(Ciaooooo!!! hai hai hai. Tau ga sih, ini Part benar-benar totaly lo disirkuit losail. Tapi dikit-dikit nanti ada settingan lain kok hehe. Ini nih Part yang bakal mempertemukan Deyami dengan impian dan harapannya, juga dengan Stefan. Lalu dimanakah love story nya (?) yakkk! di Part ini adalah awal dari cerita cinta itu bermula. Pantengin terus kelanjutan ceritanya ya. Happy REDDING!!! Jangan lupa tinggalkan jejak yaa)
Suasana hiruk pikuk dan penuh dengan
kesibukan sangat terasa ketika Deyami, Om Fredy juga Tante Alisa sampai
disirkuit Losail, Qatar. Sesampainya disana mereka langsung menuju paddock
milik Matteo Ferrari-setelah tentu saja seorang pria yang mengenakan baju
seragam San Carlo Team Italia memberikan mereka paddock pass untuk masuk dan
membimbing mereka menuju paddock milik Matteo Ferrari. Dan tampaknya pria itu
sudah begitu kenal dengan Om Fredy juga Tante Alisa.
Sepanjang jalan
menuju paddock, Deyami tampak celingak celinguk memperhatikan keadaan sekitar.
Hatinya tiba-tiba berdegub kencang, bahkan ia hampir tak bisa mengontrol degub
jantungnya yang seakan mau melompat keluar. Ah, nampaknya ia terlalu bahagia
bisa berada disana. Kini matanya tengah memperhatikan suasana paddock yang
bukan hanya dipenuhi oleh team mekanik
tapi juga gadis-gadis cantik dan berpakaian serba ketat.
“Ayo kita masuk kesini” ajak pria yang
membimbing mereka ke dalam paddock.
Mereka pun masuk kesana. Beberapa orang tampak
familiar dengan kehadiran Om Fredy dan
Tante Alisa. Termasuk para team yang ada dipaddock milik penungggang kuda besi
bernomor 12 itu. Deyami celingak-celinguk memperhatikan suasana, tapi ia masih
belum menemukan adanya Matteo Ferrari disana.
“Antonio!” pekik Om Fredy saat melihat pria
yang tengah berdiri memerhatikan team mekanik yang tengah mengutak-atik motor
yang biasa ditunggangi Matteo Ferrari.
Pria itu menoleh. “Oh, hei Fredy! Alisa! Kalian
sudah datang rupanya” sapa pria itu tampak senang dengan kehadiran Om Fredy,
Tante Alisa juga Deyami. Om Fredy kemudian berjalan cepat mendekati pria itu
dan merangkulnya. Begitu juga dengan pria itu, dia melakukan hal yang sama-berjalan
mendekati Om Fredy dan kemudian menyambut rangkulan Om Fredy dengan baik.
“Sudah lama kita tidak bertemu ya” seru Om
Fredy sambil merangkul dan menepuk-nepuk
punggung Antonio. membuat Deyami menggidik. SKSD
banget sih! Gumam Deyami saat
melihat Om Fredy tampak begitu sok dekat dengan pria berkulit putih itu.
Tampak Antonio juga balas menepuk-nepuk
punggung Om Fredy “Sudah setahun sejak saat itu” jawab Antonio.
Antonio kemudian melepaskan rangkulannya
“Bagaimana kabar mu?” tanyanya kepada Om Fredy.
Om Fredy tersenyum “Seperti yang kau lihat.
Aku baik-baik saja. Bagaimana dengan mu?”
“Apa aku tampak buruk?” cetus Antonio.
“Kau tampak lebih muda dari tahun kemarin”
cetus Om Fredy, ia kemudian menyentuh rambut Antonio “Oh, hei! Lihat lah rambut
ini.” kemudian ia terkekeh.
Antonio juga terkekeh “Aku hanya memberinya
sedikit gaya”
Tante Alisa hanya tertawa kecil melihat dua
lelaki yang ada dihadapannya ini. Namun tak lama ia berdehem, bermaksud agar
Antonio menyadari kehadirannya disana. dengan refleks Antonio menatap Tante
Alisa dan tersenyum padanya “Hei! Kau tampak semakin cantik Alisa” cetusnya
membuat Om Fredy menggidik kesal.
“Kau masih saja suka menggoda istriku!
Tidak berubah sama sekali” tukas Om Fredy kesal.
Antonio terkekeh “Oh ayolah. Bukankah
memang begitu. Alisa memang cantik” cetusnya dan kemudian terkekeh.
Om
Fredy hanya mencibir, sementara Tante Alisa hanya terkekeh. Deyami yang hanya
berdiri diam menyaksikan dibuat bosan. Merasa tak dihiraukan. Ia kemudian
menarik nafas panjang dan kemudian menghembuskannya. Detik selanjutnya ia
berdehem-bermaksud mencari perhatian Om dan Tante nya yang tampak akrab dengan
pria berkulit putih itu.
Antonio menoleh kearah Deyami “Oh hei. Apakah
ini gadis yang kau ceritakan kemarin?” serunya kepada Om Fredy.
“Oh, heh. Ia.” Cetus Om Fredy nyengir.
Deyami hanya mengernyit kening. Kamvret! Om Fredy cerita apa sih ke nih
orang. Kutuknya dalam hati.
“Dey, kenalin. Ini Antonio, sahabat Om.
Ayah dari Matteo Ferrari” tukas Om Fredy
kepada Deyami.
Ooo
ayah Matteo Ferrari... bathin
Deyami sambil mengangguk-angguk semu kepalanya.
“Oh, hai Om. Aku Deyami” sapanya sambil
tersenyum dan menyalami Antonio.
Antonio balas tersenyum Deyami “Antonio
Ferrari” jawabnya. “Fred! Kau berbohong padaku!” cetus Antonio kepada Om Fredy.
Om Fredy mengernyit kening dan menyatukan
alisnya yang tebal. Membuat Antonio faham kalau sahabatnya itu kebingungan
dengan apa yang ia katakan. “Ternyata Deyami lebih cantik dari apa yang kau
ceritakan” lanjut Antonio membuat Om Fredy faham.
Fredy terkekeh “Oh itu. seperti yang kau
lihat sendiri” tukasnya. Sementara Deyami hanya mendesah.
Antonio melirik Deyami “Nanti akan aku
kenalkan pada Matteo” tukasnya membuat Deyami mendelik shock. Namun kemudian ia
tersenyum kepada Antonio. Ya, suatu keberuntungan baginya kalau dikenalkan
dengan Matteo Ferrari. Siapa tahu ada kesempatan. Bathinnya.
Deyami celingak-celinguk memerhatikan
paddock. Ia melihat seorang pembalap yang tengah sibuk mengobrol dengan salah
satu mekanik. Itu pasti Stefano Manzi, teman satu tim nya Matteo. Bathinya.
Deyami terus memerhatikan pria itu hingga pria itu menoleh kearahnya dan
tersenyum padanya. Deyami membalas senyum pria itu. Ohhh bukan Stefano Manzi.
Bisiknya dalam hati. Stefan-o...stefan?.
Deyami kembali terpaku dengan nama itu. Sejenak ia kembali teringat kepada sosok
Stefan. Pria yang belakangan ini
selalu menghantui fikirannya. Pria yang dikenalnya beberapa hari lalu saat
penerbangan PDG-CKG. Sampai detik ia
berada di Qatar kinipun Stefan tidak menghubungi nya lagi sejak beberapa hari
lalu. Deyami mengutuk-ngutuk dalam hati. Kesal dengan Stefan yang mungkin
berbohong kepadanya.
“Oh ya, dimana Matteo?” Tanya Alisa yang
tidak melihat kehadiran Matteo Ferrari disana.
“Oh, mungkin masih dihospitality. Nanti
juga muncul. Lagipula latihan bebas masih setengah jam lagi” tukas Antonio.
Tante Alisa mengangguk-angguk faham. Detik
selanjutnya Om Fredy dan Antonio juga Tante Alisa tampak tengah asik melanjutkan
obrolan mereka. Tampaknya mereka ber-nostalgia karena sudah lama tidak
bertemu. Sementara Deyami hanya diam menyaksikan. Karena merasa bosan berdiam
diri disana, Deyami memutuskan untuk sekedar berjalan-jalan disekitar paddock.
Lagipula ia ingin melihat-lihat kesibukan orang-orang dipaddock lain. Gak sia-sia nih Om Fredy punya temen yang ternyata
bapaknya Matteo Ferrari. Gumamnya pelan sambil memegang ID Card yang
tergantung dilehernya. Dengan ID card Guest
Paddock dan juga guest San Carlo Team
Italia yang tergantung manis dilehernya itu, ia menjadi lebih leluasa
menjelajahi arena paddock tanpa harus ditegur oleh petugas keamanan yang ada
disana.
Deyami berjalan santai menyusuri area
paddock. Ia celingak-celinguk kebingungan. Ooo,
jadi gini ya suasana paddock. Tukasnya kagum. Ia kemudian berjalan menyusuri
paddock . Tampak beberapa orang yang mengenakan seragam team berlalu lalang dan
sibuk dengan kegiatannya masing-masing disana. Deyami mengangkat kedua alisnya
dan terus berjalan.
“Hei Nona!” pekik seorang pria tinggi yang
mengenakan seragam hitam. Ternyata itu adalah seorang petugas keamanan. Deyami
menoleh pria itu “Ya?” jawabnya.
Pria itu kemudian menoleh kearah ID Card
yang tergantung pada leher Deyami. Ia kemudian melemparkan sebuah senyuman
kepada Deyami dan mempersilahkan Deyami kembali jalan.
Deyami membalas senyum pria itu dan
kemudian berbalik badan. Ia kemudian mengernyit dahi. Oh, aku dikira penyusup kali ya? Fikirnya dan kemudian lanjut menelusuri
arena paddock.
Ketika tengah Asik berjalan, Deyami
tiba-tiba berniat untuk mengabadikan hari pertamanya di sirkuit Losail itu.
Hitung-hitung pamer ke teman grup asoy di whatsapp. Bathinnya. Ia kemudian
merogoh tas nya. Mencari-cari keberadaan kamera yang tidak kunjung ia temukan. SHIT!!
Pekiknya pelan saat menyadari
bahwa kamera yang ia cari tertinggal dikoper yang ada didalam mobil
diparkiran. Tak mau putus asa ia kemudian memanfaatkan kamera yang ada diponsel
miliknya. Baru saja ia ingin mengambil sebuah selfie dirinya, tiba-tiba
ponselnya berdering. Membuat Deyami merasa kesal. “Yahelah Om Fredy!” gumamnya
saat nama Om Fredy muncul dilayar ponsel itu.
“Halo Om?”
“Kok menghilang? Sekarang dimana?” pekik Om
Fredy dalam telepon.
“Hehe. Aku lagi jalan-jalan keliling area
paddock nih, Om. Bosan disana terus”
“Ya ampun. Ini kan malam. Sekarang segera
kembali kesini. Cepat!” tukas Om Fredy.
Deyami kemudian mematikan telepon dan
menaruh ponselnya kembali ke dalam tas. Ia mengutuk-ngutuk dalam hati kesal
karena Om Fredy menggagalkan niat manisnya. Dengan langkah yang cepat dan
tergesa-gesa, ia kembali menuju paddock
milik Matteo Ferrari. Ketika tengah tergesa-gesa ponsel miliknya kembali
berdering. Sambil terus berjalan ia merogoh ponselnya yang ada di tas tanpa
memperhatikan jalan yang ada dihadapannya.
GUBRAKKK!
“Oh gosh!” pekik seorang pria yang ditabrak
oleh Deyami.
“Maaf! aku lagi buru-bur...” tukas Deyami tepat
saat ia tak sengaja menabrak seseorang yang ada dihadapannya. Namun mulutnya
kemudian tak berdaya saat ia menoleh pria yang ditabraknya. Pria itu tak
merespon permintaan maafnya. Ia hanya menatap Deyami tak peduli dan kemudian
berlalu meninggalkan Deyami.
Deyami terpaku sesaat. Aliran darahnya terasa
berhenti. Ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Ia
telah menabrak pembalap Moto3 Niccolo Antonelli-yang merupakan salah satu rider
idolanya. Selama ini ia hanya bisa menatap Nicco di layar televisi yang ada dirumahnya
atau dilayar ponsel miliknya. Dan baru saja ia bertabrakan dengan Nicco.
Menatap langsung wajah ganteng unyu manis mempesona-nya-Nicco. Kesempatan yang
selama ini hanya ada dibenak dan khayalannya. Tapi, betapa bodohnya ia saat
itu-melewatkan kesempatan itu-begitu saja. Bahkan untuk sekedar meminta sebuah
foto bersama Nicco pun ia tak berdaya. Ya
ampun Nicco! Aku ketemu Nicco! Pekiknya bahagia. Sesaat kemudian ia kembali
dengan wajah datar setelah mengingat reaksi Nicco terhadap nya. Nicco yang
berlalu begitu saja tanpa merespon permintaan maafnya. Deyami menoleh
kebelakang. Nicco yang tadi ditabraknya sudah menghilang. Deyami mendesah
“Nicco yang sombong” bisiknya dalam hati. Ia kemudian kembali berjalan menuju paddock dimana Om dan Tantenya sudah
menunggu.
Sesampainya dipaddock mata Deyami langsung
tertuju pada seorang pria yang mengenakan kostum lain dari yang lain. Pria ini mengenakan
kostum balap. Deyami hafal persis dengan wajah pembalap ini. Ya, tentu saja ,
yang tidak lain tidak bukan adalah Matteo
Ferrari. Merasa ada yang memerhatikan, Matteo mengangkat wajahnya. Ia kemudian
melemparkan senyuman ramah kepada Deyami yang tengah memerhatikannya. Deyami
kaget bukan main, ia kemudian membalas senyuman dari Matteo-sampai sebuah
tepukan dipundak membuat Matteo mengalihkan tatapan dan senyuman dari Deyami.
Cepat-cepat, karena takut salah tingkah, Deyami beranjak mendekati Om dan
Tantenya yang masih asik mengobrol bersama Antonio dan para mekanik.
“Om. Ada apa?” sapa Deyami ketika berada
tepat didekat Om Fredy.
“Astaga! Kemana saja kamu?” cetus Om Fredy.
“Jalan-jalan!” jawabnya simple sambil
menahan senyum.
“Ah kau datang diwaktu yang tepat Deyami. Sebentar”
Antonio kemudian celingak celinguk mencari keberadaan putranya. “Nah itu
Matteo. Dia tampak masih sibuk dengan para mekanik. Mungkin membicarakan
tentang strategi mereka. Nanti setelah latihan bebas akan aku kenalkan kau
padanya” tukas Antonio kepada Deyami.
“Oh.
Terima kasih Om” jawab Deyami dengan santainya.
“Nah! Matteo akan segera turun kelintasan.
Ayo kedepan agar kau bisa melihatnya dilintasan.” ajak Antonio.
Deyami melotot semangat. Bodoamat liatin Matteo, kan bisa sekalian
liatin Nicco dan yang lain. Fikirnya.
Mereka berempat pun bergerak menuju tepi
lintasan untuk melihat aksi para penunggang kuda besi menggeber motor
berkapasitas 25Occ.Deyami sangat antusias melihat aksi balapan ini-karena
memang inilah yang ia dambakan sedari dulu. Melihat balapan tidak hanya
ditelevisi saja, tetapi langsung disirkuit. Antonio bersorak saat Matteo
melintas dan memberitahu Om Fredy bahwa yang melintas barusan adalah putra nya.
Deyami merasa bodo dengan teriakan Antonio. Ia sekarang menanti-nanti Nicco
melintas dihadapannya. Tidak berapa lama Nicco melintas dihadapannya. Meskipun
ia tidak dapat melihat dengan begitu jelas, namun Deyami sangat yakin kalau
yang barusan lewat itu adalah Nicco-pembalap dengan nomor 23. Tiba-tiba Deyami
teringat dengan insiden bertabrakan dengan Nicco tadi. Syukur ia meleng saat
Nicco berjalan kaki. Nah, coba kalau disaat Nicco menggeber motor begini. Sudah
pasti dia mati karena ditabrak motor berkapasistas 250cc.
Antonio juga Om dan Tantenya tampak begitu
antusias ketika Matteo melintas dihadapan mereka. Sementara Deyami hanya
menyaksikan dan sesekali ia teriak jika yang melintas dihadapannya adalah rider
idolanya. Antonio selalu melirik Deyami saat gadis berwajah asia itu meneriaki
nama Nicco. Bukan nama putranya. Deyami yang sadar akan hal itu kemudian
melemparkan sebuah senyuman kepada Antonio. Ia mengerti apa yang Antonio fikir
tentang dirinya. Wah! Mampus. Pasti
dikira gak tau diri nih. Secara kan aku ada disini berkat Om Antonio. Bisiknya dalam hati. Sadar akan hal itu,
deyami meneriaki Matteo seketika ia melintas. “GASS MATTEO!! GO!!” pekiknya
semangat. Matteo juga salah satu rider yang ia kagumi. Karna
tampan...bathinnya.
Deyami tak mau hanya berdiri disana dan
berteriak, dia mengeluarkan ponsel miliknya dari dalam tas-mencoba mengambil
foto para rider dengan kamera ponsel miliknya. Tapi, tentu saja dia tak
berhasil, kamera ponselnya tidak dapat menangkap gerakan cepat para rider yang
melaju dengan kecepatan diatas 200km/jam saat trek lurus. Berkali-kali ia
mencoba tetapi selalu gagal. Tak mau putus asa, Deyami mencari obyek foto yang
lain seperti suasana pit box dan para mekanik yang tengah sibuk. Dengan tujuan
yang sama, untuk dipamerkan kepada sahabatnya yang kini mungkin lagi sibuk
menggunjing tentang dirinya di Grup Chat Whatsapp. Dengan semangat Deyami
berlari-lari kecil menuju Box para rider. Ia sibuk memotret-motret keadaan
disana. Memotret team mekanik yang lagi serius menatap layar berukuran
kecil-memantau pergerakan rider nya. Deyami merasa ogah memotret para umbrella
girl yang sok kecakepan dengan baju ketatnya.
“Deyami, kemari!” teriak Antonio sambil
melambaikan tangannya.
Deyami berlari-lari kecil menuju ketempat
Antonio berada juga Om dan Tantenya. Beberapa orang yang dilewatinya nampak
memperhatikannya bingung sambil berbisik-bisik. Deyami sangat tau mereka
membicarakannya. Ya, memang karena ia gadis aneh. Tidak seperti kebanyakan
gadis disitu yang berpakaian seperti sosis yang dikemas mentok-mentok, alias
super ketat. ia hanya mengenakan pakaian
yang kasual, celana skiny jeans dipadu kaos oblong berwarna pink dan cardigan
hitam. Tapi ia tetap merasa percaya
diri. Peduli setan mau dibilang orang
aneh, yang penting ga telanjang. Gumamnya dalam hati.
“Ya? Ada apa Om?” tanya Deyami begitu
sampai dihadapan Antonio.
“Kau tak ingin ketemu Matteo? Tuh dia baru
saja masuk pit tapi setelah ini dia harus keluar ke lintasan lagi. Ehm tapi sepertinya
dia lagi sibuk dengan teamnya. Biasa membicarakan tentang motor” jelas Antonio.
Deyami nyengir “Oh. Hehe, nanti saja Om”
jawabnya simple. “Ah itu Matteo keluar lintasan lagi, dia berusaha
memaksimalkan waktu” ujar Antonio. Deyami hanya menoleh sesaat.
------
Sesi latihan bebas pertama untuk kelas Moto3 pun berakhir.
Dan lima belas menit lagi adalah latihan bebas untuk kelas Moto2. Deyami hanya
menganggap bodoh untuk kelas Moto2. Ia tidak memiliki jagoan yang harus
disemangati. Itu berarti ia tak harus berdiri disana untuk berteriak. Antonio
kemudian mengajak Fredy dan Alisa juga Deyami kembali ke paddock.
Sesampainya di paddock. Deyami langsung
bertemu pandang dengan Matteo yang masih duduk dengan menggunakan kostum balap
nya. mungkin pembalap itu masih kelelahan dan kepanasan. Karena ia begitu
menikmati hembusan angin dari kipas yang ada dihadapannya. Matteo hanya menatap
Deyami aneh. Halah, paling fans! Tapi,
lumayan juga. Bathinnya.
“Matteo! Lihat siapa yang datang” pekik
Antonio tepat saat ia melihat Matteo.
Matteo menoleh kearah Antonio, Om Fredy
juga Tante Alisa yang berdiri terpisah dari Deyami. “Oh hai. Tuan Fredy dan
Nyonya Alisa. Sangat senang kalian kembali datang disini.” sapanya tampak akrab
dengan Om Fredy dan Tante Alisa. Matteo kemudian berdiri dan menghampiri Om
Fredy juga Tante Alisa. “Maaf aku baru bisa menghampiri kalian. Tadi sangat
sibuk. Biasa...hehe” lanjutnya. Sementara itu, Deyami hanya berdiri dan
menyaksikan mereka yang tampak begitu akrab.
“Oh ya. Kali ini mereka datang tidak hanya
berdua saja” ujar Antonio yang kemudian menoleh kearah Deyami. “Deyami,
kemarilah” tukasnya. Dengan tampang gerogi, Deyami berjalan mendekati Antonio
dan Matteo juga Om dan Tantenya.
“Nah, Matteo. Perkenalkan, ini adalah
keponakan Fredy” tukas Antonio.
Oh,
ternyata bukan fans ku. Bisiknya dalam hati. “Hi...” sapa Matteo ramah
sembari melemparkan sebuah senyuman. Deyami hanya membalas dengan menekuk
sedikit lehernya dan tersenyum kepada Matteo. Deyami begitu gerogi hingga dia
tak mampu sedikitpun berkata-kata. Detik selanjutnya Matteo minta izin untuk
kebelakang.
Antonio juga Om Fredy dan Tante Alisa
kembali melanjutkan obrolan mereka.
Deyami kembali
menjadi penonton. Merasa bosan ia kembali memutuskan untuk berjalan-jalan ke
arena paddock. Sebenarnya ia ingin ke pitlane. Tapi, sepertinya keliling
paddock lebih mengasikan. Hitung-hitung jalan-jalan malam sambil melihat-lihat
kesibukan orang-orang yang ada dipaddock. Tau aja ada pembalap yang tidak sibuk
dan bisa dimintain foto. Bathinnya. Deyami pamit kepada Om dan Tantenya juga
Antonio untuk sekedar berjalan-jalan. Antonio memperbolehkan asal Deyami tak
keluar dari arena paddock.
Deyami terus melangkah sambil mengambil-ngambil
gambar dari ponsel miliknya. Ia begitu serius dengan gambar yang ia ambil.
Sesekali ia mengambil selfie. Lumayan untuk pamer ke para bahlul. Bathinnya. Ia
terus mengambil gambar sebaik mungkin hingga sebuah suara mengejutkannya.
“Hi” sapa seorang pria, rupanya ia seorang
pembalap juga, dilihat dari kostum yg ia kenakan. Deyami mengingat siapakah
pembalap ramah yang ada dihadapannya ini? Bajunya didominasi warna hitam dan biru.
Deyami berusaha mengingat-ngingat siapa nama pembalap yang sedang berdiri
dihadapannya itu. Ah, Andrea Migno! Pekiknya dalam hati setelah ingat dengan
pembalap yang ada dihadapannya.
“Hi juga” sahut Deyami dengan senyuman.
“Kau siapa, bagaimana kau bisa ketempat
ini?” tanya Migno.
Deyami lantas mengerutkan dahinya.
Pertanyaan konyol. Bathinnya. “Oh aku datang atas Om Antonio Ferrari” Jelas
Deyami.
“Oh...Oh ya kenalkan aku Migno” ujar Migno sambil mengulurkan tangannya.
Deyami menyambut tangan itu baik “Deyami”
ujarnya.
“Kau siapanya Mr. Ferrari? Apakah
keponakannya? Aku tak pernah melihatmu. Dan sepertinya kau dari Asia ya. Maaf
jika aku banyak bertanya” celetuk Migno memberikan pertanyaan bertubi-tubi.
“Ah...tak apa. Kami hanya berteman, maksudku
Om dan Tante ku sahabat Mr. Antonio Ferrari sewaktu di Italy. Aku sendiri dari
Indonesia. Kedatangan ku kesini jelas untuk ajang balapan bergengsi ini” Tukas
Deyami.
“Wow...Kau dari Indonesia? Aku mendengar
banyak cerita tentang keindahan negara itu. Ingin sekali berkunjung kesana”
tukas Migno penuh semangat membuat Deyami bangga menjadi orang Indonesia.
“Oh ya?” kata Deyami tak percaya.
“Tentu saja” jawab Migno. Sementara Deyami
hanya tersenyum.
“Oh ya, boleh aku minta foto?” ujar Deyami
mencari kesempatan.
“Oh ya. Tentu saja boleh” jawabnya. Menit
selanjutnya Matteo datang menghampiri mereka.
“Hi” sapa Matteo kepada Deyami dan Migno.
Deyami hanya merespon dengan senyuman, begitu juga dengan Migno.
“Baiklah Deyami. Aku pergi dulu” ujar Migno
mohon diri karena enggan dengan kehadiran Matteo yang tampaknya lebih akrab
dengan Deyami.
Deyami mengangguk “Thanks atas fotonya ya”
ujarnya kepada Migno. Migno pun berlalu meninggalkan Deyami bersama Matteo.
“Jadi namamu Deyami?” tanya Matteo. Deyami
hanya menjawab dengan anggukan. Ia belum berani membuka mulut untuk menjawab
setiap kata yang keluar dari mulut Matteo. Dia diam bukan karena bau mulut atau
sariawan. Tetapi karena takut salah tingkah.
“Apa kau dari Indonesia? Sama seperti Tuan Fredy?” tanya nya. Deyami
kembali mengangguk tanpa sepatah kata keluar dari mulutnya. Tentu saja ini
membuat Matteo heran. “Kenapa kau dari tadi hanya mengangguk? Apa kau bisu?”
Deyami mendelik Matteo “Kau bilang aku
bisu?” sergahnya kesal.
Matteo terkekeh “jika aku tidak berkata
begitu sepertinya kau tidak akan mengeluarkan suara mu” ujarnya. Deyami hanya
mencibir tanpa menatap Matteo. Matanya begitu sibuk melihat-lihat setiap orang
yang lewat.
“Nicco!!” pekiknya tepat saat matanya
melihat Nicco yang tengah lewat. Nicco menoleh Deyami. Ia tak memperdulikan dan
terus berjalan. Wanita itu lagi!
Bathinnya.
“Nicco!! Tunggu!” pekik Deyami kembali
membuat Nicco terpaksa menghentikan langkahnya. Deyami menatap Matteo “Tunggu
sebentar” tukasnya. Matteo hanya mengangguk dengan muka datar.
Dengan segera Deyami berlari-lari kecil
menghampiri Nicco. “Nicco, boleh aku minta
autograph mu?” ujar Deyami tepat saat ia sampai dihadapan Nicco. Nicco
hanya merespon dengan senyum terpaksa. Deyami segera mengeluarkan t-shirt
dengan logo dan tulisan ‘nicco23’ yang telah ia siapkan sebelumnya. Menganggap
Deyami adalah fans nya, Nicco memberikan autograph nya di t-shirt itu. Merasa
kurang puas mendapatkan satu autograph dari Nicco, Deyami mengeluarkan
ponselnya. Ia meminta autograph Nicco di case ponselnya. Nicco hanya menurut.
Dari kejauhan, tampak Matteo terus
memperhatikan Deyami dan Nicco. Dalam hati ia merasa kesal dengan Deyami. Nicco
yang hanya lewat saja dipanggil demi meminta autograph. Kenapa dengan aku tidak? Padahal aku dengan senang hati sudah mengajak
nya mengobrol. Sial! Makinya dalam hati.
“Thanks Nicco. Uhmm...bolehkah aku minta
foto mu? Maksudku foto kita berdua” ujar Deyami memanfaatkan waktunya
sebaik-baiknya saat bertemu rider idolanya. Nicco tidak menolak. Ia tahu apa
yang di inginkan para fans dari nya. autograph, foto, dan bahkan pelukan atau
ciuman dari nya.
Deyami segera menyiapkan kamera depan dari
ponselnya. Ia kemudian mencari pose sedekat mungkin dengan Nicco dan...cklick.
foto pertama kabur karena efek getaran dari tangan Deyami. Gadis ini tampak
gerogi. “Sorry, Nicco. Aku gerogi saat didekatmu” ujarnya. Nicco hanya maklum.
Deyami kemudian mengambil pose lagi, dan...cklick. foto kedua masih tetap sama
kaburnya dengan foto pertama tadi, bahkan lebih parah. Deyami menatap Nicco
dengan senyuman enggan. Nicco membalas senyuman Deyami dengan senyuman masam.
“Sorry, Nicco. Aku masih saja gerogi” ujarnya.
Atas pengakuan Deyami, dengan refleks Nicco
merebut ponsel itu dari tangan Deyami. “biar aku saja yang mengambil fotonya”
tukas Nicco mulai bosan. Deyami tak menolak. Ia kemudian mencari pose sebaik
mungkin dan...ckilck. foto yang diambil Nicco sangat baik.
Nicco kemudian memberikan ponsel itu kepada
Deyami. Dengan rasa penasaran Deyami melihat hasil jepretan nya barusan “Oh
lihatlah. Kita tampak sangat serasi Nicco” ujarnya dengan santai.
Nicco mengernyit dahi atas penuturan
deyami. “kau bilang apa barusan?” tanya nya.
“Oh tidak. Lupakan. Tunggu disini sebentar
ya. Please!” tukas Deyami. Kemudian ia berlari –lari kecil menuju Matteo yang
masih berdiri disana memerhatikan Deyami dan Nicco.
“Matteo, tolong ambilkan foto ku dan Nicco
ya. Please” ujarnya dengan santai. Matteo tak menolak. Ia dengan senang hati
menuruti permintaan gadis kurang ajar yang ada dihadapannya ini. Kurang ajar?
Bagaimana tidak. Matteo juga punya hati untuk dihargai. Bagaimana mungkin gadis
ini meminta dia untuk mengambilkan foto dengan
orang lain, sementara dengan dirinya saja ia sama sekali tidak meminta. Matteo
sebenarnya merasa kesal dengan perlakuan Deyami. Tapi tak apalah. Ia hanya menghela
nafas.
Deyami segera mengambil pose sebaik
mungkin. Dalam hitungan ketiga ponsel Deyami yang diberikannya kepada Matteo
untuk mengambil fotonya dengan nicco telah mendapatkan hasil foto yang bagus.
“Ada lagi?” tanya Nicco kepada Deyami.
Deyami
diam sejenak ia berfikir. Apalagi yang ia ingin lakukan mumpung Nicco ada
dihadapannya. “tentu saja ada!” ujar Deyami.
Nicco mengernyit dahi “Apa?”
“izinkan aku memeluk mu” ujar Deyami tanpa
keragu-raguan.
“memeluk ku?”
“Ya”
“baiklah. Untuk sekali ini dan tak akan
lagi” tukas Nicco.
Tanpa banyak mikir Deyami langsung memeluk
rider idolanya itu. Nicco sampai dibuat sesak karena saking eratnya pelukan
fans aneh nya ini. Anjirrrr harum banget!
Malaikat malam ku...keringatmu sungguh harum mempesona. Gumam Deyami dalam
hati. Menit selanjutnya, karena merasa cukup puas bisa memeluk Nicco, Deyami
melepas pelukannya. Ia tampak bahagia sekali. Sementara itu, matteo sendiri
menggidik kesal dengan apa yang baru saja dilihatnya. Adegan macam apa ini? Bathinnya.
Ia menatap Deyami dan Nicco kesal.
Nicco menatap Matteo. Ia kemudian menatap
Deyami yang masih tampak bahagia. Kemudian ia membalik badan dan melangkah
meninggalkan Deyami dan Matteo. Baru saja melangkah Deyami kembali
memanggilnya. Gadis ini benar-benar fans yang aneh. Ujar Nicco dalam hati.
“Nicco! Tunggu!” pekik Deyami.
“Nicco menghentikan lagi langkahnya “ada
apa lagi?” sahutnya.
Deyami mengulurkan ponselnya kepada Nicco “tolong
ambilkan foto ku bersama Matteo ya. Please” ujarnya dengan santai dan tanpa
basa-basi. Nicco shock bukan main. Baru kali ini ia melihat ada fans yang
menyuruhnya mengambilkan foto dan bukan foto bersamanya. Sementara Matteo, ia
tersenyum sendiri. Akhirnya, mau juga gadis asia ini meminta foto dengannya.
“Apa kau gila?” tanya Nicco tak percaya
dengan apa yang baru saja Deyami katakan padanya.
“Tidak! Aku tidak gila. Tolong ya” ujar
Deyami.
“Aku tak mau” tukas Nicco kesal. Dasar fans tak tahu diri! Kutuknya dalam hati.
“Kalau Matteo saja mau mengambilkan foto
kita berdua, kenapa kau tidak?” sergah Deyami membuat Nicco mati kutu. Mau tak
mau, akhirnya Nicco menurut. Sementara Matteo hanya menggeleng-geleng lucu
dengan aksi Deyami.
Nicco meraih ponsel yang Deyami berikan
padanya dengan reaksi yang kesal. Kalau saja tidak banyak orang disitu. Mungkin
ia telah menelan fans tak tahu diri macam Deyami. Bagaimana kalau diantara
orang banyak itu ada wartawan dan mengetahui hal ini? Bisa-bisa ia akan menjadi
bulan-bulanan berita para wartawan atau jurnalis. “Pembalap Muda Asal Italy (Niccolo
Antonelli) Tunduk Terhadap Fans’ atau... ‘Pembalap Muda Asal Italy (Niccolo
Antonelli) Alih Profesi Menjadi Tukang Foto’. Begitu kira-kira judul berita
yang ada di surat kabar atau situs web jika ada wartawan yang mengetahui hal
ini. Nicco celingak-celinguk memerhatikan keadaan sekitar. Aman...tak ada sama
sekali orang selain dari para mekanik yang berlalu lalang.
Deyami berdiri tepat disamping Matteo. Ia
kemudian mencari pose sebaik mungkin. Hitungan ketiga, Nicco telah berhasil
mengambilkan foto Fans tak tahu diri nya dan salah satu rival nya. nicco pun
memberikan ponsel itu kepada Deyami dan ia pun berlalu meninggalkan Deyami dan
Matteo tanpa sepatah kata pun.
“Thankyou so much Nicco! Senang bertemu
dengan mu” pekik Deyami.
Nicco sama sekali tak memperdulikan.
Senang bertemu dengan ku? Hah! Sial
bertemu dengan mu! Kutuk Nicco kesal sambil terus berjalan menuju paddock
milik guru nya-Valentino Rosi. Sepanjang jalan itu pula lah Nicco terus
mengutuk-ngutuk kesal dengan fans yang tak tahu diri macam Deyami. Dasar tak tahu diri! Kutuknya kembali.
“Hei hei hei! Sepertinya ada yang lagi
kesal” tukas Francesco Bagnaia kepada Romano Fenati saat melihat kehadiran
Nicco-temannya dengan wajah kusut. Pecco dan Fenny adalah teman satu negara
Nicco sekaligus teman satu perguruan pada VR46-Rider Accademy milik Valentino
Rosi. Pecco adalah pembalap asal Italy dengan MAPFRE Team MAHINDRA. Sedangkan Fenny
juga pembalap asal Italy dengan SKY Racing Team VR46.
Nicco
mendelik Pecco saat Pecco mencibirnya, namun Pecco hanya tertawa kecil. “Ada
apa dengan mu?” tanya Pecco.
“Kau fikir saja. Apa rasanya jika seorang
fans menyuruh mu mengambilkannya sebuah foto bersama idolanya yang lain. Atau
mungkin kekasihnya!” ungkap Nicco.
“Hei, kau baru saja menjadi tukang foto
fans mu?” sindir Pecco. Membuat Fenny terkekeh.
Nicco menatap Pecco kesal. Detik
selanjutnya Migno datang dengan membawa setengah lusin minuman energy dingin.
Ia melemparkan satu kepada Pecco dan satu kepada Fenny yang sudah sedari tadi
menanti.
“Apa yang terjadi padanya?” tanya Migno
yang heran dengan wajah kusut Nicco.
“Dia baru saja menjadi tukang foto fans
nya” sindir Pecco.
“Sepertinya teman kita ini sangat sayang
kepada fans nya” sambar Fenny yang bermaksud menyindir. Kemudian ia terkekeh
bersama dengan Pecco dan Migno. Nicco menatap mereka kesal.
“Hei sudahlah. Jangan kusut seperti itu”
tukas Migno sambil melemparkan sekaleng minuman energy dingin kepada Nicco.
Dengan refleks, Nicco menangkap minuman energy itu.
Nicco membuka minuman energy dingin kemasan
kaleng itu dan meneguk isinya. “Bagaimana aku tidak kesal. Seumur hidup baru
kali ini aku menjadi tukang foto fans ku
sendiri” tukas Nicco.
Migno terperangah “Hah? Kau serius?”
“Menurutmu aku berbohong?” tukas Nicco.
“Bagaimana bisa kau lakukan itu?” tanya
Migno yang penasaran.
“Menjaga harga diriku dihadapan Matteo”
tukas Nicco.
“Maksud mu? Aku tak mengerti” sambar Pecco.
Nicco menghela nafas. Ia berfikir sejenak,
haruskah ia menceritakan kepada teman-temannya? “Awalnya gadis itu hanya
meminta autograph dan foto bersamaku. Sama seperti perilaku khalayak fans”
tukas Nicco.
“dan meminta memeluk mu” sambar Fenny
membuat Pecco dan Migno terkekeh. Namun Nicco hanya menatap mereka datar.
“Saat gadis itu meminta ku untuk berfoto bersamanya, aku sangat kaget saat dia
meminta Matteo untuk mengambilkan foto kami. Bahkan aku semakin kaget saat
Matteo menuruti gadis itu” lanjut Nicco menjelaskan.
“Gadis bersama Matteo?” sergah Migno.
“Ya” jawab Nicco. “Dan setelah Matteo mengambilkan
foto kami, gadis itu dengan santainya memintaku untuk mengambilkan fotonya
bersama Matteo. Dasar tak tahu diri!” tukas Nicco dengan nada tegang.
“Lalu, alasan apa yang membuatmu mau
melakukannya?” tanya Pecco.
Nicco mengangkat kedua bola matanya keatas
sekejap dan kemudian ia menatap Pecco “Kalau Matteo saja mau mengambilkan foto
kita berdua, kenapa kau tidak?” ujar Nicco mengulang dan menirukan gaya bahasa
gadis aneh tadi. “Disitu aku berusaha menjaga harga diri ku dihadapan Matteo.
Kalau Matteo saja mau mengambilkan foto fans nya. kenapa aku tidak” lanjutnya.
“Menjaga harga dirimu untuk menjatuhkan
martabat mu oleh yang lain?” sambar Fenny.
Nicco menatap Fenny tajam “aku hanya tak
ingin gadis itu menganggap ku sombong dan membanding-badingkan ku dengan
Matteo!” bentak Nicco.
Migno kembali membuka mulut saat Nicco
menyebut-nyebut gadis yang bersama Matteo. “Gadis yang mana maksud mu?” tanya
nya mencoba untuk lebih meyakinkan apa betul gadis yang tadi berkenalan
dengannya yang dimaksud oleh Nicco.
“Gadis itu berwajah Asia” tukas Nicco yang
kemudian kembali meneguk isi kaleng minuman energy nya.
“Gadis Asia?” seru Pecco dan Venny
bersamaan sambil saling tatap.
“Sudah ku duga!” cetus Migno, membuat Nicco
menatapnya lekat.
“Apa?” tanya Nicco.
“Gadis itu dari Indonesia. Dia adalah tamu
Matteo. Tadi kami sempat berkenalan dan mengobrol. bahkan berfoto bersama. Tapi
tak lama Matteo datang menghampiri gadis itu” jelas Migno membuat Nicco sedikit
heran.
Tamu
Matteo? Matteo menghampirinya? Nicco
bertanya-tanya sendiri dalam hati. Ah peduli apa dengan gadis itu. Bathinnya
kemudian.
“Apakah dia kekasih Matteo?” tanya Pecco
penasaran.
“Setau ku tidak. Bukankah Matteo masih
bersama Alice?” ungkap Migno.
“Lalu siapa dia? Ada kepentingan apa dia
jauh-jauh datang kesini dan menjadi tamu Matteo?” tanya Pecco lagi.
“Om dan Tantenya sahabat Mr. Ferrari. Jadi
mereka kesini karena Mr. Ferrari yang meminta” jelas Migno.
“Aku penasaran dengan gadis itu” ungkap
Pecco.
“Aku juga” sambar Fenny.
“Kenapa kalian jadi memikirkan gadis itu
hah?!” sergah Nicco kesal.
“Bagiku gadis itu cukup menarik” cetus
Migno apa adanya.
Nicco menggidik kesal. “terserah kalian!”
tukasnya kemudian berdiri dan melangkah dari tempat itu.
“Kau mau kemana?” tanya Pecco.
“Ingin kepaddock! Beristirahat!” tukasnya.
“Tak perlu terlalu kau fikirkan. Kau harus
tetap fokus untuk latihan bebas ke-dua nanti” ungkap Migno mengingatkan.
“Aku tak peduli pada gadis itu!” bentak
Nicco dan kemudian berlalu meninggalkan paddock milik gurunya itu dengan
tampang kusut. Hal ini membuat sang guru-Valentino Rosi, yang baru saja muncul
dipaddock heran dengan salah satu muridnya yang tampak badmood.
“Kenapa dia?” tanya Vale heran. Pecco,
Migno dan Fenny hanya mengangkat bahu. Sementara itu Vale hanya menggeleng dan
kemudian mengambil sekaleng minuman energy yang tadi dibawa oleh Migno.
------
“Kalau begitu aku kembali ke paddock dulu
ya” tukas Matteo sesaat setelah mengobrol dengan Deyami. Deyami hanya
mengiyakan dengan mengangguk.
Kini ia tampak tengah memandangi ponsel
yang berjarak beberapa cm dihadapannya. Ia tersenyum-senyum sendiri. Senang
dengan foto yang ada diponsel nya itu. Foto bersama tiga pembalap muda Moto3-
Nicco, Migno, dan Matteo. Tanpa fikir panjang Deyami langsung mengirim foto itu
ke Grup Asoy di whatsapp. Ia ingin melihat reaksi sahabat-sahabatnya saat
mengetahui bahwa ia berhasil berfoto dengan Nicco dan yang lainnya. Sekaligus
ia mengirimkan foto ID card Guest San Carlo yang tergantung manis dilehernya.
Menit selanjutnya setelah foto itu ia kirim, ponselnya tak berhenti berdering. Para Bahlul mulai ngegunjing deh! Bathinnya
tak memperdulikan. Ia memasukan ponsel itu kedalam tas nya. dan kemudian ia
berjalan kembali menjauh dari paddock milik Matteo.
“Hah itu kan Cruthclow!” Pekiknya tepat
saat melihat Cal Cruthclow melintas dihadapannya.
“Cruthclow!” pekiknya memanggil cruthclow.
Cruthclow menoleh dan menghentikan
langkahnya. Tanpa buang-buang kesempatan, Deyami langsung menghampiri cruthclow
dan meminta autograph juga foto bersama. Cruthclow tak menolak.
“Thanks cruthclow” tukas Deyami sesaat
setelah crutchlow memperbolehkannya berfoto bersama. Cruthclow hanya merespon
dengan senyuman.
Deyami kembali fokus dengan siapa saja yang
lewat. Ia sangat yakin pasti akan ada banyak rider lagi yang akan melintas
dihadapannya. Yap! Detik selanjutnya ia melihat Iannone, Marquez, Lorenzo,
Nicky Hayden, dan Aleix Espargaro melintas dihadapannya. Tak mau melewatkan
kesempatan, Deyami segera mencegat satu-persatu mereka dan meminta autograph
juga foto bersama. Ya! Deyami berhasil. Tak satupun dari mereka menolak. But, dimana Dani Pedrosa? Bathinnya. Ia
kemudian celingak celinguk mencari-cari keberadaan Dani Pedrosa ataupun rider
lain yang melintas. Rasanya sudah begitu lama Deyami memerhatikan, tapi tak ada
lagi rider yang melintas dihadapannya-selain dari team mekanik dari kelas
Moto3. Karena itu Deyami memutuskan untuk kembali ke paddock milik Matteo.
Cardigan yang menghangati tubuhnya sudah tak mampu lagi menahan terpaan
dinginnya udara malam.
“Dari mana saja kau, sayang?” tanya Tante
Alisa tepat saat ia melihat kemunculan Deyami dipaddock.
“Mencari udara segar Tante. Dan mencari
keberuntungan” sahutnya. Tante Alisa hanya tersenyum.
Deyami memutuskan untuk duduk disudut
paddock. Ia kemudian mengeluarkan ponselnya dan melihat jadwal latihan bebas
pertama untuk kelas MotoGP. Ia pun melirik jam digital pada ponselnya. Yes!
Beberapa menit lagi pekiknya dalam hati. Deyami kembali memandang-mandangi
fotonya bersama beberapa rider yang ditemuinya tadi. Ia kembali
tersenyum-senyum sendiri. Bahagia dengan apa yang baru saja menimpanya. Baru
kali ini ia merasakan bahagia yang sangat berlebih. Hingga jantungnya terasa
mau copot keluar karena saking bahagianya.
Bersambung...