod : Serius aja! Mereka udah pasti bengek ngelonin bocah tengik kayak kamu. Believe deh!!
Deyami : Terselip kedengkian kali ya, ngomong begitu! HAHA
Momod : Bener aja sih tbh. Eh sekarang udah di sirkuit?
Deyami : Serius aja jam segini di sirkuit! Masih jam 1 Males banget. Ga males sih, cuma ya...namanya juga pendatang. Ya tergantung yang bawa kesana aja! Huhu
Momod : sini masih jam 10 huhu.
Momod : Duh! Ntar telat. Aku inget waktu di sepang ngantri banget lho!
Deyami : Ngantri??? HAHAHAHA!
Deyami : Say GOOD BYE to “Ngantri”
Momod : Dih! Songong!
Momod : beneran ngantri, kapok!
Deyami : Ga bakal!
Momod : Takabur nih anak!
Deyami : SEND A PICTURE
Deyami : Nohh lihat baik-baik!
Momod : *RECEIVED PICTURE *
Momod : ANJIRRRR!! Itu VIP tiket dey?
Deyami : Mata situ masih sehat kan???
Momod : OH MY GOD!! Dapet dimana? Itu kan mahal banget!!
Deyami : Ga penting dapet darimana! Yang penting udah digenggaman aku mod! Haha
Deyami : Ada satu kejutan lagi lho!
Momod : Apaan?
Deyami : Aku bakalan jadi tamu dipaddock SAN CARLO!
Deyami : Dan tau aja itu paddock siapa...MATTEO FERRARI boooo!! OWHH MYY GODDD!! hihiww
Momod : Kalau yang ini aku ga percaya!
Momod : Drama banget kamu dey!!
Deyami : Believe in me deh!
Momod : ???????????
Deyami : Terserah deh! Believe not believe but...nanti aku send bukti ke kamu. Siapin hati dan perasaan ya HAHAHA
Momod : DEEEEEEYAMI !!!!
Deyami : Mau beberes dulu. BYE my beloved! Muah muah!
Momod : Bye :(
Deyami : Mau beberes dulu. BYE my beloved! Muah muah!
Momod : Bye :(
Deyami menaruh ponselnya. Kini ia tampak tengah menahan
kebahagiaan. Ketemu Matteo? Hihi seneng banget apalagi ketemu Nicco Dani Redding. Bathin nya. Ia kemudian
memandang kembali tiket yang ia miliki. Dada nya berdebar tak karuan. Deyami memejamkan matanya sekejap. Tiba-tiba ponselnya kembali berdering. Deyami tak begitu memperdulikan. Ia masih terus membiarkan
fikirannya melayang-layang. Namun, detik selanjutnya ponselnya kembali berdring tiada henti. Ponselnya berdering bagaikan diserang bom nuklir.Apaan sih? Bathinnya. Rasa penasaraan begitu memaksanya untuk segera melihat dari siapa kah whatsapp message yang
begitu banyak itu. Dengan penuh penasaran Deyami meraih ponselnya.
GRUP ASOY (5)
Momod : *SEND A PICTURE*
Andika : Apaan tuh?
Shiva : What the...itu kan VIP tiket!
Shiva : Punya Deyami?
Roney : Ehh fuk! Aku ketinggalan info nih!
Andika : Gp qatar??? Anjirrr! Enak banget tuh anak punya VIP tiket.
Shiva : Itu kan mahal banget. Dapet duit dimana tuh anak???
Andika : Ngepet kali!
Roney : Setuju banget nih sama dika. Hokhok
Momod : Hahaha! Aku nyampe ngiri lho dipamerin gituan
Andika : Tbh aku juga ngiri!
Roney : itu beneran punya si bocah tengik?
Momod : *SEND A PICTUR*
Andika : Taheee!! Ron, beneran punya deyami ron
Roney : huffff
Shiva : Tuh anak sekarang mana?
Momod : Lagi beberes katanya. Nanti mau kesirkuit.
DEYAMI : OOOO...PARA BAHLUL LAGI SIBUK NGEGUNJING PANTES!!!
Andika : Eh orangnya nongol woy!
Shiva : Deyy!! Mintain aku autograph nya si Marquez ya! Please.
Roney : Aku autograph nya si om vale ya
Momod : Kalau aku, karungin si stefan aja ya dey! Bawain buat aku.
Roney : Bahaya nih mody!
Andika : Aku juga mau dong! Autograph nya Jorge!
DEYAMI : KAMVRETT!! DASAR BAHLUL!! BANYAK AMAT NYING!! KALIAN KIRA GAMPANGAN??
Momod : Demi persahabatan kita semua.
Shiva : Bener banget!
Andika : hooh!
DEYAMI : GAK JANJI YA!!
Deyami menghempaskan ponsel nya ke tempat tidur setelah ia meladeni pesan grup dari sahabat-sahabatnya. Ia menghela nafas panjang dan kemudian memejamkan matanya. Kembali
ia terhanyut dalam fikiran yang sudah jauh ke sirkuit-membayangkan betapa berharganya kesempatannya kali ini. Menit selanjutnya,
Deyami sudah jatuh terlelap membawa khayalannya
yang indah masuk kedalam mimpi.
Tante Alisa membuka pintu kamar dimana Deyami sudah terlelap ditempat tidur dikamar itu. Anak ini seperti putri tidur saja.
Bathinya. Tante Alisa kemudian membangunkan Deyami. Meskipun sebenarnya ia enggan membangunkan,
tetapi ia harus. Karena tepat satu jam lagi, mereka akan segera
berangkat ke Losail sirkuit.
“Kenapa kau masih berdiri dipintu kamar itu, sayang?” pekik Om Fredy yang tak
sengaja melihat istrinya disana saat ia lewat.
Tante Alisa tersenyum “Lihat lah
dia”.
Dengan rasa penasaran Om Fredy segera berjalan mendekati
pintu dimana istrinya
tengah berdiri “Apa?”
Tante Alisa hanya memberi
isyarat, ia memancungkan ujung bibir nya sembari menolehkan kepalanya kearah Deyami tengah tertidur.
“Dia masih tidur?” tanya Om Fredy setelah melihat Deyami yang tidur dengan lelap di tempat tidur.
“Sepertinya dia sangat lelah. Aku jadi tidak tega
membangunkannya, Fred” tukas Tante Alisa.
Om Fredy mengelus bahu istrinya “Tak
apa Alisa”, kemudia ia
mengajak Tante Alisa mendekati Deyami dan kemudian membangunkannya perlahan.
“Dey...” bisik Om fredy pelan sambil mengelus tangan Deyami.
Dengan refleks Deyami terbangun dan membuka matanya. Ia menguap panjang dan meregangkkan badannya.
“Masih ngantuk ya?” tanya Tante
Alisa. Deyami hanya tersenyum dan kemudian ia duduk.
“Hehe...maaf Tante aku tertidur”
“Tak apa. Kau tidak lupa kan dengan hari ini?” seru tante Alisa.
“Ke sirkuit? Tentu saja tidak
Tante”
“Kalau begitu, bersiap dan berkemaslah segera. Kita akan
berangkat pukul 3” tukas Om
Fredy.
“Siap Om! Aku sudah tidak sabar” pekik Deyami bahagia.
Om Fredy dan Tante Alisa hanya
tersenyum kemudian mereka berlalu meninggalkan Deyami dikamar itu dan
membiarkannya berberes.
Selesai berkemas, Deyami segera
keluar menyusul Om Fredy dan Tante Alisa dengan membawa serta koper miliknya. Mereka pun bergegas masuk kedalam mobil untuk
memulai perjalanan yang sangat
dan sangat membuat jantung Deyami terus berdebar. Berdebar karena terlalu
bersemangat. Deyami menyandarkan punggungnya pada bangku mobil, ia
sangat menikmati perjalanan yang akan
membawanya menuju ke tempat yang tentu saja
akan membuat nya terpukau.
Bersambung...
Bersambung...