"Story ini hanya fiktif belaka. Dibuat oleh penulis (pemilik blog ini) hanya untuk kepentingan hiburan semata yang ditulis dengan penuh penghayatan juga khayalan. Nama-nama tokoh disini dicantumkan dengan sengaja oleh penulis. penulis juga mencantunkam nama penulis sebagai tokoh dalam cerita ini. Kesalahan penulisan dan sebagainya harap dimaklumi wkwkwk."
Musim motoGP 2014 sudah
berakhir dan kini musim baru 2015 telah tiba. Deyami, adalah seorang gadis 19
tahun yang sangat maniak sekali terhadap motoGP. Saking maniak nya, dia rela
meninggalkan semua urusan demi menyaksikan qualifikasi dan live race motoGP
yang disiarkan langsung oleh sebuah televisi sport. Gadis bertubuh 155cm dengan
berat 50kg ini adalah pengemar pembalap bernomor 26 dan 45 untuk kelas
tertinggi di motoGP dan pembalap dengan nomor 12, 52, dan 23 untuk kelas moto3.
Dia selalu berharap bisa bertemu dengan pembalap idolanya. Dan dimusim 2015 ini
dia mendapatkan kesempatan untuk menyaksikan motoGP langsung di sirkuit Losail
Qatar yang merupakan open race diawal musim 2015.
Pagi yang cerah dengan
matahari yang bersinar seakan tersenyum memandang dunia yang penuh dengan
orang-orang yang sibuk dengan segala aktivitas nya masing-masing. Pagi itu
Deyami tengah mengecek kembali barang yang telah dimasukan nya kedalam koper.
“Baju udah, celana udah,
kosmetik udah, asesoris udah, sepatu udah. Hmmm... apalagi ya? Oh iya,
perlengkapan mandi. Ok isi koper sudah beres “.
Setelah mengecek kembali
barang-barangnya, dia kemudian bergegas menuju mobil karena harus mengejar
jadwal check-in penerbangan. Dengan diantar mama dan abangnya, deyami pun
segera memulai perjalanan menuju Bandara Internasional Minangkabau. Di
sepanjang perjalanan, jantungnya berdetak tak karuan. Perasaan senang
menghantui fikirannya karena ini merupakan pengalaman pertamanya untuk
menyaksikan ajang balap motor nomor satu
didunia itu secara langsung disirkuit. Tak terbayangkan baginya bahwa
dia kan bersorak ditribun penoton. Selama ini dia hanya bersorak didepan
televisi sambil menyebut nama rider idolanya. Sepanjang perjalanan, sembari
melihat telepon genggam miliknya dia tersenyum-senyum seperti orang yang sedang
dilanda kasmaran.
“Eh, dey. Mama perhatikan dari tadi kamu senyum-senyum
terus ngeliat tuh hp. Kenapa? Ada yang lucu?”. Tanya mama deyami yang sedari
tadi memperhatikan anaknya tersenyum-senyum sambil melihat telepon genggam.
“Hehehe... ini lho ma, aku
lagi ngeliatin foto rider motoGP kesayangan aku. Yaaa, habis aku udah gasabar
pengin ketemu mereka”.
“ketemu mereka? Aduhh,
jangan kebanyakan ngayal deh dey. Emang kamu siapanya mereka? Boro-boro bisa
ketemu. Secara kan gak sembarangan orang yang bisa ketemu mereka”. Sambar bang
Frenly yang lagi menyetir.
“Bisa dong! Abang belum
tau ya, aku kan udah resmi jadi member clufans nya Dani pedrosa, ya secara
otomatis aku bisa dong ketemu Dani”.
“Masa?”. Tanya bang
Frenly.
“iya, serius, sumpadeh”.
“Bodo! hahahhaha”.
“abaaanggggg!!!”.
Deyami pun marah sambil memukul-mukul bahu abangnya. Dia tidak terima
abangnya mentertawakan dia disaat dia tengah serius.
“udah dey. Abang kamu lagi
nyetir jangan digangguin gitu dong. Bahaya”.
“bang frenly ngeselin ma.
Aku lagi serius dianya malah ngledekin gitu”
“becanda kali dey.
Seriusan amat”. Sambar bang frenly.
“awas ya bang. Kalau aku
bisa ketemu dan foto bareng rider idola aku, pokoknya abang kudu nurutin semua
permintaan aku”.
“okay. Nih ya, kalau kamu
bisa ketemu salah satu aja dari semua rider idola kamu, terus kamu bisa foto
selfie bareng dia, abang bakal traktir kamu satu tiket untuk nonton Gp lagi di
race Sepang”.
“oh, jadi abang nantangin
aku nih? OK! Lihat saja nanti”.
“OK ! Kita lihat aja.
Mustahil banget kamu bisa...”
“bisa apa hah? Kita lihat
aja nanti. Yang penting abang siap-siap aja nraktir aku satu tiket buat nonton
gp di sepang. Hahahha”.
“Ok ”
“ sudah-sudah... jangan
becanda terus. Kamu frenly, nyetir aja yang fokus. Kamu dey, lanjutin aja
mandangin foto pembalap kesayangan kamu itu. Daripada berisik terus”.
“ Ih mama, tau aja kemauan
anaknya. Hahaha”.
Deyami pun lanjut
memandangi foto-foto rider kesayangan. Dia membayangkan kalau kalau ternyata
dia bisa berfoto dengan semua rider idolanya. Tapi baginya berfoto dengan Dani
pedrosa saja sudah cukup, apalagi dia dijanjikan satu tiket untuk gp sepang
oleg abangnya. Deyami pun bertekad harus bisa berfoto dengan Dani pedrosa.
Keasikan menghayal, deyami pun tertidur dengan pulas. Sampai tiba-tiba dia
dibangunkan oleh mama nya karena telah tiba di bandara.
“dey...dey bangun. Kita udah
sampai dibandara. Ayo bangun, kamu harus segera check-in”.
“udah sampai ya ma?”.
“udah, ayo keluar. Bantu
mama angkat barang bawaan kamu”.
Deyami pun segera keluar dari mobil dengan mata yang masih mengantuk.
“bang frenly mana ma?”
“bang frenly ketoilet,
kebelet katanya”.
“Bisa-bisanya dia
ngebiarin aku ngangkat koper sendirian gini. Abang macam apa tuh. Huh kesel”.
“udah gausah banyak omong...
itu koper kan pakai roda, bisa diseret”.
“yuhu deh ma, yuhu”.
Dengan perasaan kesel deyami pun menyeret kopernya.
“ma kita duduk disana aja
ya”. Sambil menunjuk bangku yang kosong diloby.
“Yaudah ayuk”.
Deyami dan mama pun duduk sambil menunggu bang frenly yang tiba-tiba datang
dengan membawa 2 botol minuman mineral dingin.
“nih minum. Pasti udah
pada haus”.
“kemana aja sih bang, tega
banget ngebiarin aku dan mama nyeret nih barang-barang berdua”.
“salah sendiri, ngapain
bawa barang banyak-banyak. Mau pindahan ?”
“ma... lihat tuh abang,
ngeselin banget. Ngajakin berantem terus.”
“udah udah... kalian ini,
gak malu dilihat orang ?”
“eh dey, by the way, kamu
udah check-in belom?”
“belom”.
Deyami yang lagi asik mengotak-atik telepon genggam
miliknya menjawab pertanyaan abangnya dengan cuek.
“busyettttt. Kenapa ga
langsung check-in aje non”.
“busyat busyet busyat
busyet. Aku tuh nungguin abang. Kan ini pengalaman pertama aku kesini. Ya, aku
mana tau prosedur check-in nya”.
“ya ampun. Ni anak norak
amat. Kan bisa nanya ke petugasnya”.
“ogah ah. Malu bang,
malu”.
“pernah denger istilah ‘malu
bertanya sesat jalan-jalan’ ga sih?”
“malu bertanya sesat
dijalan keles bang”.
“terserah deh. Kan bisa
minta tolong mama”.
“eh eh eh, frenly, kamu
kan tau mama juga ga pernah terbang. Mana mama tau prosedur nya gimana”.
“ya ampunn. Ga adik ga
mama sama aja norak nya. Hufffff”.
“udah buruan sana bang
check-in nin aku. Huehehhee”.
“ogah deh. Check-in
sendiri dong. Belajar mandiri, ntar gimana kalau udah nyampe sana mau balik
kesininya ga check-in ?”.
“iya deh iya. Jadi ini aku
musti ngapain?”
“teriak-teriak sambil
bilang ‘aku norak’ !” sambar bang frenly.
“seriusan dong bang.
Giliran aku serius aja, abang malah becanda”.
“sana ngantri di check-in
counter. Ntar tinggal ikutin perintah petugasnya aja”.
“yaudah deh, bang, ma, aku
check-in dulu. Kalau begitu aku pamit disini aja ya bang, ma. Karena pasti
setelah check-in aku bakal langsung menuju ruang tunggu untuk boarding”.
“nah, itu kamu tau dey
prosedurnya. Kenapa pura-pura ga tau’.
“lah aku bener ya bang,
padahal cuma ngarang doang”.
“yasudah, kamu hati-hati
ya dijalan nak, sesampai dijakarta jangan lupa kabarin mama ya. Di qatar juga
hati-hati. Sampaikan salam mama ke om Rudy dan Fredy juga istrinya ya”.
“iya ma. Tenang aja aku
kan udah gede. Hehe. Ntar salamnya aku sampein”.
“hati-hati ya dey. Kalau
udah nemu rider idola, sampein salam abang mu yang ganteng ini ya”.
“ok bang. Aku pergi dulu
ya ma, bang”. Deyami pun menyalami tangan mama dan abang nya.
Deyami pun berjalan menuju
chek-in counter. Saat tengah berjalan, tiba-tiba telepon genggam miliknya
bergetar dan mengagetkannya.
“busyett. Ga tau orang
lagi deg-degan apa nih hp ngagetin aja. Yailah, maudy.” Deyami pun mengangkat
telpon dari maudy sahabatnya.
“halo? Apaan mod? Aku lagi
buru-buru nih”.
“yaelah dey, main skak-mat
aja nih”
“aku lagi buru-buru nih,
mau check-in. Maaf ya”
“yaudah deh, Cuma mau
bilang, baca tuh sms aku yang udah numpuk”
“ntar deh ya...kalau aku
udah gak..*brakkkkk*”
Telepon genggam milik deyami terpental jatuh kelantai. Seorang pria
bertubuh 170cm dengan bobot 63kg yang sedang tergesa-gesa telah menabrak nya.
Pria itu terlihat sangat tergesa-gesa. Entah setan jenis apa yang sedang
mengejarnya, atau pria ini lagi dikejar-kejar petugas keamanan karena melakukan
tindakan kriminal, atau karena buru-buru ke toilet. Entahlah, hanya dia dan
tuhan yang tau.
“aawww. Handphone ku. Oh
my god”.
“aduh, sorry sorry, sorry
ya. Aku lagi buru-buru banget”.
“kira-kira dong kalau lagi
buru-buru. Liat nih handphone aku jadi ngehang”.
“aduh, sorry. Aku
buru-buru”. Kemudian pria itu berlalu
tanpa ada rasa bersalah kepada deyami,
“yaampun,
tuh orang, pergi tanpa dosa”.
Dengan perasaan kesal bercampur marah, deyami pun melanjutkan perjalanan
menuju check-in counter.
***
Beberapa menit beralalu
setelah check-in. Deyami kini siap-siap untuk boarding. Kini dia telah berada
dikabin pesawat Boeing 737-400 milik Garuda. Dia tengah mencari bangku yang
bernomor sama dengan yang tertera ditiket pesawatnya.
“nah yes, duduk dekat
jendela. Bisanih foto sayap pesawat, lumayan untuk di share ke ig. Huehehe”
Deyamipun mengeluarkan telepon genggamnya dan mulai
mengambil gambar sayap pesawat dari kamera telepon genggam miliknya. Ketika
sedang tengah asik mengambil gambar. Tiba tiba seorang pria duduk disampingnya
dan menyapanya.
“hai...”
Deyami pun menoleh kearah pria tersebut.
“hai...eh kamu kan...”
“iya, aku yang ga sengaja nabrak kamu tadi. Sorry ya aku
buru-buru karna takut telat check-in”
“gampang banget minta maaf ya”
“terus harus dipersulit, gitu?”
“nyolot ya?”
“kamu tuh yang nyolot”
“enak aja nuduh balik”
“udah syukur minta maaf”
Deyami pun mengalihkan pandangan kearah luar jendela
dengan perasaan kesal. Kekesalannya yang tadi belum hilang dan sekarang
kekesalanya bertambah karna harus duduk bersebelahan dnegan pria yang tadi
menabraknya. Kenapa sih dia bisa satu pesawat dengan orang yang udah ngebuat
dia badmood. Orang yang udah menabrak dia dan pergi tanpa rasa bersalah. Dan
kini dia harus duduk bersampingan pula. Ingin rasanya dia memecahkan kaca
jendela pesawat dan melompat keluar jendela, tapi apalah daya. Jika dia tetap
nekad tentu saja dia akan berurusan dengan petugas keamanan karena sudah
merusak pesawat. Dan berurusan dengan petugas keamanan bandara jauh lebih buruk
dibandingkan berurusan dengan orang yang tengah duduk disampingnya.
Pesawatpun siap lepas landas setelah terdengar suara
seorang pilot yang memberitahukan bahwa pesawat penerbangan tujuan
Padang-Jakarta itu akan segera lepas landas. Safety demo pun telah selesai
memberikan aba-aba cara memakai alat keselamatan yang ada di pesawat dan tak
lupa menginformasikan kepada penumpang untuk mematikan telepon genggam.
Deyami pun memasang sabuk pengaman dan mengubah mode
telepon genggam nya ke mode penerbangan. Pesawatpun lepas landas. Semua
penumpang antusias saat pesawat lepas landas. Ada yang takut dan ada yang
gembira. Deyami terlihat takut saat pesawat lepas landas karena ini merupakan
pengalaman pertamanya melakukan penerbangan. Wajahnya pucat, badannya bergetar,
dia memicingkan mata sambil berdoa dalam
hati agar pesawat yang membawanya selamat sampai tujuan. Saat pesawat bergetar
menabrak awan, deyami pun sontak menjerit dan tanpa sengaja memegang lengan
pria yang ada disampingnya. Pria itu pun sontak kaget melihat perlakuan deyami.
“aaaaaaaa...!!”
Pria itu shock atas perlakuan gadis aneh yang ada
disampingnya.
“sorry, bisa ga sih lepasin tangan aku sekarang?”
“tangan? Eh iya sorry sorry. Habis aku takut banget”.
“kamu kenapa sih?”
“anu.. aku takut, habis ini pesawat bergetar,
jangan-jangan...”
“ya ampun, norak deh. Biasa aja kali”.
“ini penerbangan pertama aku tauk! Wajar dong aku takut”
“yaudah biasa aja kali mba. Gausah nyolot. Makin jelek
tuh muka kalau nyolot begitu”.
“jelak jelek, ini muka limited edition tauk. Imut unyu
begini. Matanya minus ya mas? Helloo”.
Pria itu pun menatap deyami dengan tatapan aneh. Dahi nya
berkerut seperti kerutan di dahi kakek-kakek usia senja. Pandangannya penuh
kekesalan. Penyesalan pun berkelebat dibenaknya. Kalau saja dia tidak buru-buru
dan menabrak wanita aneh yang sekarang duduk disampingnya ini, pasti dia
sekarang tidak berada dalam situasi yang tidak menyenangkan ini. Kalau saja dia
menunda penerbangan sehari saja atau mempercepat penerbangan satu jam lebih
awal saja, pasti dia tidak akan bertemu dengan wanita aneh yang kini lagi-lagi
masih duduk disampingnya. Ternyata pemikiran yang sama tengah dirasakan deyami
juga. Suasana sangat senyap ketika mereka berhenti berbicara dan sibuk dengan
kegiatan masing-masing. Deyami tengah sibuk memandangi foto-foto rider kesayangannya.
Sementara pria tinggi yang duduk disampingnya itu tengah asik mendengarkan
musik dari iPod miliknya. Diam-diam ternyata pria itu tengah memandangi
perilaku aneh deyami yang sedari tadi senyum-senyum melihat foto di telepon
genggam miliknya.
“hmmmm”. Pria itu berusaha memulai obrolan. Deyami tidak
mendengarkan, dia masih asik menghayal sambil memandangi foto-foto rider
kesayangannyah.
“hmmmmm...” Pria itu kembali berdehem. Tetapi deyami
tetap tidak peduli.
“hmm!!!”. Pria itu kembali berdehem lebih keras dan
berhasil mengagetkan deyami dan membuatnya memandang kearah pria tersebut.
“apaan sih mas? Serek? Haus? Minum!”
Pria itu terdiam dan merasa menyesal telah melakukan hal
bodoh seperti itu. Tapi semua telah terlanjur. Kembali diam bukanlah cara
seorang laki-laki. Pria itu pun memutuskan untuk mengajak wanita yang duduk
disampingnya itu mengobrol.
“ngomong-ngomong, kamu maniak motoGP ya?”
“yes. Bener banget. Kok tau?”
“think smart dong. Lihat tuh handphone case nya foto
rider gp begitu, homescreen, theme, isi tas penuh dengan atribut Dani pedrosa
dan Scott Redding. Dan aku perhatiin dari tadi juga asik banget ngelihatin
foto-foto mereka”.
“oh my god. Kamu ngintipin handphone aku? Tas aku juga?”
“ga sengaja lihat tadi”
“oh gitu. Kirain...”
“kamu ngapain ke jakarta bawa-bawa atribut clubfans
begitu? Race motoGp nya di Qatar kali buakn dijakarta”
“hello... thinksmart juga dong mas. Mana ada penerbangan
Padang-Qatar”
“oh, jadi kamu beneran mau ke qatar dong”
“yes allright. Aku kan udah janjian sama dani pedrosa dan
scott redding disana”
“ya ya ya. Khayalan anak remaja”
“khayalan yang akan jadi kenyataan”
Pria itu pun hanya menggeleng-geleng sambil tersenyum
aneh melihat kelakuan wanita yang duduk disampingnya. Suasana pun kembali
hening. Pria itu kembali memasang headphone ditelinganya dan memutar musik
kenny G kesukaannya. Sementara deyami kini balik memandangi pria yang sempat
membuatnya badmood itu. Entah kenapa sejak pria itu membahas mengenai Gp tadi,
dia merasa nyaman. Entah karena dia terlalu maniak terhadap gp sehingga membuat
nya nyaman berbicara dengan orang yang membahas mengenai gp, termasuk dengan
orang yang ada disampingnya kini, padahal mereka belum memulai percakapan
sesungguhnya. Deyami semakin memandang penuh kearah pria yang tengah asik
mendengarkan musik di iPod miliknya tersebut sambil memejamkan mata. Beberapa menit
memandangi pria itu deyami merasa ada yang aneh dengan wajah pria itu, tapi dia
tidak tahu apa. Deyami kembali menatapi pria itu dan... yap, ternyata wajah
pria itu begitu dikenalinya. Wajahnya mirip seperti salah satu rider dimotogp,
Stefan bradl. Ya, pria disampingnya ini sangat mirip sekali dengan stefan
bradl. Postur wajahnya dan postur tubuhnya sama persis dengan stefan bradl. Mungkin
ini yang membuatnya betah memandangi pria yang ada disampingnya itu. Meskipun perasaannya
masih kesal terhadap pria itu. Tapi dia merasakan kenyamanan.
“permisi... apa ada
yang aneh dengan wajah saya?”
“enggg...enggg...enggak enggak. Nggak ada.”
“terus, kenapa dari tadi ngeliatin aku terus?”
Deyami pun salah tingkah karena tindakannya yang
memandangi pria disampingnya itu telah dipergoki oleh orang yang bersangkutan
langsung.
“jujur aja. Kamu mirip....stefan bradl”
“hahahaha...baru sadar? Kemana aja dari tadi?”
“ya ampun, gausah bangga gitu dong”
“bangga? Tentu saja bangga. Gak nyangka ya, ada cewe
keras kepala kayak kamu yang ngakuin kalau aku mirip stefan bradl”.
“sumpah, nyesel bnaget bilang ini”
“udah gausah nyesel. Masa ketemu stefan bradl nyesel ?”
pria itu melirik deyami sambil menggoda dengan wajah sedikit sombong.
“hello...stefan bradl dari hongkong?”
“yang bener dari german”
Deyami hanya mencibir. Lama kelamaan dia menjadi kesal
karena kesombongan pria yang duduk disampingnya ini. Kalau saja wajahnya mirip
dengan seorang artis yang dikenal oleh dunia, pasti dia akan menyombongkan diri
kepada pria tersebut. Tapi apalah daya, dia hanya memiliki wajah oriental asia.
“oh ya, perasaan dari tadi kita ngobrol tanpa mengenalkan
nama masing-masing. Kalau boleh tau nama kamu siapa?”. Deyami memulai
pembicaraan meskipun hatinya masih kesal. Tapi rasa kepo yang menghantuinya
membuatnya tertarik untuk bertanya kepada pria ini.
“siapa? Aku?”
“iya tuan kembaran stefan. Siapa lagi kalau bukan kamu?”
“oh kenalin, nama aku stefan wijaya ”
“hahaha, stefan wijaya?”
“gak punya kelainan ditelinga kan? Aku rasa cukup jelas.”
“uhukk uhukkk... orang jawa ya?”
“yes. Papa jawa mama jerman”.
“bule dong?”
“yang mana penjelasan saya yang kurang jelas?”
“oooppsss... kamu tinggal di padang?”
“tidak hanya tersesat”
“tersesat?”
“ya, harusnya aku landing di jakarta”
“lalu, kenapa bisa landing dipadang, dan...”
“entahlah, yang jelas sekarang aku akan menuju jakarta”
“ooh begitu”
“nama kamu siapa?”
“oh aku, deyami”
“jepang?” sahut stefan.
“tatap mata aku baik-baik? Sipit? Mirip orang jepang kah?”.
Deyami mengarahkan pandangan nya mendekat ke hadapan
stefan. Dan kemudian stefan menatapnya baik-baik.
“enggak sih. Biasa aja. Wajah indonesia banget”.
“yes. I know kok. Wajah ini sederhan, tapi mempesona. Eksyen”.
“yes, I agree”
“what?”
“nothing”
Stefan pun membuang pandangan, begitu juga deyami. Suasana
kembali hening. Mereka hanya diam membisu. Setelah sekian lama hening, stefan
mengarahkan pandanganya ke arah wanita yang duduk disampingnya itu. Ternyata wanita
itu sudah tertidur dengan pulas. Stefan terus mandangi wanita yang terlihat
polos dengan rambut terurainya dan dihiasi
bendo seperti telinga kelinci dikepalanya. Wanita ini terlihat sangat
sederhana sekali dengan pakaian yang dikenakannya, namun tetap terlihat anggun.
Hanya baju kaus oblong panjang lengan berwarna ping yang berpadu dengan celana
jeans berwarna biru dan kaki dengan sepatu flat. Diam-diam stefan tertarik
melihat gadis yang sempat membuatnya
merasa kesal ini. Gadis ini benar-benar unik baginya. Jarang-jarang ditemuinya
gadis yang seperti ini, dengan penampilan yang sederhana namu tetap terlihat
cantik dan menarik. Ya, stefan telah tertarik pada gadis indonesia ini.
Deyami yang tidur semakin pulas membuat kepalanya semakin
menunduk kebawah. Stefan tersenyum sambil menahan tawa melihat gadis yang
tertidur pulas disampingnya itu. Padahal baru beberapa menit yang lalu mereka
menyudahi pembicaraan. Kepala deyami semakin menunduk dan rambutnya pun terurai
menutupi seluruh bagian mukanya. Stefan semakin tersenyum lebar melihat hal
tersebut. Karena merasa kasihan melihat wanita itu tertidur dengan posisi yang
tidak nyaman, stefan pun membelai perlahan kepala wanita itu dan membawanya
perlahan ke bahunya dan membiarkan kepala wanita itu bersandar pada bahunya. Stefan
pun merapikan posisi bendo di rambut wanita itu. Diakuinya bahwa deyami
benar-benar telah menarik perhatianya. Kemudian tanpa disadarinya, dia telah
membelai rambut deyami, dan sentak membangunkan deyami dari tidurnya. Stefan yang
kaget atas bangunya deyami langsung menggeser kepala deyami dengan kuat dan
terpental ke dinding pesawat.
“awwww...sakit”. deyami merintih kesakitan sambil
mengelus kepalanya,
“makanya, jangan tidur dibahu orang yang baru dikenal. Aku
risih”. Stefan berusaha menyembunyikan apa yang sebenarnya terjadi.
“apa? Aku tidur dibahu kamu?”.
“yes”
“masa sih? Padahal aku sudah berusaha agar tidak tertidur
dibahu kamu”.
“kenyataannya?”
“maaf deh maaf. Habis aku ngantuk banget”.
“OK”
Deyami yang merasa bersalah kemudian meminta maaf kepada
stefan karena telah tertidur dibahunya. Deyamipun merasa tidak enak terhadap
stefan. Kenapa dia bisa melakukan tindakan bodoh seperti itu. Sungguh tindakan
yang memalukan dan diluar kendali. Sementara stefan yang malu mengakui kejadian
yang sesungguhnya hanya bisa tertawa didalam hati melihat ekspresi bersalahnya
deyami. Dia berfikir bahwa wanita ini benar-benar lucu. Kalau saja wanita ini
tau apa yang sebenarnya terjadi, pasti dia akan dimaki layaknya emak-emak yang
memarahi anaknya jika lama pulang kerumah. Dan tentu saja stefan akan
merahasiakan hal ini, selain karena takut deyami akan marah, dia juga merasa
malu atas tindakan bodoh yang dilakukannya.
Keadaan kembali hening. Deyami yang sedari terbangun dari
tidurnya tadi hanya diam membisu dan merasa malu karena telah tertidur dibahu
pria yang duduk disampingnya itu. Padahal dia baru mengenal pria itu beberapa
jam yang lalu, dan bisa-bisanya dia tertidur dibahu pria yang baru dikenalnya. Bagaimana
jika nanti pria itu berbuat yang aneh-aneh. Syukurlah deyami segera terbangun. Suasana
masih sangat hening sampai akhirnya deyami memulai pembicaraan.
“hei...”
“ya ?”
“kamu masih kesal ?”
“tentang ?”
“ aku tidur dibahu kamu tadi. Sumpah, aku gak sengaja. Aku
tertidur dengan nyenyak dan membuat aku tak sadar akan hal itu”.
“hei, sudahlah. Aku sudah melupakan masalah itu”
“oh. Baguslah kalau begitu”. Deyami kemudian diam.
“oh iya, apa benar kamu akan ke Qatar ?” stefan mulai mencairkan
suasana.
“yes. Aku akan berangkat lusa”.
“sebenarnya, aku juga sangat tergila-gila pada motoGP”.
“oh ya?”
“ya. Kalau kamu mau, kita bisa berangkat ke Qatar
sama-sama”.
“hah? Kamu juga mau ke Qatar?”
“tentu saja”
“menyaksikan motoGP?”
“ya”
“berdua dengan ku?”
“tentu saja. Karena aku juga pecinta motoGP, dan memang
aku juga akan berangkat ke Qatar lusa”
“baiklah. Tawaran diterima. Kalau begitu kita ketemu di
qatar saja”
“baiklah. Bisa aku minta nomor telepon kamu? Mail adress
dan sebagainya?”
“oh ya. Baiklah”.
Deyami kemudian memberikan stefan nomor telepon dan mail
adress yang bisa dihubungi. Mereka pun kini asik mengobrol. Suasana telah
kembali normal hingga pada akhirnya terdengar
suara “Attendant Landing Station” dari radio yang terhubung langsung dari
kokpit ke kabin yang memberitahukan bahwa pesawat akan segera landing. Semua penumpang
segera bersiap-siap begitu juga dengan deyami dan stefan. Mereka segera
bersiap-siap untuk landing dan turun dari kabin pesawat.
bersambung....
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar