DMCA.com Protection Status

Rabu, 17 Juni 2015

LOVE STORY (?) Part 2

Tandai : annisacialic06

      (Halooo, readers... Maaf baru bisa ngeposting part 2 dari cerita sebelumnya. Kemarin baru ketimpa musibah yang ngebuat aku jadi nulis ulang lanjutan story dari part 1. Sempat kzl dan ga mau lanjutin story ini. Tapi, berkat permintaan dari pembaca story sebelum nya (part 1), aku jadi semangat lagi nulis ulang lanjutan story ini. Thanks ya kiss kiss.  Yaudah, ga mau banyak bacot lagi. Happy REDDING ehh reading. wkwk)
  


      Satu setengah jam penerbangan Padang-Jakarta begitu melelahkan bagi deyami.  Dan kini dia telah tiba di bandara Soekarno-Hatta. Deyami turun bersamaan dengan stefan. Mereka langsung menuju ketempat pengambilan bagasi.

     “stef...kita jalan-jalan dulu yuk. Sekalian cari minum”. Deyami memulai percakapan.
     “boleh, yuk. Kamu tau lokasi resto disini?
     “tidak”. Cetus deyami dengan santainya.
     “lalu?”
     “kita telusuri aja semua terminal. Atau perlu seluruh kawasan bandara. Pasti ada resto nya”
     “thats stupid idea. Ini bandara luas banget. Dan kamu mau bertanggung jawab atas kelelahan yang aku alami?”
     “ok. I have great idea. Kita bertanya saja”
     “bad idea. Bertanya kesetiap orang yang ada disini?”
     “hi boy. Ini udah tahun 2015. Percuma kamu ada dizaman yang serba modern kalau kamu tidak memanfaatkan kecanggihan teknologi. Mending kamu balik kezaman manusia purba saja. Kita kan bisa searching di google”
     “are you kidding me? Cowok setampan dan segagah aku tidak pantas ada dizaman purba”. Cetus stefan.

      Deyami kemudian menatap stefan dengan pandangan tajam dan dengan tatapan yang serius sambil mendekatkan kepalanya kearah wajah stefan. Stefan heran, entah apa yang sedang dilakukan wanita yang baru dikenal nya beberapa jam yang lalu ini. Entah wanita ini sedang kerasukan jin yang ada diterminal bandara sehingga wanita ini menatap sangat serius kearahnya atau wanita ini sedang tertarik padanya. Namun tidak mungkin rasanya tatapan mengerikan seperti itu adalah tatapan ketertarikan kepada dirinya. Stefan hanya diam, menunggu, dan siap siaga atas apa yang akan terjadi selanjutnya. Kalau kalau wanita ini benar-benar kerasukan dan tiba-tiba mencekiknya, dia siap untuk mengantisipasi. Stefan gemetar, keringatnya mulai terasa menetes. Detak jantungnya berdetak dengan 4, 5, bahkan 10 detakan perdetik. Sampai akhirnya...

    “HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA”. 

     Deyami yang tadi menatapnya seperti orang yang sedang kerasukan setan suzana kini tertawa terbahak-bahak dihadapannya. Tertawa sambil memegang perut dan membungkuk. Dan bahkan seperti ingin berguling-guling dilantai terminal. Stefan berfikir kalau wanita yang ada dihadapannya ini tidak sedang kesurupan, melainkan sedang mangalami sedikit gangguan pada  jiwa. Mungkin terlalu banyak masalah yang dihadapi wanita yang ada dihadapannya ini, sehingga membuat goncangan jiwanya terganggu. Stefan heran, dia  merasa risih dengan apa yang terjadi terhadap deyami.

    “kasihan sekali kamu, masih muda, cantik, tapi sudah kena goncangan jiwa”. Cetus stefan disaat deyami masih sibuk tertawa.
    “goncangan jiwa? Yes. Karena ketemu kamu aku jadi tergila-gila”. Deyami masih tertawa dengan tawa yang tertahan.
    “are you serious?”
    “eksyen doang”. Deyami kembali tertawa.
    “hi girl! Sebaiknya setelah ini kamu memeriksakan kejiwaan kamu. Aku curiga jangan-jangan kamu...”
    “jangan-jangan apa hah?”
    “crazy!”

    Deyami kemudian terhenti tertawa, dia manyun seketika. Dia kesal terhadap stefan yang menganggapnya gila.
    “hei. Jangan duckface begitu dong. Aku kan hanya bergurau. Mana mungkin cewe secantik kamu crazy”
    “sangat lucu”. Jawab deyami sambil membuang pandangan.
    “ayolah, jangan marah, aku hanya bergurau”
    “sudahlah, aku haus. Mari kita mencari tempat minum”
    “tidak mau”
    “ayolah stef, aku sangat haus”
    “NO!”. Jawab stefan dengan tegas.
    “kamu ngambek?”. Tanya deyami
    “YES”
    “yasudah. Kita bhay disini. Aku pergi sendiri”. Cetus deyami dnegan wajah kesal.
    “Hahahahahhahaha. Comeon girl. I’m just kidding with you”
    “sangat lucu stef”
   
    Stefan memandangi deyami. Dia tersenyum-senyum sendiri melihat kelakuan labil deyami yang kadang ngambek dan kadang tertawa, kadang diam kadang berisik.
    “baiklah sekarang, kita akan mulai darimana?”
    “dari mata turun kehati”. Jawab deyami cuek
    Stefan tertawa kecil mendengar perkataan deyami.
    “sekarang kamu searching di google lokasi resto atau outlet store terdekat”. Deyami melanjutkan pembicaraan.
    “oh ya. Baiklah nyonya”
    Stefan kemudian mengaluarkan ponselnya dan mulai men-searching lokasi resto terdekat.
    “nah, ketemu. Kita sekarang ada di terminal 2F. Disini diterangkan bahwa ada resto didekat inner garden terminal 2F”. Stefan mencoba menjelaskan apa yang dibacanya di google.
    “yasudah. Kita kesana saja”
    “baiklah. Itu ada petunjuk arah ke inner garden”

    Kemudian stefan dan deyami pun berjalan menuju inner garden. Sesampainya di inner garden mereka langsung menuju kesalah satu resto yang rami dengan pengunjung. Mereka pun masuk kedalam dan memesan minuman dan makanan.
   
    “Dey, setelah ini kamu akan kemana?”. Stefan memulai percakapan.
    “aku akan diam disini untuk menunggu jemputan”.
    “siapa yang akan menjemput? Kekasihmu?”
    “tidak. Tapi oom ku”
    “oh begitu”
    “ya. Kamu, akan kemana setelah ini?”. Deyami balik bertanya.
    “aku akan ke hotel untuk beristirahat”
    “oh gitu”.
    “by the way. Mana oom kamu?”
    “entahlah, aku tidak melihat dia ada disini”
    “sudah coba hubungi?”
    “astaga, aku lupa menonaktifkan mode pesawat ponsel ku”

     Stefan kemudian menggeleng-gelengkan kepala. Dia heran melihat deyami yang tidak ada kekawatiran sama sekali. Padahal ini merupakan pengalaman pertamnya usai melakukan penerbangan dan sampai dilokasi tujuan tanpa seorangpun kerabatnya yang menjemput terlihat. Tidak ada kekawatiran sama sekali terlihat pada dirinya. Wanita satu ini diakui stefan sangat percaya diri dalam tindakan nya.

     Deyami mengaktifkan data seluler telepon genggam miliknya. Dia kemudian mencari kontak oom nya didaftar kontak miliknya dan segera menghubungi oom nya.
     *tuuuttt...tuuuut...tuuutttt....tuuuutt....tuutttt....*
     “halo asalamualaikum om”
     “waalaikumsalam. Ya ampun dey, kenapa telepon kamu baru aktif? Dari tadi oom mencoba menghubungi kamu”
     “hehehe maaf om, aku lupa menonaktifkan mode
pesawatnya
     “oom kawatir sekali dey. Sekarang kamu dimana? Oom sudah menunggu sedari tadi di terminal kedatangan 2F”
     “hah? Serius om? Aku sekarang lagi di...*sambil melihat nama cafe tempat dia berada* AW resto om”
     “di AW resto? Yang dimana?”
     “yang di inner garder terminal 2F om”
     “Ok. Oom menuju kesana”
     “baiklah om. Aku tunggu”
    *tut..tut..tut* telepon kemudian tertutup.

    “bagaimana?” tanya stefan.
    “om Rudy sudah menunggu sedari tadi di terminal kedatangan 2F. Dan sekarang dia menuju kesini”. Jawab deyami.
    “baguslah kalau begitu. Jadi aku bisa cepat-cepat ke hotel untuk beristirahat”.
    “yuhu”. Jawab deyami sambil celingak celinguk melihat setiap pengunjung cafe yang datang.

    “Om Rudy!!”. Teriak deyami mengagetkan stefan sambil melambaikan tangan kearah om rudy.
   
     Om rudy tersenyum dan langsung berjalan menuju meja deyami dan stefan.
     “welcome in jakarta dey”. Om rudy tersenyum dan deyami pun membalas senyuman om rudy sambil menyalami tangan om rudy.
     “kamu kesini dengan teman? Mama kamu bilang kamu sendirian”.
     “hehehe kenalin om ini stefan temanku. Kami tidak sengaja bertemu di satu penerbangan. Stefan kenalin, ini om rudy”.
Stefan kemudian menyalami om rudy yang tersenyum kepadanya.
     “saya stefan om”. Stefan membalas senyuman om rudy.

     “jadi sekarang kamu mau kita kemana, dey?”. Tanya om rudy.
     “kita langsung pulang kerumah saja om. Badanku sudah sangat lelah. Aku ingin beristirahat dirumah”. Jawab deyami.
     “oh. Ok. Bagaimana dengan teman kamu?”
     “saya akan langsung menuju hotel saja om”. Sahut stefan.
     “mau bareng dengan kami stef?”
     “terimakasih atas tawarannya om. saya naik taksi saja. Lagipula hotel nya tidak jauh dari sini”.
     “oh yasudah kalau begitu.”
     “kamu yakin ga mau bareng?”. Tanya deyami.
     “yakin”. Stefan menganggukan kepala sambil tersenyum.
     “yasudah kalau begitu kita berpisah disini. Sampai bertemu di Qatar”.
     “OK. Sampai jumpa”.
     “mari stefan, kami pergi dulu”. Om rudy berpamitan kepada stefan.
     “iya om. Silahkan”. Stefan mempersilahkan.

     Deyami dan om rudy pun keluar meninggalkan cafe dan segera menuju mobil diparkiran. Sesampainya diparkiran om rudy pun membuka mobilnya, deyami dan om rudy pun memasukan barang bawaan deyami kedalam bagasi sebelum akhirnya mereka masuk kedalam mobil dan melanjutkan perjalanan menuju rumah om rudy yang berada di pondok gede, Bekasi. Diperjalanan deyami dan om rudy pun asik mengobrol.

     “setahun tidak  bertemu, ternyata sekarang kamu sudah semakin besar saja”. Om rudy memulai percakapan.
     “hahaha iya dong om. Masa semakin kecil sih”
     “oh ya, kapan kamu fligh ke Qatar dey?
     “lusa om”
     “duh duh... yang sebentar lagi impiannya tercapai”.
     “hehehe. Oom...”. wajah deyami pun memerah.
     “kamu ke Qatar sendirian? Ga takut?”
     “untuk apa takut om. Lagi pula kan sesampainya disana om fredy sudah menunggu. Jadi aku tidak perlu takut”.
     “yakin? Atau kamu pergi bareng sama bule yang tadi?” om rudy mulai menggoda deyami.
     “bule yang tadi? Maksud om, stefan?”
     “yes. Siapa lagi kalau bukan dia. Atau jangan-jangan dia...”
     “apaan sih om...”.

     Deyami pun tersipu malu dan membuang pandangan keluar jendela. Seketika itu juga tiba-tiba dia membayangkan stefan yang kini entah dimana dan sedang apa. Atau dia sedang buru-buru ke hotel dan tidak sengaja menabrak orang lagi. Deyami pun tersenyum-senyum sendiri membayangkan stefan.

     “Dey, kenapa kamu senyum-senyum begitu?”
     “oh. Nggak om. Nggak kenapa-napa”.
     “pasti kamu sedang membayangkan stefan?”
     “yaampun om. Ga penting banget. Ketemu juga baru ta...*deyami keceplosan dan langsung mengalihkan pembicaraan*. kita masih lama nih om sampainya?”
     “kira-kira 2 jam-an”
     “ya ampun lama banget”
     “kadang bisa lebih karena macet”
     “dasar jakarta”
     “begitulah”. Om rudy kembali fokus menyetir.

     Deyami pun mengambil ponsel nya dari dalam tas nya. Seperti biasa dia membuka galeri “motoGP” dan asik memandangi foto-foto rider. Ketika tengah memandangi foto-foto rider kesayanganya, tiba-tiba hp nya berdering.

((( I wish that I could be like the cool kids~ like the cool kids..))) *ringtone ponsel deyami <cool kids-echosmith>*

     “halo. Asalamualaikum, ma”
     “waalaikumsalam. Sudah sampai dey?”
     “sudah ma. Sekarang lagi dijalan menuju rumah om rudy”
     “ooh udah dijalan toh. Dijemput om rudy kan? Atau si adit?”
     “om rudy ma” 
     “mana om rudy? Mama ingin bicara”
     
     “ini ma lagi nyetir”. deyami menyodorkan ponsel miliknya kepada om rudy. “om...mama mau ngomong”.
    Om rudy kemudian mengambil ponsel milik deyami.
    “halo asalamualaikum kakak ipar ku tersayang. Apa kabar?”. Om rudy berbicara sambil   terkekeh. Sementara deyami hanya tertawa kecil melihat tingkah oom nya,
    “waalaikumsalam adik ipar ku yang gagah berani seperti samson betawi. Kabar kakak sehat. Kabar kamu gimana rud?”
   Om Rudy terkekeh, “alhamdulillah, sehat kak. Oh iya, deyami sudah ditangan rudy kak, selamat sampai tujuan”
    “syukurlah rud. Tolong jaga keponakanmu disana ya. Lusa dia kan ke qatar. Tolong antarin dia kebandara dan bantu dia mengurus semua keperluannya”
    “siap melaksanakan perintah kak”
    “terimaksih banyak rud. Sekarang lagi dijalan ya. Hati-hati ya bawa mobilnya. Kalau udah sampai, kabarin ke kakak ya rud”
    “ok kak”
    “yasudah, kalau begitu. Asalamualaikum”
    “waalaikumsalam”
Om rudy kemudian memberika ponsel milik deyami kepada deyami.
    “nih, dey”.
    Deyamipun mengambil pnselnya dari tangan om rudy.

    “mama bilang apa om?” deyami penasaran dengan apa yang dikatakan mama nya kepada om rudy.
    “om disuruh jagain kamu dan mengurus semua keperluan kamu untuk ke qatar”
    “ooh gitu ya”
    “iya...”

    Deyami kembali memandangi foto-foto rider kesayanganya hingga dia tertidur dengan pulas selama perjalanan menuju pondok gede-kediaman tempat tinggal om rudy.

    “dey...dey... bangun, kita sudah sampai”. Om rudy membangunkan deyami yang masih tertidur.
    “eeee...eeehhhh, deyyaaami...ponaan tante..sudah datang”. Tante yosi mendatangi deyami yang masih tertidur didalam mobil. Suara tante yosi sentak mengagetkan dan membangunkannya.
    “udah sampai ya?”. Deyami bicara dalam keadaan setengah sadar.
    “sudah sayang. Nyenyak sekali tidurnya ya”.
    Deyami pun kemudian turun dari mobil dan segera menyalami dan memeluk tante yosi.
    “tante apa kabar? Sehat?”
    “kabar baik sayang. Sehat. Kamu?”
    “sangat baik tante. Hanya saja perut udah keroncongan nih. Huehehehe”.
    “kode keras tuh”. Sambar om rudy yang tengah sibuk memindahkan barang-barang bawaan deyami.
    “nah oom tau tuh apa maksudnya”
    “tau dong. Perut oom juga keroncongan nih. Malah bentar lagi kalau dibiarin kosong ngeronggeng nih perut”
    “kalian ini. Yasudah mari kita masuk. Kebetulan tante udah masakin masakan kesukaan kamu didalam. Ayuk masuk”.

    Tante yosi pun membawa deyami masuk kedalam rumah.
    “tante... bang adit mana? Kok rumah sepi?”. Tanya deyami sambil celingak celinguk melihat keadaan rumah.
    “oh adit... tadi dia berangkat ke bogor sama teman-temannya. Nanti malam juga pulang”.
    “tega bener bang adit ya. Sepupu nya dateng jauh-jauh dari padang ke jakarta bukannya dijemput atau ditungguin, eh malah ditinggal pergi”.
    “udah kangen berat ya sama bang adit?”. Cetus om rudy yang lewat di depan deyami sambil membawa koper miliknya.
    “ya kangen lah om. Udah 2 tahun ga ketemu. Dianya aja tuh yang ga kangen”.
   “nanti malam juga dia pulang kok sayang”. Sahut tante yosi yang tengah sibuk meletakan piring-piring dimeja makan.
   “iyadeh tante. Ngomong-ngomong kamar aku dimana ya tante? Aku mau mandi dulu untuk menyegarkan badan”.
    “lihat aja pintu yang penuh dengan logo barcelona, nah kamu nanti akan tidur dikamar itu”.
    “mari ikutin oom”. Om rudy mengantar deyami kekamar tempat dia tidur nanti.
   
 Deyami berjalan mengikuti om rudy.
    “nah ini kamar kamu”. * sambil membuka pintu kamar*
    “ok om. Aku mau beres-beres dulu”.
    “ok. Habis beres-beres langsung ke meja makan ya. Kita makan malam bareng”.
    “ok om”.

    Deyami langsung menghempaskan badannya ke kasur yang dilapisi dengan sprei barca itu. Matanya memandangi kesetiap penjuru kamar yang penuh dengan segala sesuatu yang bertemakan club bola barcelona. Mulai dari dinding kamar, kain pintu, keset, sprei, poster-poster, mainan miniatur yang tertata rapi dirak, hingga hiasan lainnya yang meramaikan kamar.
    “busyeeettt, nih orang kebangetan. Aku yang maniak gp aja ga segininya. Gila bener...”

    Deyami masih memandangi setiap sudut kamar sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Hingga akhirnya matanya tertuju pada sebuah meja tempat sebuah foto dengan bingkai bertema barcelona. Deyami penasaran dengan foto dua bocah tengik yang ada di meja tersebut. Dia kemudian mendekati meja tersebut dan mengambil foto dengan bingkai bertema barcelona itu. Dipandanginya foto itu dan...
“hahahahahaha... ini kan aku sama bang adit waktu kecil. Lucu banget bang adit”
Deyami lantas tertawa melihat foto itu dan kembali meletakan foto itu ketempat semula dan dia pun memutuskan untuk mandi.

    Jam sudah menunjukan pukul 7 malam. Deyami telah selesai mandi dan langsung keluar menuju meja makan karena tante yosi dan om rudy sudah menunggunya disana.
    “malam om, tante...”. deyami menyapa om dan tantenya yang sudah menunggu dimeja makan.
    “malam...”. Sahut tante yosi, sementara om rudy hanya tersenyum kepadanya.
    “bang adit masih belum pulang ya”. Tanya deyami.
    “belum. Mungkin larut malam”.
    “ooh gitu ya...*sambil menarik kursi dan duduk*. Waaahhh, tante masakin aku ayam kecap, waahh ada sup kepiting juga, widiiihhh pisang”. Deyami histeris melihat masakan kesukaanya berada tepat dihadapannya.
    “tante kamu yang masak lo. Ya kan ma?”. Om rudy mencoba menggoda tante yosi.
    “serius om, ini tante yang masak?”
    “serius...kan tante udah bilang tadi kalau tante udah masakin kamu masakan kesukaan kamu”. Tante yosi menjelaskan.
    “thankyou tante ku tersayang. Muah muah muah”.
    “udah ah jangan ngobrol terus. Yuk makan. Perut om udah lapar”.

    Om rudy menyodorkan piring kepada tante yosi untuk di isi nasi. Deyamipun menyodorkan piring kepada ante yosi untuk di isi nasi.
    “nih..”. tante yosi memberikan piring yang sudah berisi nasi kepada deyami.
    “makasih tante”.
    “makan yang banyak ya, habisin semua makanan yang ada dipiring”
    “siap tante. Laksanakan”.
Deyami pun makan dengan lahapnya hingga tak ada lagi sebutir nasi pun di piringnya.

    Keadaan meja kini berubah. Meja yang tadinya rapi dengan piring yang berisi masakan kini telah dikotori dengan sisa makanan dan piring yang tadinya penuh dengan masakan-kini masakan itu telah lenyap hilang dan musnah. Kini deyami tengah melahap pisang-pisang yang ada diatas meja. Om rudy dan tante yosi sudah tidak heran melihat kerakusan keponakanya terhadap buah pisang. Sejak deyami kecil mereka tahu bahwa keponakanya itu adalah pecinta pisang.
    “gak nyangka ya mah, kita punya keponakan monyet”.
    “hahaha. Iya pah, monyet jelmaan manusia nih”. Tante yosi tertawa melihat kelakuan keponakanya yang sudah menghabiskan hampir satu sisir pisang.
    “hahaha. Ntah kenapa. Aku bangga banget rasanya kalau dipanggil monyet tante, om”.
Deyami masih terus melahap pisang-pisangnya layaknya monyet dipenangkaran.
    “ntar muntah lho kebanyakan makan”.
    “tenang aja tante, kalau muntah kan ada om. Ya kan om?”.
    “iyuwww... jijai deh eyke...”  Om rudy meng-ekspresikan rasa jiji’nya seperti seorang banci ngondek persimpangan lampu merah. Sementara deyami hanya bisa tertawa dan tante yosi merasa geli melihat tingkah suaminya.

    Suasana dimeja makan saat itu sangat diwarnai dengan aksi topeng monyet yang tengah menghabiskan pisang-pisangnya dan disaksikan oleh sepasang suami istri yang sangat fokus menyaksikan pertunjukan topeng monyet tersebut.
    “oh ya, kapan ke Qatar nya dey?”. Tante yosi memulai percakapan.
    “lusa tan...euggggghh”. belum selesai menjawab pertanyaan deyami pun sendawa sekuat mungkin karena kekenyangan memakan pisang. “hehehe. Lusa tante. Maaf kekenyangan nih”. Deyami memperbaiki omongannya.
    “om fredy dan istrinya sudah tau?”. Tanya tante yosi.
    “sudah tante. Malahan mereka yang sudah memesankan tiket gp untuk aku”.
    “sudah dihubungi lagi?”. Om rudy mengingatkan.
    “besok deh om. Sekarang mereka pasti masih sibuk kerja”.
    “yasudah besok, biar om saja yang menghubungi”.
    “ok deh om”.

    Seusai memakan semua pisang-pisang nya deyami pun menolong tante yosi mengemasi piring-piring dan sisa-sisa makanan yang berserakan diatas meja, juga mengemasi sampah kulit pisang yang berceceran diatas meja. Seusai membereskan semuanya, tante yosi pun langsung menuju ruang tv untuk menemani om rudy yang tengah menonton. Sementara deyami, dia pamit untuk beristirahat dikamar karena dia sudah sangat lelah dan ingin beristirahat. Setelah berpamitam pada om dan tante, deyami pun langsung menuju kamar dan sesampainya dikamar ia langsung merebahkan badanya ditempat tidur milik abang sepupunya itu. Deyami pun mengambil ponsel miliknya, dia kembali membuka galeri yang penuh dengan foto-foto rider kesayangannya itu. Memandangi foto-foto rider kesayangannya merupakan kegiatan wajib yang dilakukan deyami setiap hari nya. jika tidak ia lakukan, mungkin ia akan kejang-kejang, atau ia akan step seperti orang idiot. Entahlah..
Keasikan melihat foto-foto rider kesayanganya, kini deyami pun telah tertidur dengan posisi masih menggenggam ponsel miliknya.

    *kriiiiiikkkkkkk*
    Pintupun terbuka. Seorang pria memasuki kamar dimana deyami sedang tertidur dengan lelap. Pria itu kemudian mendekati deyami. Ia lantas mengambil ponsel yang masih dalam genggaman deyami.
    “ya ampun. Ini anak masih aja nyimpen kebiasaan lama. Wajib banget,  ngeliatin foto rider motogp begini”.
    Pria itu kemudian meletakan ponsel milik deyami dimeja sebelah tempat tidur. Kemudia dia mengambil selimut dan menyelimuti deyami sebelum akhirnya pria itu mematikan lampu utama dan mengidupan lampu tidur yang samar-samar lalu berlalu meninggalkan kamar.

                                                 

                                                                                   bersambung...
                                                                                         

Jumat, 05 Juni 2015

LOVE STORY (?) Part 1



        
        "Story ini hanya fiktif belaka. Dibuat oleh penulis (pemilik blog ini) hanya untuk kepentingan hiburan semata yang ditulis dengan penuh penghayatan juga khayalan. Nama-nama tokoh disini dicantumkan dengan sengaja oleh penulis. penulis juga mencantunkam nama penulis sebagai tokoh dalam cerita ini. Kesalahan penulisan dan sebagainya harap dimaklumi wkwkwk."

         
   Musim motoGP 2014 sudah berakhir dan kini musim baru 2015 telah tiba. Deyami, adalah seorang gadis 19 tahun yang sangat maniak sekali terhadap motoGP. Saking maniak nya, dia rela meninggalkan semua urusan demi menyaksikan qualifikasi dan live race motoGP yang disiarkan langsung oleh sebuah televisi sport. Gadis bertubuh 155cm dengan berat 50kg ini adalah pengemar pembalap bernomor 26 dan 45 untuk kelas tertinggi di motoGP dan pembalap dengan nomor 12, 52, dan 23 untuk kelas moto3. Dia selalu berharap bisa bertemu dengan pembalap idolanya. Dan dimusim 2015 ini dia mendapatkan kesempatan untuk menyaksikan motoGP langsung di sirkuit Losail Qatar yang merupakan open race diawal musim 2015.

            Pagi yang cerah dengan matahari yang bersinar seakan tersenyum memandang dunia yang penuh dengan orang-orang yang sibuk dengan segala aktivitas nya masing-masing. Pagi itu Deyami tengah mengecek kembali barang yang telah dimasukan nya kedalam koper.
           
            “Baju udah, celana udah, kosmetik udah, asesoris udah, sepatu udah. Hmmm... apalagi ya? Oh iya, perlengkapan mandi. Ok isi koper sudah beres “.

            Setelah mengecek kembali barang-barangnya, dia kemudian bergegas menuju mobil karena harus mengejar jadwal check-in penerbangan. Dengan diantar mama dan abangnya, deyami pun segera memulai perjalanan menuju Bandara Internasional Minangkabau. Di sepanjang perjalanan, jantungnya berdetak tak karuan. Perasaan senang menghantui fikirannya karena ini merupakan pengalaman pertamanya untuk menyaksikan ajang balap motor nomor satu  didunia itu secara langsung disirkuit. Tak terbayangkan baginya bahwa dia kan bersorak ditribun penoton. Selama ini dia hanya bersorak didepan televisi sambil menyebut nama rider idolanya. Sepanjang perjalanan, sembari melihat telepon genggam miliknya dia tersenyum-senyum seperti orang yang sedang dilanda kasmaran.

“Eh, dey. Mama perhatikan dari tadi kamu senyum-senyum terus ngeliat tuh hp. Kenapa? Ada yang lucu?”. Tanya mama deyami yang sedari tadi memperhatikan anaknya tersenyum-senyum sambil melihat telepon genggam.
            “Hehehe... ini lho ma, aku lagi ngeliatin foto rider motoGP kesayangan aku. Yaaa, habis aku udah gasabar pengin ketemu mereka”.
            “ketemu mereka? Aduhh, jangan kebanyakan ngayal deh dey. Emang kamu siapanya mereka? Boro-boro bisa ketemu. Secara kan gak sembarangan orang yang bisa ketemu mereka”. Sambar bang Frenly yang lagi menyetir.
            “Bisa dong! Abang belum tau ya, aku kan udah resmi jadi member clufans nya Dani pedrosa, ya secara otomatis aku bisa dong ketemu Dani”.
            “Masa?”. Tanya bang Frenly.
            “iya, serius, sumpadeh”.
            “Bodo! hahahhaha”.
            “abaaanggggg!!!”.
Deyami pun marah sambil memukul-mukul bahu abangnya. Dia tidak terima abangnya mentertawakan dia disaat dia tengah serius.
            “udah dey. Abang kamu lagi nyetir jangan digangguin gitu dong. Bahaya”.
            “bang frenly ngeselin ma. Aku lagi serius dianya malah ngledekin gitu”
            “becanda kali dey. Seriusan amat”. Sambar bang frenly.
            “awas ya bang. Kalau aku bisa ketemu dan foto bareng rider idola aku, pokoknya abang kudu nurutin semua permintaan aku”.
            “okay. Nih ya, kalau kamu bisa ketemu salah satu aja dari semua rider idola kamu, terus kamu bisa foto selfie bareng dia, abang bakal traktir kamu satu tiket untuk nonton Gp lagi di race Sepang”.
            “oh, jadi abang nantangin aku nih? OK! Lihat saja nanti”.
            “OK ! Kita lihat aja. Mustahil banget kamu bisa...”
            “bisa apa hah? Kita lihat aja nanti. Yang penting abang siap-siap aja nraktir aku satu tiket buat nonton gp di sepang. Hahahha”.
            “Ok ”
            “ sudah-sudah... jangan becanda terus. Kamu frenly, nyetir aja yang fokus. Kamu dey, lanjutin aja mandangin foto pembalap kesayangan kamu itu. Daripada berisik terus”.
            “ Ih mama, tau aja kemauan anaknya. Hahaha”.
           
            Deyami pun lanjut memandangi foto-foto rider kesayangan. Dia membayangkan kalau kalau ternyata dia bisa berfoto dengan semua rider idolanya. Tapi baginya berfoto dengan Dani pedrosa saja sudah cukup, apalagi dia dijanjikan satu tiket untuk gp sepang oleg abangnya. Deyami pun bertekad harus bisa berfoto dengan Dani pedrosa. Keasikan menghayal, deyami pun tertidur dengan pulas. Sampai tiba-tiba dia dibangunkan oleh mama nya karena telah tiba di bandara.

            “dey...dey bangun. Kita udah sampai dibandara. Ayo bangun, kamu harus segera check-in”.
            “udah sampai ya ma?”.
            “udah, ayo keluar. Bantu mama angkat barang bawaan kamu”.

Deyami pun segera keluar dari mobil dengan mata yang masih mengantuk.
“bang frenly mana ma?”
            “bang frenly ketoilet, kebelet katanya”.
            “Bisa-bisanya dia ngebiarin aku ngangkat koper sendirian gini. Abang macam apa tuh. Huh kesel”.
            “udah gausah banyak omong... itu koper kan pakai roda, bisa diseret”.
            “yuhu deh ma, yuhu”.
Dengan perasaan kesel deyami pun menyeret kopernya.
            “ma kita duduk disana aja ya”. Sambil menunjuk bangku yang kosong diloby.
            “Yaudah ayuk”.
Deyami dan mama pun duduk sambil menunggu bang frenly yang tiba-tiba datang dengan membawa 2 botol minuman mineral dingin.
            “nih minum. Pasti udah pada haus”.
            “kemana aja sih bang, tega banget ngebiarin aku dan mama nyeret nih barang-barang berdua”.
            “salah sendiri, ngapain bawa barang banyak-banyak. Mau pindahan ?”
            “ma... lihat tuh abang, ngeselin banget. Ngajakin berantem terus.”
            “udah udah... kalian ini, gak malu dilihat orang ?”

            “eh dey, by the way, kamu udah check-in belom?”
            “belom”.
Deyami yang lagi asik mengotak-atik telepon genggam miliknya menjawab pertanyaan abangnya dengan cuek.
            “busyettttt. Kenapa ga langsung check-in aje non”.
            “busyat busyet busyat busyet. Aku tuh nungguin abang. Kan ini pengalaman pertama aku kesini. Ya, aku mana tau prosedur check-in nya”.
            “ya ampun. Ni anak norak amat. Kan bisa nanya ke petugasnya”.
            “ogah ah. Malu bang, malu”.
            “pernah denger istilah ‘malu bertanya sesat jalan-jalan’ ga sih?”
            “malu bertanya sesat dijalan keles bang”.
            “terserah deh. Kan bisa minta tolong mama”.
            “eh eh eh, frenly, kamu kan tau mama juga ga pernah terbang. Mana mama tau prosedur nya gimana”.
            “ya ampunn. Ga adik ga mama sama aja norak nya. Hufffff”.
            “udah buruan sana bang check-in nin aku. Huehehhee”.
            “ogah deh. Check-in sendiri dong. Belajar mandiri, ntar gimana kalau udah nyampe sana mau balik kesininya ga check-in ?”.
            “iya deh iya. Jadi ini aku musti ngapain?”
            “teriak-teriak sambil bilang ‘aku norak’ !” sambar bang frenly.
            “seriusan dong bang. Giliran aku serius aja, abang malah becanda”.
            “sana ngantri di check-in counter. Ntar tinggal ikutin perintah petugasnya aja”.
            “yaudah deh, bang, ma, aku check-in dulu. Kalau begitu aku pamit disini aja ya bang, ma. Karena pasti setelah check-in aku bakal langsung menuju ruang tunggu untuk  boarding”.
            “nah, itu kamu tau dey prosedurnya. Kenapa pura-pura ga tau’.
            “lah aku bener ya bang, padahal cuma ngarang doang”.
            “yasudah, kamu hati-hati ya dijalan nak, sesampai dijakarta jangan lupa kabarin mama ya. Di qatar juga hati-hati. Sampaikan salam mama ke om Rudy dan Fredy juga istrinya ya”.
            “iya ma. Tenang aja aku kan udah gede. Hehe. Ntar salamnya aku sampein”.
            “hati-hati ya dey. Kalau udah nemu rider idola, sampein salam abang mu yang ganteng ini ya”.
            “ok bang. Aku pergi dulu ya ma, bang”. Deyami pun menyalami tangan mama dan abang nya.

            Deyami pun berjalan menuju chek-in counter. Saat tengah berjalan, tiba-tiba telepon genggam miliknya bergetar dan mengagetkannya.
            “busyett. Ga tau orang lagi deg-degan apa nih hp ngagetin aja. Yailah, maudy.” Deyami pun mengangkat telpon dari maudy sahabatnya.
            “halo? Apaan mod? Aku lagi buru-buru nih”.
            “yaelah dey, main skak-mat aja nih”
            “aku lagi buru-buru nih, mau check-in. Maaf ya”
            “yaudah deh, Cuma mau bilang, baca tuh sms aku yang udah numpuk”
            “ntar deh ya...kalau aku udah gak..*brakkkkk*”
Telepon genggam milik deyami terpental jatuh kelantai. Seorang pria bertubuh 170cm dengan bobot 63kg yang sedang tergesa-gesa telah menabrak nya. Pria itu terlihat sangat tergesa-gesa. Entah setan jenis apa yang sedang mengejarnya, atau pria ini lagi dikejar-kejar petugas keamanan karena melakukan tindakan kriminal, atau karena buru-buru ke toilet. Entahlah, hanya dia dan tuhan yang tau.

            “aawww. Handphone ku. Oh my god”.
            “aduh, sorry sorry, sorry ya. Aku lagi buru-buru banget”.
            “kira-kira dong kalau lagi buru-buru. Liat nih handphone aku jadi ngehang”.
            “aduh, sorry. Aku buru-buru”. Kemudian pria itu  berlalu tanpa ada rasa bersalah kepada deyami,
            “yaampun, tuh orang, pergi tanpa dosa”.
Dengan perasaan kesal bercampur marah, deyami pun melanjutkan perjalanan menuju check-in counter.
***

            Beberapa menit beralalu setelah check-in. Deyami kini siap-siap untuk boarding. Kini dia telah berada dikabin pesawat Boeing 737-400 milik Garuda. Dia tengah mencari bangku yang bernomor sama dengan yang tertera ditiket pesawatnya.
            “nah yes, duduk dekat jendela. Bisanih foto sayap pesawat, lumayan untuk di share ke ig. Huehehe”
Deyamipun mengeluarkan telepon genggamnya dan mulai mengambil gambar sayap pesawat dari kamera telepon genggam miliknya. Ketika sedang tengah asik mengambil gambar. Tiba tiba seorang pria duduk disampingnya dan menyapanya.
“hai...”
Deyami pun menoleh kearah pria tersebut.
“hai...eh kamu kan...”
“iya, aku yang ga sengaja nabrak kamu tadi. Sorry ya aku buru-buru karna takut telat check-in”
“gampang banget minta maaf ya”
“terus harus dipersulit, gitu?”
“nyolot ya?”
“kamu tuh yang nyolot”
“enak aja nuduh balik”
“udah syukur minta maaf”

Deyami pun mengalihkan pandangan kearah luar jendela dengan perasaan kesal. Kekesalannya yang tadi belum hilang dan sekarang kekesalanya bertambah karna harus duduk bersebelahan dnegan pria yang tadi menabraknya. Kenapa sih dia bisa satu pesawat dengan orang yang udah ngebuat dia badmood. Orang yang udah menabrak dia dan pergi tanpa rasa bersalah. Dan kini dia harus duduk bersampingan pula. Ingin rasanya dia memecahkan kaca jendela pesawat dan melompat keluar jendela, tapi apalah daya. Jika dia tetap nekad tentu saja dia akan berurusan dengan petugas keamanan karena sudah merusak pesawat. Dan berurusan dengan petugas keamanan bandara jauh lebih buruk dibandingkan berurusan dengan orang yang tengah duduk disampingnya.

Pesawatpun siap lepas landas setelah terdengar suara seorang pilot yang memberitahukan bahwa pesawat penerbangan tujuan Padang-Jakarta itu akan segera lepas landas. Safety demo pun telah selesai memberikan aba-aba cara memakai alat keselamatan yang ada di pesawat dan tak lupa menginformasikan kepada penumpang untuk mematikan telepon genggam.

Deyami pun memasang sabuk pengaman dan mengubah mode telepon genggam nya ke mode penerbangan. Pesawatpun lepas landas. Semua penumpang antusias saat pesawat lepas landas. Ada yang takut dan ada yang gembira. Deyami terlihat takut saat pesawat lepas landas karena ini merupakan pengalaman pertamanya melakukan penerbangan. Wajahnya pucat, badannya bergetar, dia memicingkan mata sambil  berdoa dalam hati agar pesawat yang membawanya selamat sampai tujuan. Saat pesawat bergetar menabrak awan, deyami pun sontak menjerit dan tanpa sengaja memegang lengan pria yang ada disampingnya. Pria itu pun sontak kaget melihat perlakuan deyami.
“aaaaaaaa...!!”
Pria itu shock atas perlakuan gadis aneh yang ada disampingnya.
“sorry, bisa ga sih lepasin tangan aku sekarang?”
“tangan? Eh iya sorry sorry. Habis aku takut banget”.
“kamu kenapa sih?”
“anu.. aku takut, habis ini pesawat bergetar, jangan-jangan...”
“ya ampun, norak deh. Biasa aja kali”.
“ini penerbangan pertama aku tauk! Wajar dong aku takut”
“yaudah biasa aja kali mba. Gausah nyolot. Makin jelek tuh muka kalau nyolot begitu”.
“jelak jelek, ini muka limited edition tauk. Imut unyu begini. Matanya minus ya mas? Helloo”.

Pria itu pun menatap deyami dengan tatapan aneh. Dahi nya berkerut seperti kerutan di dahi kakek-kakek usia senja. Pandangannya penuh kekesalan. Penyesalan pun berkelebat dibenaknya. Kalau saja dia tidak buru-buru dan menabrak wanita aneh yang sekarang duduk disampingnya ini, pasti dia sekarang tidak berada dalam situasi yang tidak menyenangkan ini. Kalau saja dia menunda penerbangan sehari saja atau mempercepat penerbangan satu jam lebih awal saja, pasti dia tidak akan bertemu dengan wanita aneh yang kini lagi-lagi masih duduk disampingnya. Ternyata pemikiran yang sama tengah dirasakan deyami juga. Suasana sangat senyap ketika mereka berhenti berbicara dan sibuk dengan kegiatan masing-masing. Deyami tengah sibuk memandangi foto-foto rider kesayangannya. Sementara pria tinggi yang duduk disampingnya itu tengah asik mendengarkan musik dari iPod miliknya. Diam-diam ternyata pria itu tengah memandangi perilaku aneh deyami yang sedari tadi senyum-senyum melihat foto di telepon genggam miliknya.
“hmmmm”. Pria itu berusaha memulai obrolan. Deyami tidak mendengarkan, dia masih asik menghayal sambil memandangi foto-foto rider kesayangannyah.
“hmmmmm...” Pria itu kembali berdehem. Tetapi deyami tetap tidak peduli.
“hmm!!!”. Pria itu kembali berdehem lebih keras dan berhasil mengagetkan deyami dan membuatnya memandang kearah pria tersebut.

“apaan sih mas? Serek? Haus? Minum!”

Pria itu terdiam dan merasa menyesal telah melakukan hal bodoh seperti itu. Tapi semua telah terlanjur. Kembali diam bukanlah cara seorang laki-laki. Pria itu pun memutuskan untuk mengajak wanita yang duduk disampingnya itu mengobrol.
“ngomong-ngomong, kamu maniak motoGP ya?”
“yes. Bener banget. Kok tau?”
“think smart dong. Lihat tuh handphone case nya foto rider gp begitu, homescreen, theme, isi tas penuh dengan atribut Dani pedrosa dan Scott Redding. Dan aku perhatiin dari tadi juga asik banget ngelihatin foto-foto mereka”.
“oh my god. Kamu ngintipin handphone aku? Tas aku juga?”
“ga sengaja lihat tadi”
“oh gitu. Kirain...”
“kamu ngapain ke jakarta bawa-bawa atribut clubfans begitu? Race motoGp nya di Qatar kali buakn dijakarta”
“hello... thinksmart juga dong mas. Mana ada penerbangan Padang-Qatar”
“oh, jadi kamu beneran mau ke qatar dong”
“yes allright. Aku kan udah janjian sama dani pedrosa dan scott redding disana”
“ya ya ya. Khayalan anak remaja”
“khayalan yang akan jadi kenyataan”

Pria itu pun hanya menggeleng-geleng sambil tersenyum aneh melihat kelakuan wanita yang duduk disampingnya. Suasana pun kembali hening. Pria itu kembali memasang headphone ditelinganya dan memutar musik kenny G kesukaannya. Sementara deyami kini balik memandangi pria yang sempat membuatnya badmood itu. Entah kenapa sejak pria itu membahas mengenai Gp tadi, dia merasa nyaman. Entah karena dia terlalu maniak terhadap gp sehingga membuat nya nyaman berbicara dengan orang yang membahas mengenai gp, termasuk dengan orang yang ada disampingnya kini, padahal mereka belum memulai percakapan sesungguhnya. Deyami semakin memandang penuh kearah pria yang tengah asik mendengarkan musik di iPod miliknya tersebut sambil memejamkan mata. Beberapa menit memandangi pria itu deyami merasa ada yang aneh dengan wajah pria itu, tapi dia tidak tahu apa. Deyami kembali menatapi pria itu dan... yap, ternyata wajah pria itu begitu dikenalinya. Wajahnya mirip seperti salah satu rider dimotogp, Stefan bradl. Ya, pria disampingnya ini sangat mirip sekali dengan stefan bradl. Postur wajahnya dan postur tubuhnya sama persis dengan stefan bradl. Mungkin ini yang membuatnya betah memandangi pria yang ada disampingnya itu. Meskipun perasaannya masih kesal terhadap pria itu. Tapi dia merasakan kenyamanan.

“permisi...  apa ada yang aneh dengan wajah saya?”
“enggg...enggg...enggak enggak. Nggak ada.”
“terus, kenapa dari tadi ngeliatin aku terus?”
Deyami pun salah tingkah karena tindakannya yang memandangi pria disampingnya itu telah dipergoki oleh orang yang bersangkutan langsung.
“jujur aja. Kamu mirip....stefan bradl”
“hahahaha...baru sadar? Kemana aja dari tadi?”
“ya ampun, gausah bangga gitu dong”
“bangga? Tentu saja bangga. Gak nyangka ya, ada cewe keras kepala kayak kamu yang ngakuin kalau aku mirip stefan bradl”.
“sumpah, nyesel bnaget bilang ini”
“udah gausah nyesel. Masa ketemu stefan bradl nyesel ?” pria itu melirik deyami sambil menggoda dengan wajah sedikit sombong.
“hello...stefan bradl dari hongkong?”
“yang bener dari german”

Deyami hanya mencibir. Lama kelamaan dia menjadi kesal karena kesombongan pria yang duduk disampingnya ini. Kalau saja wajahnya mirip dengan seorang artis yang dikenal oleh dunia, pasti dia akan menyombongkan diri kepada pria tersebut. Tapi apalah daya, dia hanya memiliki wajah oriental asia.

“oh ya, perasaan dari tadi kita ngobrol tanpa mengenalkan nama masing-masing. Kalau boleh tau nama kamu siapa?”. Deyami memulai pembicaraan meskipun hatinya masih kesal. Tapi rasa kepo yang menghantuinya membuatnya tertarik untuk bertanya kepada pria ini.
“siapa? Aku?”
“iya tuan kembaran stefan. Siapa lagi kalau bukan kamu?”
“oh kenalin, nama aku stefan wijaya ”
“hahaha, stefan wijaya?”
“gak punya kelainan ditelinga kan? Aku rasa cukup jelas.”
“uhukk uhukkk... orang jawa ya?”
“yes. Papa jawa mama jerman”.
“bule dong?”
“yang mana penjelasan saya yang kurang jelas?”
“oooppsss... kamu tinggal di padang?”
“tidak hanya tersesat”
“tersesat?”
“ya, harusnya aku landing di jakarta”
“lalu, kenapa bisa landing dipadang, dan...”
“entahlah, yang jelas sekarang aku akan menuju jakarta”
“ooh begitu”
“nama kamu siapa?”
“oh aku, deyami”
“jepang?” sahut stefan.
“tatap mata aku baik-baik? Sipit? Mirip orang jepang kah?”.
Deyami mengarahkan pandangan nya mendekat ke hadapan stefan. Dan kemudian stefan menatapnya baik-baik.

“enggak sih. Biasa aja. Wajah indonesia banget”.
“yes. I know kok. Wajah ini sederhan, tapi mempesona. Eksyen”.
“yes, I agree”
“what?”
“nothing”

Stefan pun membuang pandangan, begitu juga deyami. Suasana kembali hening. Mereka hanya diam membisu. Setelah sekian lama hening, stefan mengarahkan pandanganya ke arah wanita yang duduk disampingnya itu. Ternyata wanita itu sudah tertidur dengan pulas. Stefan terus mandangi wanita yang terlihat polos dengan rambut terurainya dan dihiasi  bendo seperti telinga kelinci dikepalanya. Wanita ini terlihat sangat sederhana sekali dengan pakaian yang dikenakannya, namun tetap terlihat anggun. Hanya baju kaus oblong panjang lengan berwarna ping yang berpadu dengan celana jeans berwarna biru dan kaki dengan sepatu flat. Diam-diam stefan tertarik melihat gadis yang sempat  membuatnya merasa kesal ini. Gadis ini benar-benar unik baginya. Jarang-jarang ditemuinya gadis yang seperti ini, dengan penampilan yang sederhana namu tetap terlihat cantik dan menarik. Ya, stefan telah tertarik pada gadis indonesia ini.

Deyami yang tidur semakin pulas membuat kepalanya semakin menunduk kebawah. Stefan tersenyum sambil menahan tawa melihat gadis yang tertidur pulas disampingnya itu. Padahal baru beberapa menit yang lalu mereka menyudahi pembicaraan. Kepala deyami semakin menunduk dan rambutnya pun terurai menutupi seluruh bagian mukanya. Stefan semakin tersenyum lebar melihat hal tersebut. Karena merasa kasihan melihat wanita itu tertidur dengan posisi yang tidak nyaman, stefan pun membelai perlahan kepala wanita itu dan membawanya perlahan ke bahunya dan membiarkan kepala wanita itu bersandar pada bahunya. Stefan pun merapikan posisi bendo di rambut wanita itu. Diakuinya bahwa deyami benar-benar telah menarik perhatianya. Kemudian tanpa disadarinya, dia telah membelai rambut deyami, dan sentak membangunkan deyami dari tidurnya. Stefan yang kaget atas bangunya deyami langsung menggeser kepala deyami dengan kuat dan terpental ke dinding pesawat.
“awwww...sakit”. deyami merintih kesakitan sambil mengelus kepalanya,
“makanya, jangan tidur dibahu orang yang baru dikenal. Aku risih”. Stefan berusaha menyembunyikan apa yang sebenarnya terjadi.
“apa? Aku tidur dibahu kamu?”.
“yes”
“masa sih? Padahal aku sudah berusaha agar tidak tertidur dibahu kamu”.
“kenyataannya?”
“maaf deh maaf. Habis aku ngantuk banget”.
“OK”

Deyami yang merasa bersalah kemudian meminta maaf kepada stefan karena telah tertidur dibahunya. Deyamipun merasa tidak enak terhadap stefan. Kenapa dia bisa melakukan tindakan bodoh seperti itu. Sungguh tindakan yang memalukan dan diluar kendali. Sementara stefan yang malu mengakui kejadian yang sesungguhnya hanya bisa tertawa didalam hati melihat ekspresi bersalahnya deyami. Dia berfikir bahwa wanita ini benar-benar lucu. Kalau saja wanita ini tau apa yang sebenarnya terjadi, pasti dia akan dimaki layaknya emak-emak yang memarahi anaknya jika lama pulang kerumah. Dan tentu saja stefan akan merahasiakan hal ini, selain karena takut deyami akan marah, dia juga merasa malu atas tindakan bodoh yang dilakukannya.

Keadaan kembali hening. Deyami yang sedari terbangun dari tidurnya tadi hanya diam membisu dan merasa malu karena telah tertidur dibahu pria yang duduk disampingnya itu. Padahal dia baru mengenal pria itu beberapa jam yang lalu, dan bisa-bisanya dia tertidur dibahu pria yang baru dikenalnya. Bagaimana jika nanti pria itu berbuat yang aneh-aneh. Syukurlah deyami segera terbangun. Suasana masih sangat hening sampai akhirnya deyami memulai pembicaraan.

“hei...”
“ya ?”
“kamu masih kesal ?”
“tentang ?”
“ aku tidur dibahu kamu tadi. Sumpah, aku gak sengaja. Aku tertidur dengan nyenyak dan membuat aku tak sadar akan hal itu”.
“hei, sudahlah. Aku sudah melupakan masalah itu”
“oh. Baguslah kalau begitu”. Deyami kemudian diam.
“oh iya, apa benar kamu akan ke Qatar ?” stefan mulai mencairkan suasana.
“yes. Aku akan berangkat lusa”.
“sebenarnya, aku juga sangat tergila-gila pada motoGP”.
“oh ya?”
“ya. Kalau kamu mau, kita bisa berangkat ke Qatar sama-sama”.
“hah? Kamu juga mau ke Qatar?”
“tentu saja”
“menyaksikan motoGP?”
“ya”
“berdua dengan ku?”
“tentu saja. Karena aku juga pecinta motoGP, dan memang aku juga akan berangkat ke Qatar lusa”
“baiklah. Tawaran diterima. Kalau begitu kita ketemu di qatar saja”
“baiklah. Bisa aku minta nomor telepon kamu? Mail adress dan sebagainya?”
“oh ya. Baiklah”.

Deyami kemudian memberikan stefan nomor telepon dan mail adress yang bisa dihubungi. Mereka pun kini asik mengobrol. Suasana telah kembali normal hingga pada akhirnya  terdengar suara “Attendant Landing Station” dari radio yang terhubung langsung dari kokpit ke kabin yang memberitahukan bahwa pesawat akan segera landing. Semua penumpang segera bersiap-siap begitu juga dengan deyami dan stefan. Mereka segera bersiap-siap untuk landing dan turun dari kabin pesawat.

               bersambung....
***