DMCA.com Protection Status

Rabu, 17 Juni 2015

LOVE STORY (?) Part 2

Tandai : annisacialic06

      (Halooo, readers... Maaf baru bisa ngeposting part 2 dari cerita sebelumnya. Kemarin baru ketimpa musibah yang ngebuat aku jadi nulis ulang lanjutan story dari part 1. Sempat kzl dan ga mau lanjutin story ini. Tapi, berkat permintaan dari pembaca story sebelum nya (part 1), aku jadi semangat lagi nulis ulang lanjutan story ini. Thanks ya kiss kiss.  Yaudah, ga mau banyak bacot lagi. Happy REDDING ehh reading. wkwk)
  


      Satu setengah jam penerbangan Padang-Jakarta begitu melelahkan bagi deyami.  Dan kini dia telah tiba di bandara Soekarno-Hatta. Deyami turun bersamaan dengan stefan. Mereka langsung menuju ketempat pengambilan bagasi.

     “stef...kita jalan-jalan dulu yuk. Sekalian cari minum”. Deyami memulai percakapan.
     “boleh, yuk. Kamu tau lokasi resto disini?
     “tidak”. Cetus deyami dengan santainya.
     “lalu?”
     “kita telusuri aja semua terminal. Atau perlu seluruh kawasan bandara. Pasti ada resto nya”
     “thats stupid idea. Ini bandara luas banget. Dan kamu mau bertanggung jawab atas kelelahan yang aku alami?”
     “ok. I have great idea. Kita bertanya saja”
     “bad idea. Bertanya kesetiap orang yang ada disini?”
     “hi boy. Ini udah tahun 2015. Percuma kamu ada dizaman yang serba modern kalau kamu tidak memanfaatkan kecanggihan teknologi. Mending kamu balik kezaman manusia purba saja. Kita kan bisa searching di google”
     “are you kidding me? Cowok setampan dan segagah aku tidak pantas ada dizaman purba”. Cetus stefan.

      Deyami kemudian menatap stefan dengan pandangan tajam dan dengan tatapan yang serius sambil mendekatkan kepalanya kearah wajah stefan. Stefan heran, entah apa yang sedang dilakukan wanita yang baru dikenal nya beberapa jam yang lalu ini. Entah wanita ini sedang kerasukan jin yang ada diterminal bandara sehingga wanita ini menatap sangat serius kearahnya atau wanita ini sedang tertarik padanya. Namun tidak mungkin rasanya tatapan mengerikan seperti itu adalah tatapan ketertarikan kepada dirinya. Stefan hanya diam, menunggu, dan siap siaga atas apa yang akan terjadi selanjutnya. Kalau kalau wanita ini benar-benar kerasukan dan tiba-tiba mencekiknya, dia siap untuk mengantisipasi. Stefan gemetar, keringatnya mulai terasa menetes. Detak jantungnya berdetak dengan 4, 5, bahkan 10 detakan perdetik. Sampai akhirnya...

    “HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA”. 

     Deyami yang tadi menatapnya seperti orang yang sedang kerasukan setan suzana kini tertawa terbahak-bahak dihadapannya. Tertawa sambil memegang perut dan membungkuk. Dan bahkan seperti ingin berguling-guling dilantai terminal. Stefan berfikir kalau wanita yang ada dihadapannya ini tidak sedang kesurupan, melainkan sedang mangalami sedikit gangguan pada  jiwa. Mungkin terlalu banyak masalah yang dihadapi wanita yang ada dihadapannya ini, sehingga membuat goncangan jiwanya terganggu. Stefan heran, dia  merasa risih dengan apa yang terjadi terhadap deyami.

    “kasihan sekali kamu, masih muda, cantik, tapi sudah kena goncangan jiwa”. Cetus stefan disaat deyami masih sibuk tertawa.
    “goncangan jiwa? Yes. Karena ketemu kamu aku jadi tergila-gila”. Deyami masih tertawa dengan tawa yang tertahan.
    “are you serious?”
    “eksyen doang”. Deyami kembali tertawa.
    “hi girl! Sebaiknya setelah ini kamu memeriksakan kejiwaan kamu. Aku curiga jangan-jangan kamu...”
    “jangan-jangan apa hah?”
    “crazy!”

    Deyami kemudian terhenti tertawa, dia manyun seketika. Dia kesal terhadap stefan yang menganggapnya gila.
    “hei. Jangan duckface begitu dong. Aku kan hanya bergurau. Mana mungkin cewe secantik kamu crazy”
    “sangat lucu”. Jawab deyami sambil membuang pandangan.
    “ayolah, jangan marah, aku hanya bergurau”
    “sudahlah, aku haus. Mari kita mencari tempat minum”
    “tidak mau”
    “ayolah stef, aku sangat haus”
    “NO!”. Jawab stefan dengan tegas.
    “kamu ngambek?”. Tanya deyami
    “YES”
    “yasudah. Kita bhay disini. Aku pergi sendiri”. Cetus deyami dnegan wajah kesal.
    “Hahahahahhahaha. Comeon girl. I’m just kidding with you”
    “sangat lucu stef”
   
    Stefan memandangi deyami. Dia tersenyum-senyum sendiri melihat kelakuan labil deyami yang kadang ngambek dan kadang tertawa, kadang diam kadang berisik.
    “baiklah sekarang, kita akan mulai darimana?”
    “dari mata turun kehati”. Jawab deyami cuek
    Stefan tertawa kecil mendengar perkataan deyami.
    “sekarang kamu searching di google lokasi resto atau outlet store terdekat”. Deyami melanjutkan pembicaraan.
    “oh ya. Baiklah nyonya”
    Stefan kemudian mengaluarkan ponselnya dan mulai men-searching lokasi resto terdekat.
    “nah, ketemu. Kita sekarang ada di terminal 2F. Disini diterangkan bahwa ada resto didekat inner garden terminal 2F”. Stefan mencoba menjelaskan apa yang dibacanya di google.
    “yasudah. Kita kesana saja”
    “baiklah. Itu ada petunjuk arah ke inner garden”

    Kemudian stefan dan deyami pun berjalan menuju inner garden. Sesampainya di inner garden mereka langsung menuju kesalah satu resto yang rami dengan pengunjung. Mereka pun masuk kedalam dan memesan minuman dan makanan.
   
    “Dey, setelah ini kamu akan kemana?”. Stefan memulai percakapan.
    “aku akan diam disini untuk menunggu jemputan”.
    “siapa yang akan menjemput? Kekasihmu?”
    “tidak. Tapi oom ku”
    “oh begitu”
    “ya. Kamu, akan kemana setelah ini?”. Deyami balik bertanya.
    “aku akan ke hotel untuk beristirahat”
    “oh gitu”.
    “by the way. Mana oom kamu?”
    “entahlah, aku tidak melihat dia ada disini”
    “sudah coba hubungi?”
    “astaga, aku lupa menonaktifkan mode pesawat ponsel ku”

     Stefan kemudian menggeleng-gelengkan kepala. Dia heran melihat deyami yang tidak ada kekawatiran sama sekali. Padahal ini merupakan pengalaman pertamnya usai melakukan penerbangan dan sampai dilokasi tujuan tanpa seorangpun kerabatnya yang menjemput terlihat. Tidak ada kekawatiran sama sekali terlihat pada dirinya. Wanita satu ini diakui stefan sangat percaya diri dalam tindakan nya.

     Deyami mengaktifkan data seluler telepon genggam miliknya. Dia kemudian mencari kontak oom nya didaftar kontak miliknya dan segera menghubungi oom nya.
     *tuuuttt...tuuuut...tuuutttt....tuuuutt....tuutttt....*
     “halo asalamualaikum om”
     “waalaikumsalam. Ya ampun dey, kenapa telepon kamu baru aktif? Dari tadi oom mencoba menghubungi kamu”
     “hehehe maaf om, aku lupa menonaktifkan mode
pesawatnya
     “oom kawatir sekali dey. Sekarang kamu dimana? Oom sudah menunggu sedari tadi di terminal kedatangan 2F”
     “hah? Serius om? Aku sekarang lagi di...*sambil melihat nama cafe tempat dia berada* AW resto om”
     “di AW resto? Yang dimana?”
     “yang di inner garder terminal 2F om”
     “Ok. Oom menuju kesana”
     “baiklah om. Aku tunggu”
    *tut..tut..tut* telepon kemudian tertutup.

    “bagaimana?” tanya stefan.
    “om Rudy sudah menunggu sedari tadi di terminal kedatangan 2F. Dan sekarang dia menuju kesini”. Jawab deyami.
    “baguslah kalau begitu. Jadi aku bisa cepat-cepat ke hotel untuk beristirahat”.
    “yuhu”. Jawab deyami sambil celingak celinguk melihat setiap pengunjung cafe yang datang.

    “Om Rudy!!”. Teriak deyami mengagetkan stefan sambil melambaikan tangan kearah om rudy.
   
     Om rudy tersenyum dan langsung berjalan menuju meja deyami dan stefan.
     “welcome in jakarta dey”. Om rudy tersenyum dan deyami pun membalas senyuman om rudy sambil menyalami tangan om rudy.
     “kamu kesini dengan teman? Mama kamu bilang kamu sendirian”.
     “hehehe kenalin om ini stefan temanku. Kami tidak sengaja bertemu di satu penerbangan. Stefan kenalin, ini om rudy”.
Stefan kemudian menyalami om rudy yang tersenyum kepadanya.
     “saya stefan om”. Stefan membalas senyuman om rudy.

     “jadi sekarang kamu mau kita kemana, dey?”. Tanya om rudy.
     “kita langsung pulang kerumah saja om. Badanku sudah sangat lelah. Aku ingin beristirahat dirumah”. Jawab deyami.
     “oh. Ok. Bagaimana dengan teman kamu?”
     “saya akan langsung menuju hotel saja om”. Sahut stefan.
     “mau bareng dengan kami stef?”
     “terimakasih atas tawarannya om. saya naik taksi saja. Lagipula hotel nya tidak jauh dari sini”.
     “oh yasudah kalau begitu.”
     “kamu yakin ga mau bareng?”. Tanya deyami.
     “yakin”. Stefan menganggukan kepala sambil tersenyum.
     “yasudah kalau begitu kita berpisah disini. Sampai bertemu di Qatar”.
     “OK. Sampai jumpa”.
     “mari stefan, kami pergi dulu”. Om rudy berpamitan kepada stefan.
     “iya om. Silahkan”. Stefan mempersilahkan.

     Deyami dan om rudy pun keluar meninggalkan cafe dan segera menuju mobil diparkiran. Sesampainya diparkiran om rudy pun membuka mobilnya, deyami dan om rudy pun memasukan barang bawaan deyami kedalam bagasi sebelum akhirnya mereka masuk kedalam mobil dan melanjutkan perjalanan menuju rumah om rudy yang berada di pondok gede, Bekasi. Diperjalanan deyami dan om rudy pun asik mengobrol.

     “setahun tidak  bertemu, ternyata sekarang kamu sudah semakin besar saja”. Om rudy memulai percakapan.
     “hahaha iya dong om. Masa semakin kecil sih”
     “oh ya, kapan kamu fligh ke Qatar dey?
     “lusa om”
     “duh duh... yang sebentar lagi impiannya tercapai”.
     “hehehe. Oom...”. wajah deyami pun memerah.
     “kamu ke Qatar sendirian? Ga takut?”
     “untuk apa takut om. Lagi pula kan sesampainya disana om fredy sudah menunggu. Jadi aku tidak perlu takut”.
     “yakin? Atau kamu pergi bareng sama bule yang tadi?” om rudy mulai menggoda deyami.
     “bule yang tadi? Maksud om, stefan?”
     “yes. Siapa lagi kalau bukan dia. Atau jangan-jangan dia...”
     “apaan sih om...”.

     Deyami pun tersipu malu dan membuang pandangan keluar jendela. Seketika itu juga tiba-tiba dia membayangkan stefan yang kini entah dimana dan sedang apa. Atau dia sedang buru-buru ke hotel dan tidak sengaja menabrak orang lagi. Deyami pun tersenyum-senyum sendiri membayangkan stefan.

     “Dey, kenapa kamu senyum-senyum begitu?”
     “oh. Nggak om. Nggak kenapa-napa”.
     “pasti kamu sedang membayangkan stefan?”
     “yaampun om. Ga penting banget. Ketemu juga baru ta...*deyami keceplosan dan langsung mengalihkan pembicaraan*. kita masih lama nih om sampainya?”
     “kira-kira 2 jam-an”
     “ya ampun lama banget”
     “kadang bisa lebih karena macet”
     “dasar jakarta”
     “begitulah”. Om rudy kembali fokus menyetir.

     Deyami pun mengambil ponsel nya dari dalam tas nya. Seperti biasa dia membuka galeri “motoGP” dan asik memandangi foto-foto rider. Ketika tengah memandangi foto-foto rider kesayanganya, tiba-tiba hp nya berdering.

((( I wish that I could be like the cool kids~ like the cool kids..))) *ringtone ponsel deyami <cool kids-echosmith>*

     “halo. Asalamualaikum, ma”
     “waalaikumsalam. Sudah sampai dey?”
     “sudah ma. Sekarang lagi dijalan menuju rumah om rudy”
     “ooh udah dijalan toh. Dijemput om rudy kan? Atau si adit?”
     “om rudy ma” 
     “mana om rudy? Mama ingin bicara”
     
     “ini ma lagi nyetir”. deyami menyodorkan ponsel miliknya kepada om rudy. “om...mama mau ngomong”.
    Om rudy kemudian mengambil ponsel milik deyami.
    “halo asalamualaikum kakak ipar ku tersayang. Apa kabar?”. Om rudy berbicara sambil   terkekeh. Sementara deyami hanya tertawa kecil melihat tingkah oom nya,
    “waalaikumsalam adik ipar ku yang gagah berani seperti samson betawi. Kabar kakak sehat. Kabar kamu gimana rud?”
   Om Rudy terkekeh, “alhamdulillah, sehat kak. Oh iya, deyami sudah ditangan rudy kak, selamat sampai tujuan”
    “syukurlah rud. Tolong jaga keponakanmu disana ya. Lusa dia kan ke qatar. Tolong antarin dia kebandara dan bantu dia mengurus semua keperluannya”
    “siap melaksanakan perintah kak”
    “terimaksih banyak rud. Sekarang lagi dijalan ya. Hati-hati ya bawa mobilnya. Kalau udah sampai, kabarin ke kakak ya rud”
    “ok kak”
    “yasudah, kalau begitu. Asalamualaikum”
    “waalaikumsalam”
Om rudy kemudian memberika ponsel milik deyami kepada deyami.
    “nih, dey”.
    Deyamipun mengambil pnselnya dari tangan om rudy.

    “mama bilang apa om?” deyami penasaran dengan apa yang dikatakan mama nya kepada om rudy.
    “om disuruh jagain kamu dan mengurus semua keperluan kamu untuk ke qatar”
    “ooh gitu ya”
    “iya...”

    Deyami kembali memandangi foto-foto rider kesayanganya hingga dia tertidur dengan pulas selama perjalanan menuju pondok gede-kediaman tempat tinggal om rudy.

    “dey...dey... bangun, kita sudah sampai”. Om rudy membangunkan deyami yang masih tertidur.
    “eeee...eeehhhh, deyyaaami...ponaan tante..sudah datang”. Tante yosi mendatangi deyami yang masih tertidur didalam mobil. Suara tante yosi sentak mengagetkan dan membangunkannya.
    “udah sampai ya?”. Deyami bicara dalam keadaan setengah sadar.
    “sudah sayang. Nyenyak sekali tidurnya ya”.
    Deyami pun kemudian turun dari mobil dan segera menyalami dan memeluk tante yosi.
    “tante apa kabar? Sehat?”
    “kabar baik sayang. Sehat. Kamu?”
    “sangat baik tante. Hanya saja perut udah keroncongan nih. Huehehehe”.
    “kode keras tuh”. Sambar om rudy yang tengah sibuk memindahkan barang-barang bawaan deyami.
    “nah oom tau tuh apa maksudnya”
    “tau dong. Perut oom juga keroncongan nih. Malah bentar lagi kalau dibiarin kosong ngeronggeng nih perut”
    “kalian ini. Yasudah mari kita masuk. Kebetulan tante udah masakin masakan kesukaan kamu didalam. Ayuk masuk”.

    Tante yosi pun membawa deyami masuk kedalam rumah.
    “tante... bang adit mana? Kok rumah sepi?”. Tanya deyami sambil celingak celinguk melihat keadaan rumah.
    “oh adit... tadi dia berangkat ke bogor sama teman-temannya. Nanti malam juga pulang”.
    “tega bener bang adit ya. Sepupu nya dateng jauh-jauh dari padang ke jakarta bukannya dijemput atau ditungguin, eh malah ditinggal pergi”.
    “udah kangen berat ya sama bang adit?”. Cetus om rudy yang lewat di depan deyami sambil membawa koper miliknya.
    “ya kangen lah om. Udah 2 tahun ga ketemu. Dianya aja tuh yang ga kangen”.
   “nanti malam juga dia pulang kok sayang”. Sahut tante yosi yang tengah sibuk meletakan piring-piring dimeja makan.
   “iyadeh tante. Ngomong-ngomong kamar aku dimana ya tante? Aku mau mandi dulu untuk menyegarkan badan”.
    “lihat aja pintu yang penuh dengan logo barcelona, nah kamu nanti akan tidur dikamar itu”.
    “mari ikutin oom”. Om rudy mengantar deyami kekamar tempat dia tidur nanti.
   
 Deyami berjalan mengikuti om rudy.
    “nah ini kamar kamu”. * sambil membuka pintu kamar*
    “ok om. Aku mau beres-beres dulu”.
    “ok. Habis beres-beres langsung ke meja makan ya. Kita makan malam bareng”.
    “ok om”.

    Deyami langsung menghempaskan badannya ke kasur yang dilapisi dengan sprei barca itu. Matanya memandangi kesetiap penjuru kamar yang penuh dengan segala sesuatu yang bertemakan club bola barcelona. Mulai dari dinding kamar, kain pintu, keset, sprei, poster-poster, mainan miniatur yang tertata rapi dirak, hingga hiasan lainnya yang meramaikan kamar.
    “busyeeettt, nih orang kebangetan. Aku yang maniak gp aja ga segininya. Gila bener...”

    Deyami masih memandangi setiap sudut kamar sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Hingga akhirnya matanya tertuju pada sebuah meja tempat sebuah foto dengan bingkai bertema barcelona. Deyami penasaran dengan foto dua bocah tengik yang ada di meja tersebut. Dia kemudian mendekati meja tersebut dan mengambil foto dengan bingkai bertema barcelona itu. Dipandanginya foto itu dan...
“hahahahahaha... ini kan aku sama bang adit waktu kecil. Lucu banget bang adit”
Deyami lantas tertawa melihat foto itu dan kembali meletakan foto itu ketempat semula dan dia pun memutuskan untuk mandi.

    Jam sudah menunjukan pukul 7 malam. Deyami telah selesai mandi dan langsung keluar menuju meja makan karena tante yosi dan om rudy sudah menunggunya disana.
    “malam om, tante...”. deyami menyapa om dan tantenya yang sudah menunggu dimeja makan.
    “malam...”. Sahut tante yosi, sementara om rudy hanya tersenyum kepadanya.
    “bang adit masih belum pulang ya”. Tanya deyami.
    “belum. Mungkin larut malam”.
    “ooh gitu ya...*sambil menarik kursi dan duduk*. Waaahhh, tante masakin aku ayam kecap, waahh ada sup kepiting juga, widiiihhh pisang”. Deyami histeris melihat masakan kesukaanya berada tepat dihadapannya.
    “tante kamu yang masak lo. Ya kan ma?”. Om rudy mencoba menggoda tante yosi.
    “serius om, ini tante yang masak?”
    “serius...kan tante udah bilang tadi kalau tante udah masakin kamu masakan kesukaan kamu”. Tante yosi menjelaskan.
    “thankyou tante ku tersayang. Muah muah muah”.
    “udah ah jangan ngobrol terus. Yuk makan. Perut om udah lapar”.

    Om rudy menyodorkan piring kepada tante yosi untuk di isi nasi. Deyamipun menyodorkan piring kepada ante yosi untuk di isi nasi.
    “nih..”. tante yosi memberikan piring yang sudah berisi nasi kepada deyami.
    “makasih tante”.
    “makan yang banyak ya, habisin semua makanan yang ada dipiring”
    “siap tante. Laksanakan”.
Deyami pun makan dengan lahapnya hingga tak ada lagi sebutir nasi pun di piringnya.

    Keadaan meja kini berubah. Meja yang tadinya rapi dengan piring yang berisi masakan kini telah dikotori dengan sisa makanan dan piring yang tadinya penuh dengan masakan-kini masakan itu telah lenyap hilang dan musnah. Kini deyami tengah melahap pisang-pisang yang ada diatas meja. Om rudy dan tante yosi sudah tidak heran melihat kerakusan keponakanya terhadap buah pisang. Sejak deyami kecil mereka tahu bahwa keponakanya itu adalah pecinta pisang.
    “gak nyangka ya mah, kita punya keponakan monyet”.
    “hahaha. Iya pah, monyet jelmaan manusia nih”. Tante yosi tertawa melihat kelakuan keponakanya yang sudah menghabiskan hampir satu sisir pisang.
    “hahaha. Ntah kenapa. Aku bangga banget rasanya kalau dipanggil monyet tante, om”.
Deyami masih terus melahap pisang-pisangnya layaknya monyet dipenangkaran.
    “ntar muntah lho kebanyakan makan”.
    “tenang aja tante, kalau muntah kan ada om. Ya kan om?”.
    “iyuwww... jijai deh eyke...”  Om rudy meng-ekspresikan rasa jiji’nya seperti seorang banci ngondek persimpangan lampu merah. Sementara deyami hanya bisa tertawa dan tante yosi merasa geli melihat tingkah suaminya.

    Suasana dimeja makan saat itu sangat diwarnai dengan aksi topeng monyet yang tengah menghabiskan pisang-pisangnya dan disaksikan oleh sepasang suami istri yang sangat fokus menyaksikan pertunjukan topeng monyet tersebut.
    “oh ya, kapan ke Qatar nya dey?”. Tante yosi memulai percakapan.
    “lusa tan...euggggghh”. belum selesai menjawab pertanyaan deyami pun sendawa sekuat mungkin karena kekenyangan memakan pisang. “hehehe. Lusa tante. Maaf kekenyangan nih”. Deyami memperbaiki omongannya.
    “om fredy dan istrinya sudah tau?”. Tanya tante yosi.
    “sudah tante. Malahan mereka yang sudah memesankan tiket gp untuk aku”.
    “sudah dihubungi lagi?”. Om rudy mengingatkan.
    “besok deh om. Sekarang mereka pasti masih sibuk kerja”.
    “yasudah besok, biar om saja yang menghubungi”.
    “ok deh om”.

    Seusai memakan semua pisang-pisang nya deyami pun menolong tante yosi mengemasi piring-piring dan sisa-sisa makanan yang berserakan diatas meja, juga mengemasi sampah kulit pisang yang berceceran diatas meja. Seusai membereskan semuanya, tante yosi pun langsung menuju ruang tv untuk menemani om rudy yang tengah menonton. Sementara deyami, dia pamit untuk beristirahat dikamar karena dia sudah sangat lelah dan ingin beristirahat. Setelah berpamitam pada om dan tante, deyami pun langsung menuju kamar dan sesampainya dikamar ia langsung merebahkan badanya ditempat tidur milik abang sepupunya itu. Deyami pun mengambil ponsel miliknya, dia kembali membuka galeri yang penuh dengan foto-foto rider kesayangannya itu. Memandangi foto-foto rider kesayangannya merupakan kegiatan wajib yang dilakukan deyami setiap hari nya. jika tidak ia lakukan, mungkin ia akan kejang-kejang, atau ia akan step seperti orang idiot. Entahlah..
Keasikan melihat foto-foto rider kesayanganya, kini deyami pun telah tertidur dengan posisi masih menggenggam ponsel miliknya.

    *kriiiiiikkkkkkk*
    Pintupun terbuka. Seorang pria memasuki kamar dimana deyami sedang tertidur dengan lelap. Pria itu kemudian mendekati deyami. Ia lantas mengambil ponsel yang masih dalam genggaman deyami.
    “ya ampun. Ini anak masih aja nyimpen kebiasaan lama. Wajib banget,  ngeliatin foto rider motogp begini”.
    Pria itu kemudian meletakan ponsel milik deyami dimeja sebelah tempat tidur. Kemudia dia mengambil selimut dan menyelimuti deyami sebelum akhirnya pria itu mematikan lampu utama dan mengidupan lampu tidur yang samar-samar lalu berlalu meninggalkan kamar.

                                                 

                                                                                   bersambung...
                                                                                         

2 komentar:

  1. cool ;)
    keep writing my lovely cousin. :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks my lovely cousin :*
      I love you so much :*
      By the way, I miss you.

      Hapus