DMCA.com Protection Status

Senin, 07 September 2015

LOVE STORY (?) Part 7






    (Ciaooooo!!! hai hai hai. Tau ga sih, ini Part benar-benar totaly lo disirkuit losail. Tapi dikit-dikit nanti ada settingan lain kok hehe. Ini nih Part yang bakal mempertemukan Deyami dengan impian dan harapannya, juga dengan Stefan. Lalu dimanakah love story nya (?) yakkk! di Part ini adalah awal dari cerita cinta itu bermula. Pantengin terus kelanjutan ceritanya ya. Happy REDDING!!! Jangan lupa tinggalkan jejak yaa)


   
    Suasana hiruk pikuk dan penuh dengan kesibukan sangat terasa ketika Deyami, Om Fredy juga Tante Alisa sampai disirkuit Losail, Qatar. Sesampainya disana mereka langsung menuju paddock milik Matteo Ferrari-setelah tentu saja seorang pria yang mengenakan baju seragam San Carlo Team Italia memberikan mereka paddock pass untuk masuk dan membimbing mereka menuju paddock milik Matteo Ferrari. Dan tampaknya pria itu sudah begitu kenal dengan Om Fredy juga Tante Alisa.
   
Sepanjang jalan menuju paddock, Deyami tampak celingak celinguk memperhatikan keadaan sekitar. Hatinya tiba-tiba berdegub kencang, bahkan ia hampir tak bisa mengontrol degub jantungnya yang seakan mau melompat keluar. Ah, nampaknya ia terlalu bahagia bisa berada disana. Kini matanya tengah memperhatikan suasana paddock yang bukan hanya  dipenuhi oleh team mekanik tapi juga gadis-gadis cantik dan berpakaian serba ketat.

    “Ayo kita masuk kesini” ajak pria yang membimbing mereka ke dalam paddock.
    Mereka pun masuk kesana. Beberapa orang tampak familiar dengan kehadiran  Om Fredy dan Tante Alisa. Termasuk para team yang ada dipaddock milik penungggang kuda besi bernomor 12 itu. Deyami celingak-celinguk memperhatikan suasana, tapi ia masih belum menemukan adanya Matteo Ferrari disana.
    “Antonio!” pekik Om Fredy saat melihat pria yang tengah berdiri memerhatikan team mekanik yang tengah mengutak-atik motor yang biasa ditunggangi Matteo Ferrari.
    Pria itu menoleh. “Oh, hei Fredy! Alisa! Kalian sudah datang rupanya” sapa pria itu tampak senang dengan kehadiran Om Fredy, Tante Alisa juga Deyami. Om Fredy kemudian berjalan cepat mendekati pria itu dan merangkulnya. Begitu juga dengan pria itu, dia melakukan hal yang sama-berjalan mendekati Om Fredy dan kemudian menyambut rangkulan Om Fredy dengan baik.
    “Sudah lama kita tidak bertemu ya” seru Om Fredy sambil merangkul dan  menepuk-nepuk punggung Antonio. membuat Deyami menggidik. SKSD banget sih!  Gumam Deyami saat melihat Om Fredy tampak begitu sok dekat dengan pria berkulit putih itu.
    Tampak Antonio juga balas menepuk-nepuk punggung Om Fredy “Sudah setahun sejak saat itu” jawab Antonio.
    Antonio kemudian melepaskan rangkulannya “Bagaimana kabar mu?” tanyanya kepada Om Fredy.
    Om Fredy tersenyum “Seperti yang kau lihat. Aku baik-baik saja. Bagaimana dengan mu?”
    “Apa aku tampak buruk?” cetus Antonio.
    “Kau tampak lebih muda dari tahun kemarin” cetus Om Fredy, ia kemudian menyentuh rambut Antonio “Oh, hei! Lihat lah rambut ini.” kemudian ia terkekeh.
    Antonio juga terkekeh “Aku hanya memberinya sedikit gaya”
    Tante Alisa hanya tertawa kecil melihat dua lelaki yang ada dihadapannya ini. Namun tak lama ia berdehem, bermaksud agar Antonio menyadari kehadirannya disana. dengan refleks Antonio menatap Tante Alisa dan tersenyum padanya “Hei! Kau tampak semakin cantik Alisa” cetusnya membuat Om Fredy menggidik kesal.
    “Kau masih saja suka menggoda istriku! Tidak berubah sama sekali” tukas Om Fredy kesal.
    Antonio terkekeh “Oh ayolah. Bukankah memang begitu. Alisa memang cantik” cetusnya dan kemudian terkekeh.
    Om Fredy hanya mencibir, sementara Tante Alisa hanya terkekeh. Deyami yang hanya berdiri diam menyaksikan dibuat bosan. Merasa tak dihiraukan. Ia kemudian menarik nafas panjang dan kemudian menghembuskannya. Detik selanjutnya ia berdehem-bermaksud mencari perhatian Om dan Tante nya yang tampak akrab dengan pria berkulit putih itu.
    Antonio menoleh kearah Deyami “Oh hei. Apakah ini gadis yang kau ceritakan kemarin?” serunya kepada Om Fredy.
    “Oh, heh. Ia.” Cetus Om Fredy nyengir.
    Deyami hanya mengernyit kening. Kamvret! Om Fredy cerita apa sih ke nih orang. Kutuknya dalam hati.
    “Dey, kenalin. Ini Antonio, sahabat Om. Ayah dari Matteo Ferrari” tukas  Om Fredy kepada Deyami.
    Ooo ayah Matteo Ferrari... bathin Deyami sambil mengangguk-angguk semu kepalanya.
    “Oh, hai Om. Aku Deyami” sapanya sambil tersenyum dan menyalami Antonio.
    Antonio balas tersenyum Deyami “Antonio Ferrari” jawabnya. “Fred! Kau berbohong padaku!” cetus Antonio kepada Om Fredy.
    Om Fredy mengernyit kening dan menyatukan alisnya yang tebal. Membuat Antonio faham kalau sahabatnya itu kebingungan dengan apa yang ia katakan. “Ternyata Deyami lebih cantik dari apa yang kau ceritakan” lanjut Antonio membuat Om Fredy faham.
    Fredy terkekeh “Oh itu. seperti yang kau lihat sendiri” tukasnya. Sementara Deyami hanya mendesah.
    Antonio melirik Deyami “Nanti akan aku kenalkan pada Matteo” tukasnya membuat Deyami mendelik shock. Namun kemudian ia tersenyum kepada Antonio. Ya, suatu keberuntungan baginya kalau dikenalkan dengan Matteo Ferrari. Siapa tahu ada kesempatan. Bathinnya.
    Deyami celingak-celinguk memerhatikan paddock. Ia melihat seorang pembalap yang tengah sibuk mengobrol dengan salah satu mekanik. Itu pasti Stefano Manzi, teman satu tim nya Matteo. Bathinya. Deyami terus memerhatikan pria itu hingga pria itu menoleh kearahnya dan tersenyum padanya. Deyami membalas senyum pria itu. Ohhh bukan Stefano Manzi. Bisiknya dalam hati. Stefan-o...stefan?. Deyami kembali terpaku dengan nama itu. Sejenak ia kembali teringat kepada sosok Stefan. Pria yang belakangan ini selalu menghantui fikirannya. Pria yang dikenalnya beberapa hari lalu saat penerbangan PDG-CKG. Sampai detik ia berada di Qatar kinipun Stefan tidak menghubungi nya lagi sejak beberapa hari lalu. Deyami mengutuk-ngutuk dalam hati. Kesal dengan Stefan yang mungkin berbohong kepadanya.

    “Oh ya, dimana Matteo?” Tanya Alisa yang tidak melihat kehadiran Matteo Ferrari disana.
    “Oh, mungkin masih dihospitality. Nanti juga muncul. Lagipula latihan bebas masih setengah jam lagi” tukas Antonio.

    Tante Alisa mengangguk-angguk faham. Detik selanjutnya Om Fredy dan Antonio juga Tante Alisa tampak tengah asik melanjutkan obrolan mereka. Tampaknya  mereka ber-nostalgia karena sudah lama tidak bertemu. Sementara Deyami hanya diam menyaksikan. Karena merasa bosan berdiam diri disana, Deyami memutuskan untuk sekedar berjalan-jalan disekitar paddock. Lagipula ia ingin melihat-lihat kesibukan orang-orang dipaddock lain. Gak sia-sia nih Om Fredy punya temen yang ternyata bapaknya Matteo Ferrari. Gumamnya pelan sambil memegang ID Card yang tergantung dilehernya. Dengan ID card Guest  Paddock dan juga guest  San Carlo Team Italia yang tergantung manis dilehernya itu, ia menjadi lebih leluasa menjelajahi arena paddock tanpa harus ditegur oleh petugas keamanan yang ada disana.

    Deyami berjalan santai menyusuri area paddock. Ia celingak-celinguk kebingungan. Ooo, jadi gini ya suasana paddock. Tukasnya kagum. Ia kemudian berjalan menyusuri paddock . Tampak beberapa orang yang mengenakan seragam team berlalu lalang dan sibuk dengan kegiatannya masing-masing disana. Deyami mengangkat kedua alisnya dan terus berjalan.
    “Hei Nona!” pekik seorang pria tinggi yang mengenakan seragam hitam. Ternyata itu adalah seorang petugas keamanan. Deyami menoleh pria itu “Ya?” jawabnya.
    Pria itu kemudian menoleh kearah ID Card yang tergantung pada leher Deyami. Ia kemudian melemparkan sebuah senyuman kepada Deyami dan mempersilahkan Deyami kembali jalan.
    Deyami membalas senyum pria itu dan kemudian berbalik badan. Ia kemudian mengernyit dahi. Oh, aku dikira penyusup kali ya? Fikirnya dan kemudian lanjut menelusuri arena paddock.

    Ketika tengah Asik berjalan, Deyami tiba-tiba berniat untuk mengabadikan hari pertamanya di sirkuit Losail itu. Hitung-hitung pamer ke teman grup asoy di whatsapp. Bathinnya. Ia kemudian merogoh tas nya. Mencari-cari keberadaan kamera yang tidak kunjung ia temukan. SHIT!!  Pekiknya pelan saat menyadari  bahwa kamera yang ia cari tertinggal dikoper yang ada didalam mobil diparkiran. Tak mau putus asa ia kemudian memanfaatkan kamera yang ada diponsel miliknya. Baru saja ia ingin mengambil sebuah selfie dirinya, tiba-tiba ponselnya berdering. Membuat Deyami merasa kesal. “Yahelah Om Fredy!” gumamnya saat nama Om Fredy muncul dilayar ponsel itu.

    “Halo Om?”
    “Kok menghilang? Sekarang dimana?” pekik Om Fredy dalam telepon.
    “Hehe. Aku lagi jalan-jalan keliling area paddock nih, Om. Bosan disana terus”
    “Ya ampun. Ini kan malam. Sekarang segera kembali kesini. Cepat!” tukas Om Fredy.

    Deyami kemudian mematikan telepon dan menaruh ponselnya kembali ke dalam tas. Ia mengutuk-ngutuk dalam hati kesal karena Om Fredy menggagalkan niat manisnya. Dengan langkah yang cepat dan tergesa-gesa, ia kembali menuju paddock  milik Matteo Ferrari. Ketika tengah tergesa-gesa ponsel miliknya kembali berdering. Sambil terus berjalan ia merogoh ponselnya yang ada di tas tanpa memperhatikan jalan yang ada dihadapannya.

    GUBRAKKK!
    “Oh gosh!” pekik seorang pria yang ditabrak oleh Deyami.
    “Maaf! aku lagi buru-bur...” tukas Deyami tepat saat ia tak sengaja menabrak seseorang yang ada dihadapannya. Namun mulutnya kemudian tak berdaya saat ia menoleh pria yang ditabraknya. Pria itu tak merespon permintaan maafnya. Ia hanya menatap Deyami tak peduli dan kemudian berlalu meninggalkan Deyami.

    Deyami terpaku sesaat. Aliran darahnya terasa berhenti. Ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Ia telah menabrak pembalap Moto3 Niccolo Antonelli-yang merupakan salah satu rider idolanya. Selama ini ia hanya bisa menatap Nicco di layar televisi yang ada dirumahnya atau dilayar ponsel miliknya. Dan baru saja ia bertabrakan dengan Nicco. Menatap langsung wajah ganteng unyu manis mempesona-nya-Nicco. Kesempatan yang selama ini hanya ada dibenak dan khayalannya. Tapi, betapa bodohnya ia saat itu-melewatkan kesempatan itu-begitu saja. Bahkan untuk sekedar meminta sebuah foto bersama Nicco pun ia tak berdaya. Ya ampun Nicco! Aku ketemu Nicco! Pekiknya bahagia. Sesaat kemudian ia kembali dengan wajah datar setelah mengingat reaksi Nicco terhadap nya. Nicco yang berlalu begitu saja tanpa merespon permintaan maafnya. Deyami menoleh kebelakang. Nicco yang tadi ditabraknya sudah menghilang. Deyami mendesah “Nicco yang sombong” bisiknya dalam hati. Ia kemudian kembali berjalan  menuju paddock dimana Om dan Tantenya sudah menunggu.

    Sesampainya dipaddock mata Deyami langsung tertuju pada seorang pria yang mengenakan kostum lain dari yang lain. Pria ini mengenakan kostum balap. Deyami hafal persis dengan wajah pembalap ini. Ya, tentu saja , yang tidak lain tidak bukan adalah  Matteo Ferrari. Merasa ada yang memerhatikan, Matteo mengangkat wajahnya. Ia kemudian melemparkan senyuman ramah kepada Deyami yang tengah memerhatikannya. Deyami kaget bukan main, ia kemudian membalas senyuman dari Matteo-sampai sebuah tepukan dipundak membuat Matteo mengalihkan tatapan dan senyuman dari Deyami. Cepat-cepat, karena takut salah tingkah, Deyami beranjak mendekati Om dan Tantenya yang masih asik mengobrol bersama Antonio dan para mekanik.

    “Om. Ada apa?” sapa Deyami ketika berada tepat didekat Om Fredy.
    “Astaga! Kemana saja kamu?” cetus Om Fredy.
    “Jalan-jalan!” jawabnya simple sambil menahan senyum.
    “Ah kau datang diwaktu yang tepat Deyami. Sebentar” Antonio kemudian celingak celinguk mencari keberadaan putranya. “Nah itu Matteo. Dia tampak masih sibuk dengan para mekanik. Mungkin membicarakan tentang strategi mereka. Nanti setelah latihan bebas akan aku kenalkan kau padanya” tukas Antonio kepada Deyami.
    “Oh. Terima kasih Om” jawab Deyami dengan santainya.
    “Nah! Matteo akan segera turun kelintasan. Ayo kedepan agar kau bisa melihatnya dilintasan.” ajak Antonio.
    Deyami melotot semangat. Bodoamat liatin Matteo, kan bisa sekalian liatin Nicco dan yang lain. Fikirnya.

    Mereka berempat pun bergerak menuju tepi lintasan untuk melihat aksi para penunggang kuda besi menggeber motor berkapasitas 25Occ.Deyami sangat antusias melihat aksi balapan ini-karena memang inilah yang ia dambakan sedari dulu. Melihat balapan tidak hanya ditelevisi saja, tetapi langsung disirkuit. Antonio bersorak saat Matteo melintas dan memberitahu Om Fredy bahwa yang melintas barusan adalah putra nya. Deyami merasa bodo dengan teriakan Antonio. Ia sekarang menanti-nanti Nicco melintas dihadapannya. Tidak berapa lama Nicco melintas dihadapannya. Meskipun ia tidak dapat melihat dengan begitu jelas, namun Deyami sangat yakin kalau yang barusan lewat itu adalah Nicco-pembalap dengan nomor 23. Tiba-tiba Deyami teringat dengan insiden bertabrakan dengan Nicco tadi. Syukur ia meleng saat Nicco berjalan kaki. Nah, coba kalau disaat Nicco menggeber motor begini. Sudah pasti dia mati karena ditabrak motor berkapasistas 250cc.

    Antonio juga Om dan Tantenya tampak begitu antusias ketika Matteo melintas dihadapan mereka. Sementara Deyami hanya menyaksikan dan sesekali ia teriak jika yang melintas dihadapannya adalah rider idolanya. Antonio selalu melirik Deyami saat gadis berwajah asia itu meneriaki nama Nicco. Bukan nama putranya. Deyami yang sadar akan hal itu kemudian melemparkan sebuah senyuman kepada Antonio. Ia mengerti apa yang Antonio fikir tentang dirinya. Wah! Mampus. Pasti dikira gak tau diri nih. Secara kan aku ada disini berkat Om Antonio.  Bisiknya dalam hati. Sadar akan hal itu, deyami meneriaki Matteo seketika ia melintas. “GASS MATTEO!! GO!!” pekiknya semangat. Matteo juga salah satu rider yang ia kagumi. Karna tampan...bathinnya.

    Deyami tak mau hanya berdiri disana dan berteriak, dia mengeluarkan ponsel miliknya dari dalam tas-mencoba mengambil foto para rider dengan kamera ponsel miliknya. Tapi, tentu saja dia tak berhasil, kamera ponselnya tidak dapat menangkap gerakan cepat para rider yang melaju dengan kecepatan diatas 200km/jam saat trek lurus. Berkali-kali ia mencoba tetapi selalu gagal. Tak mau putus asa, Deyami mencari obyek foto yang lain seperti suasana pit box dan para mekanik yang tengah sibuk. Dengan tujuan yang sama, untuk dipamerkan kepada sahabatnya yang kini mungkin lagi sibuk menggunjing tentang dirinya di Grup Chat Whatsapp. Dengan semangat Deyami berlari-lari kecil menuju Box para rider. Ia sibuk memotret-motret keadaan disana. Memotret team mekanik yang lagi serius menatap layar berukuran kecil-memantau pergerakan rider nya. Deyami merasa ogah memotret para umbrella girl yang sok kecakepan dengan baju ketatnya.

    “Deyami, kemari!” teriak Antonio sambil melambaikan tangannya.
    Deyami berlari-lari kecil menuju ketempat Antonio berada juga Om dan Tantenya. Beberapa orang yang dilewatinya nampak memperhatikannya bingung sambil berbisik-bisik. Deyami sangat tau mereka membicarakannya. Ya, memang karena ia gadis aneh. Tidak seperti kebanyakan gadis disitu yang berpakaian seperti sosis yang dikemas mentok-mentok, alias super ketat. ia hanya mengenakan  pakaian yang kasual, celana skiny jeans dipadu kaos oblong berwarna pink dan cardigan hitam. Tapi ia  tetap merasa percaya diri. Peduli setan mau dibilang orang aneh, yang penting ga telanjang. Gumamnya dalam hati.

    “Ya? Ada apa Om?” tanya Deyami begitu sampai dihadapan Antonio.
    “Kau tak ingin ketemu Matteo? Tuh dia baru saja masuk pit tapi setelah ini dia harus keluar ke lintasan lagi. Ehm tapi sepertinya dia lagi sibuk dengan teamnya. Biasa membicarakan tentang motor” jelas Antonio.
    Deyami nyengir “Oh. Hehe, nanti saja Om” jawabnya simple. “Ah itu Matteo keluar lintasan lagi, dia berusaha memaksimalkan waktu” ujar Antonio. Deyami hanya menoleh sesaat.

------

    Sesi latihan  bebas pertama untuk kelas Moto3 pun berakhir. Dan lima belas menit lagi adalah latihan bebas untuk kelas Moto2. Deyami hanya menganggap bodoh untuk kelas Moto2. Ia tidak memiliki jagoan yang harus disemangati. Itu berarti ia tak harus berdiri disana untuk berteriak. Antonio kemudian mengajak Fredy dan Alisa juga Deyami kembali ke paddock.

    Sesampainya di paddock. Deyami langsung bertemu pandang dengan Matteo yang masih duduk dengan menggunakan kostum balap nya. mungkin pembalap itu masih kelelahan dan kepanasan. Karena ia begitu menikmati hembusan angin dari kipas yang ada dihadapannya. Matteo hanya menatap Deyami aneh. Halah, paling fans! Tapi, lumayan juga. Bathinnya.
           
    “Matteo! Lihat siapa yang datang” pekik Antonio tepat saat ia melihat Matteo.
    Matteo menoleh kearah Antonio, Om Fredy juga Tante Alisa yang berdiri terpisah dari Deyami. “Oh hai. Tuan Fredy dan Nyonya Alisa. Sangat senang kalian kembali datang disini.” sapanya tampak akrab dengan Om Fredy dan Tante Alisa. Matteo kemudian berdiri dan menghampiri Om Fredy juga Tante Alisa. “Maaf aku baru bisa menghampiri kalian. Tadi sangat sibuk. Biasa...hehe” lanjutnya. Sementara itu, Deyami hanya berdiri dan menyaksikan mereka yang tampak begitu akrab.

    “Oh ya. Kali ini mereka datang tidak hanya berdua saja” ujar Antonio yang kemudian menoleh kearah Deyami. “Deyami, kemarilah” tukasnya. Dengan tampang gerogi, Deyami berjalan mendekati Antonio dan Matteo juga Om dan Tantenya.
    “Nah, Matteo. Perkenalkan, ini adalah keponakan Fredy” tukas Antonio.
    Oh, ternyata bukan fans ku. Bisiknya dalam hati. “Hi...” sapa Matteo ramah sembari melemparkan sebuah senyuman. Deyami hanya membalas dengan menekuk sedikit lehernya dan tersenyum kepada Matteo. Deyami begitu gerogi hingga dia tak mampu sedikitpun berkata-kata. Detik selanjutnya Matteo minta izin untuk kebelakang.

    Antonio juga Om Fredy dan Tante Alisa kembali melanjutkan obrolan mereka.
Deyami kembali menjadi penonton. Merasa bosan ia kembali memutuskan untuk berjalan-jalan ke arena paddock. Sebenarnya ia ingin ke pitlane. Tapi, sepertinya keliling paddock lebih mengasikan. Hitung-hitung jalan-jalan malam sambil melihat-lihat kesibukan orang-orang yang ada dipaddock. Tau aja ada pembalap yang tidak sibuk dan bisa dimintain foto. Bathinnya. Deyami pamit kepada Om dan Tantenya juga Antonio untuk sekedar berjalan-jalan. Antonio memperbolehkan asal Deyami tak keluar dari arena paddock.

    Deyami  terus melangkah sambil mengambil-ngambil gambar dari ponsel miliknya. Ia begitu serius dengan gambar yang ia ambil. Sesekali ia mengambil selfie. Lumayan untuk pamer ke para bahlul. Bathinnya. Ia terus mengambil gambar sebaik mungkin hingga sebuah suara mengejutkannya.

    “Hi” sapa seorang pria, rupanya ia seorang pembalap juga, dilihat dari kostum yg ia kenakan. Deyami mengingat siapakah pembalap ramah yang ada dihadapannya ini? Bajunya didominasi warna hitam dan biru. Deyami berusaha mengingat-ngingat siapa nama pembalap yang sedang berdiri dihadapannya itu. Ah, Andrea Migno!  Pekiknya dalam hati setelah ingat dengan pembalap yang ada dihadapannya.
    “Hi juga” sahut Deyami dengan senyuman.
    “Kau siapa, bagaimana kau bisa ketempat ini?” tanya Migno.
    Deyami lantas mengerutkan dahinya. Pertanyaan konyol. Bathinnya. “Oh aku datang atas Om Antonio Ferrari” Jelas Deyami.
    “Oh...Oh ya kenalkan aku Migno”  ujar Migno sambil mengulurkan tangannya.
    Deyami menyambut tangan itu baik “Deyami” ujarnya.
    “Kau siapanya Mr. Ferrari? Apakah keponakannya? Aku tak pernah melihatmu. Dan sepertinya kau dari Asia ya. Maaf jika aku banyak bertanya” celetuk Migno memberikan pertanyaan bertubi-tubi.
    “Ah...tak apa. Kami hanya berteman, maksudku Om dan Tante ku sahabat Mr. Antonio Ferrari sewaktu di Italy. Aku sendiri dari Indonesia. Kedatangan ku kesini jelas untuk ajang balapan bergengsi ini” Tukas Deyami.
    “Wow...Kau dari Indonesia? Aku mendengar banyak cerita tentang keindahan negara itu. Ingin sekali berkunjung kesana” tukas Migno penuh semangat membuat Deyami bangga menjadi orang Indonesia.
    “Oh ya?” kata Deyami tak percaya.
    “Tentu saja” jawab Migno. Sementara Deyami hanya tersenyum.
    “Oh ya, boleh aku minta foto?” ujar Deyami mencari kesempatan.
    “Oh ya. Tentu saja boleh” jawabnya. Menit selanjutnya Matteo datang menghampiri mereka.

    “Hi” sapa Matteo kepada Deyami dan Migno. Deyami hanya merespon dengan senyuman, begitu juga dengan Migno.
    “Baiklah Deyami. Aku pergi dulu” ujar Migno mohon diri karena enggan dengan kehadiran Matteo yang tampaknya lebih akrab dengan Deyami.
    Deyami mengangguk “Thanks atas fotonya ya” ujarnya kepada Migno. Migno pun berlalu meninggalkan Deyami bersama Matteo.

    “Jadi namamu Deyami?” tanya Matteo. Deyami hanya menjawab dengan anggukan. Ia belum berani membuka mulut untuk menjawab setiap kata yang keluar dari mulut Matteo. Dia diam bukan karena bau mulut atau sariawan. Tetapi karena takut salah tingkah.
    “Apa kau dari Indonesia? Sama  seperti Tuan Fredy?” tanya nya. Deyami kembali mengangguk tanpa sepatah kata keluar dari mulutnya. Tentu saja ini membuat Matteo heran. “Kenapa kau dari tadi hanya mengangguk? Apa kau bisu?”
    Deyami mendelik Matteo “Kau bilang aku bisu?” sergahnya kesal.
    Matteo terkekeh “jika aku tidak berkata begitu sepertinya kau tidak akan mengeluarkan suara mu” ujarnya. Deyami hanya mencibir tanpa menatap Matteo. Matanya begitu sibuk melihat-lihat setiap orang yang lewat.

    “Nicco!!” pekiknya tepat saat matanya melihat Nicco yang tengah lewat. Nicco menoleh Deyami. Ia tak memperdulikan dan terus berjalan. Wanita itu lagi! Bathinnya.
    “Nicco!! Tunggu!” pekik Deyami kembali membuat Nicco terpaksa menghentikan langkahnya. Deyami menatap Matteo “Tunggu sebentar” tukasnya. Matteo hanya mengangguk dengan muka datar.

    Dengan segera Deyami berlari-lari kecil menghampiri Nicco. “Nicco, boleh aku minta  autograph mu?” ujar Deyami tepat saat ia sampai dihadapan Nicco. Nicco hanya merespon dengan senyum terpaksa. Deyami segera mengeluarkan t-shirt dengan logo dan tulisan ‘nicco23’ yang telah ia siapkan sebelumnya. Menganggap Deyami adalah fans nya, Nicco memberikan autograph nya di t-shirt itu. Merasa kurang puas mendapatkan satu autograph dari Nicco, Deyami mengeluarkan ponselnya. Ia meminta autograph Nicco di case ponselnya. Nicco hanya menurut.

    Dari kejauhan, tampak Matteo terus memperhatikan Deyami dan Nicco. Dalam hati ia merasa kesal dengan Deyami. Nicco yang hanya lewat saja dipanggil demi meminta autograph. Kenapa dengan aku tidak? Padahal aku dengan senang hati sudah mengajak nya mengobrol. Sial! Makinya dalam hati.

    “Thanks Nicco. Uhmm...bolehkah aku minta foto mu? Maksudku foto kita berdua” ujar Deyami memanfaatkan waktunya sebaik-baiknya saat bertemu rider idolanya. Nicco tidak menolak. Ia tahu apa yang di inginkan para fans dari nya. autograph, foto, dan bahkan pelukan atau ciuman dari nya.

    Deyami segera menyiapkan kamera depan dari ponselnya. Ia kemudian mencari pose sedekat mungkin dengan Nicco dan...cklick. foto pertama kabur karena efek getaran dari tangan Deyami. Gadis ini tampak gerogi. “Sorry, Nicco. Aku gerogi saat didekatmu” ujarnya. Nicco hanya maklum. Deyami kemudian mengambil pose lagi, dan...cklick. foto kedua masih tetap sama kaburnya dengan foto pertama tadi, bahkan lebih parah. Deyami menatap Nicco dengan senyuman enggan. Nicco membalas senyuman Deyami dengan senyuman masam. “Sorry, Nicco. Aku masih saja gerogi” ujarnya.

    Atas pengakuan Deyami, dengan refleks Nicco merebut ponsel itu dari tangan Deyami. “biar aku saja yang mengambil fotonya” tukas Nicco mulai bosan. Deyami tak menolak. Ia kemudian mencari pose sebaik mungkin dan...ckilck. foto yang diambil Nicco sangat baik.
    Nicco kemudian memberikan ponsel itu kepada Deyami. Dengan rasa penasaran Deyami melihat hasil jepretan nya barusan “Oh lihatlah. Kita tampak sangat serasi Nicco” ujarnya dengan santai.
    Nicco mengernyit dahi atas penuturan deyami. “kau bilang apa barusan?” tanya nya.
    “Oh tidak. Lupakan. Tunggu disini sebentar ya. Please!” tukas Deyami. Kemudian ia berlari –lari kecil menuju Matteo yang masih berdiri disana memerhatikan Deyami dan Nicco.
    “Matteo, tolong ambilkan foto ku dan Nicco ya. Please” ujarnya dengan santai. Matteo tak menolak. Ia dengan senang hati menuruti permintaan gadis kurang ajar yang ada dihadapannya ini. Kurang ajar? Bagaimana tidak. Matteo juga punya hati untuk dihargai. Bagaimana mungkin gadis ini  meminta dia untuk mengambilkan foto dengan orang lain, sementara dengan dirinya saja ia sama sekali tidak meminta. Matteo sebenarnya merasa kesal dengan perlakuan Deyami. Tapi tak apalah. Ia hanya menghela nafas.

    Deyami segera mengambil pose sebaik mungkin. Dalam hitungan ketiga ponsel Deyami yang diberikannya kepada Matteo untuk mengambil fotonya dengan nicco telah mendapatkan hasil foto yang bagus.
    “Ada lagi?” tanya Nicco kepada Deyami.
    Deyami diam sejenak ia berfikir. Apalagi yang ia ingin lakukan mumpung Nicco ada dihadapannya. “tentu saja ada!” ujar Deyami.
    Nicco mengernyit dahi “Apa?”
    “izinkan aku memeluk mu” ujar Deyami tanpa keragu-raguan.
    “memeluk ku?”
    “Ya”
    “baiklah. Untuk sekali ini dan tak akan lagi” tukas Nicco.
   
    Tanpa banyak mikir Deyami langsung memeluk rider idolanya itu. Nicco sampai dibuat sesak karena saking eratnya pelukan fans aneh nya ini. Anjirrrr harum banget! Malaikat malam ku...keringatmu sungguh harum mempesona. Gumam Deyami dalam hati. Menit selanjutnya, karena merasa cukup puas bisa memeluk Nicco, Deyami melepas pelukannya. Ia tampak bahagia sekali. Sementara itu, matteo sendiri menggidik kesal dengan apa yang baru saja dilihatnya. Adegan macam apa ini?  Bathinnya. Ia menatap Deyami dan Nicco kesal.

    Nicco menatap Matteo. Ia kemudian menatap Deyami yang masih tampak bahagia. Kemudian ia membalik badan dan melangkah meninggalkan Deyami dan Matteo. Baru saja melangkah Deyami kembali memanggilnya. Gadis ini benar-benar fans yang aneh. Ujar Nicco dalam hati.
    “Nicco! Tunggu!” pekik Deyami.
    “Nicco menghentikan lagi langkahnya “ada apa lagi?” sahutnya.
    Deyami mengulurkan ponselnya kepada Nicco “tolong ambilkan foto ku bersama Matteo ya. Please” ujarnya dengan santai dan tanpa basa-basi. Nicco shock bukan main. Baru kali ini ia melihat ada fans yang menyuruhnya mengambilkan foto dan bukan foto bersamanya. Sementara Matteo, ia tersenyum sendiri. Akhirnya, mau juga gadis asia ini meminta foto dengannya.
    “Apa kau gila?” tanya Nicco tak percaya dengan apa yang baru saja Deyami katakan padanya.
    “Tidak! Aku tidak gila. Tolong ya” ujar Deyami.
    “Aku tak mau” tukas Nicco kesal. Dasar fans tak tahu diri!  Kutuknya dalam hati.
    “Kalau Matteo saja mau mengambilkan foto kita berdua, kenapa kau tidak?” sergah Deyami membuat Nicco mati kutu. Mau tak mau, akhirnya Nicco menurut. Sementara Matteo hanya menggeleng-geleng lucu dengan aksi Deyami.

    Nicco meraih ponsel yang Deyami berikan padanya dengan reaksi yang kesal. Kalau saja tidak banyak orang disitu. Mungkin ia telah menelan fans tak tahu diri macam Deyami. Bagaimana kalau diantara orang banyak itu ada wartawan dan mengetahui hal ini? Bisa-bisa ia akan menjadi bulan-bulanan berita para wartawan atau jurnalis. “Pembalap Muda Asal Italy (Niccolo Antonelli) Tunduk Terhadap Fans’ atau... ‘Pembalap Muda Asal Italy (Niccolo Antonelli) Alih Profesi Menjadi Tukang Foto’. Begitu kira-kira judul berita yang ada di surat kabar atau situs web jika ada wartawan yang mengetahui hal ini. Nicco celingak-celinguk memerhatikan keadaan sekitar. Aman...tak ada sama sekali orang selain dari para mekanik yang berlalu lalang.

    Deyami berdiri tepat disamping Matteo. Ia kemudian mencari pose sebaik mungkin. Hitungan ketiga, Nicco telah berhasil mengambilkan foto Fans tak tahu diri nya dan salah satu rival nya. nicco pun memberikan ponsel itu kepada Deyami dan ia pun berlalu meninggalkan Deyami dan Matteo tanpa sepatah kata pun.
    “Thankyou so much Nicco! Senang bertemu dengan mu” pekik Deyami.

            Nicco sama sekali tak memperdulikan. Senang bertemu dengan ku? Hah! Sial bertemu dengan mu! Kutuk Nicco kesal sambil terus berjalan menuju paddock milik guru nya-Valentino Rosi. Sepanjang jalan itu pula lah Nicco terus mengutuk-ngutuk kesal dengan fans yang tak tahu diri macam Deyami. Dasar tak tahu diri!  Kutuknya kembali.

    “Hei hei hei! Sepertinya ada yang lagi kesal” tukas Francesco Bagnaia kepada Romano Fenati saat melihat kehadiran Nicco-temannya dengan wajah kusut. Pecco dan Fenny adalah teman satu negara Nicco sekaligus teman satu perguruan pada VR46-Rider Accademy milik Valentino Rosi. Pecco adalah pembalap asal Italy dengan MAPFRE Team MAHINDRA. Sedangkan Fenny juga pembalap asal Italy dengan SKY Racing Team VR46.
   
Nicco mendelik Pecco saat Pecco mencibirnya, namun Pecco hanya tertawa kecil. “Ada apa dengan mu?” tanya Pecco.
    “Kau fikir saja. Apa rasanya jika seorang fans menyuruh mu mengambilkannya sebuah foto bersama idolanya yang lain. Atau mungkin kekasihnya!” ungkap Nicco.
    “Hei, kau baru saja menjadi tukang foto fans mu?” sindir Pecco. Membuat Fenny terkekeh.
  
    Nicco menatap Pecco kesal. Detik selanjutnya Migno datang dengan membawa setengah lusin minuman energy dingin. Ia melemparkan satu kepada Pecco dan satu kepada Fenny yang sudah sedari tadi menanti.
    “Apa yang terjadi padanya?” tanya Migno yang heran dengan wajah kusut Nicco.
    “Dia baru saja menjadi tukang foto fans nya” sindir Pecco.
    “Sepertinya teman kita ini sangat sayang kepada fans nya” sambar Fenny yang bermaksud menyindir. Kemudian ia terkekeh bersama dengan Pecco dan Migno. Nicco menatap mereka kesal.
    “Hei sudahlah. Jangan kusut seperti itu” tukas Migno sambil melemparkan sekaleng minuman energy dingin kepada Nicco. Dengan refleks, Nicco menangkap minuman energy itu.
    Nicco membuka minuman energy dingin kemasan kaleng itu dan meneguk isinya. “Bagaimana aku tidak kesal. Seumur hidup baru kali ini aku menjadi tukang foto  fans ku sendiri” tukas Nicco.
    Migno terperangah “Hah? Kau serius?”
    “Menurutmu aku berbohong?” tukas Nicco.
    “Bagaimana bisa kau lakukan itu?” tanya Migno yang penasaran.
    “Menjaga harga diriku dihadapan Matteo” tukas Nicco.
    “Maksud mu? Aku tak mengerti” sambar Pecco.
    Nicco menghela nafas. Ia berfikir sejenak, haruskah ia menceritakan kepada teman-temannya? “Awalnya gadis itu hanya meminta autograph dan foto bersamaku. Sama seperti perilaku khalayak fans” tukas Nicco.
    “dan meminta memeluk mu” sambar Fenny membuat Pecco dan Migno terkekeh. Namun Nicco hanya menatap mereka datar.
    “Saat gadis itu meminta ku untuk  berfoto bersamanya, aku sangat kaget saat dia meminta Matteo untuk mengambilkan foto kami. Bahkan aku semakin kaget saat Matteo menuruti gadis itu” lanjut Nicco menjelaskan.
    “Gadis bersama Matteo?” sergah Migno.
    “Ya” jawab Nicco. “Dan setelah Matteo mengambilkan foto kami, gadis itu dengan santainya memintaku untuk mengambilkan fotonya bersama Matteo. Dasar tak tahu diri!” tukas Nicco dengan nada tegang.
    “Lalu, alasan apa yang membuatmu mau melakukannya?” tanya Pecco.
    Nicco mengangkat kedua bola matanya keatas sekejap dan kemudian ia menatap Pecco “Kalau Matteo saja mau mengambilkan foto kita berdua, kenapa kau tidak?” ujar Nicco mengulang dan menirukan gaya bahasa gadis aneh tadi. “Disitu aku berusaha menjaga harga diri ku dihadapan Matteo. Kalau Matteo saja mau mengambilkan foto fans nya. kenapa aku tidak” lanjutnya.
    “Menjaga harga dirimu untuk menjatuhkan martabat mu oleh yang lain?” sambar Fenny.
    Nicco menatap Fenny tajam “aku hanya tak ingin gadis itu menganggap ku sombong dan membanding-badingkan ku dengan Matteo!” bentak Nicco.
    Migno kembali membuka mulut saat Nicco menyebut-nyebut gadis yang bersama Matteo. “Gadis yang mana maksud mu?” tanya nya mencoba untuk lebih meyakinkan apa betul gadis yang tadi berkenalan dengannya yang dimaksud oleh Nicco.
    “Gadis itu berwajah Asia” tukas Nicco yang kemudian kembali meneguk isi kaleng minuman energy nya.
    “Gadis Asia?” seru Pecco dan Venny bersamaan sambil saling tatap.
    “Sudah ku duga!” cetus Migno, membuat Nicco menatapnya lekat.
    “Apa?” tanya Nicco.
    “Gadis itu dari Indonesia. Dia adalah tamu Matteo. Tadi kami sempat berkenalan dan mengobrol. bahkan berfoto bersama. Tapi tak lama Matteo datang menghampiri gadis itu” jelas Migno membuat Nicco sedikit heran.
    Tamu Matteo? Matteo menghampirinya?  Nicco bertanya-tanya sendiri dalam hati. Ah peduli apa dengan gadis itu. Bathinnya kemudian.
    “Apakah dia kekasih Matteo?” tanya Pecco penasaran.
    “Setau ku tidak. Bukankah Matteo masih bersama Alice?” ungkap Migno.
    “Lalu siapa dia? Ada kepentingan apa dia jauh-jauh datang kesini dan menjadi tamu Matteo?” tanya Pecco lagi.
    “Om dan Tantenya sahabat Mr. Ferrari. Jadi mereka kesini karena Mr. Ferrari yang meminta” jelas Migno.
    “Aku penasaran dengan gadis itu” ungkap Pecco.
    “Aku juga” sambar Fenny.
    “Kenapa kalian jadi memikirkan gadis itu hah?!” sergah Nicco kesal.
    “Bagiku gadis itu cukup menarik” cetus Migno apa adanya.
    Nicco menggidik kesal. “terserah kalian!” tukasnya kemudian berdiri dan melangkah dari tempat itu.
    “Kau mau kemana?” tanya Pecco.
    “Ingin kepaddock! Beristirahat!” tukasnya.
    “Tak perlu terlalu kau fikirkan. Kau harus tetap fokus untuk latihan bebas ke-dua nanti” ungkap Migno mengingatkan.
    “Aku tak peduli pada gadis itu!” bentak Nicco dan kemudian berlalu meninggalkan paddock milik gurunya itu dengan tampang kusut. Hal ini membuat sang guru-Valentino Rosi, yang baru saja muncul dipaddock heran dengan salah satu muridnya yang tampak badmood.
    “Kenapa dia?” tanya Vale heran. Pecco, Migno dan Fenny hanya mengangkat bahu. Sementara itu Vale hanya menggeleng dan kemudian mengambil sekaleng minuman energy yang tadi dibawa oleh Migno.

------

    “Kalau begitu aku kembali ke paddock dulu ya” tukas Matteo sesaat setelah mengobrol dengan Deyami. Deyami hanya mengiyakan dengan mengangguk.

    Kini ia tampak tengah memandangi ponsel yang berjarak beberapa cm dihadapannya. Ia tersenyum-senyum sendiri. Senang dengan foto yang ada diponsel nya itu. Foto bersama tiga pembalap muda Moto3- Nicco, Migno, dan Matteo. Tanpa fikir panjang Deyami langsung mengirim foto itu ke Grup Asoy di whatsapp. Ia ingin melihat reaksi sahabat-sahabatnya saat mengetahui bahwa ia berhasil berfoto dengan Nicco dan yang lainnya. Sekaligus ia mengirimkan foto ID card Guest San Carlo yang tergantung manis dilehernya. Menit selanjutnya setelah foto itu ia kirim, ponselnya tak berhenti berdering. Para Bahlul mulai ngegunjing deh! Bathinnya tak memperdulikan. Ia memasukan ponsel itu kedalam tas nya. dan kemudian ia berjalan kembali menjauh dari paddock milik Matteo.

    “Hah itu kan Cruthclow!” Pekiknya tepat saat melihat Cal Cruthclow melintas dihadapannya.
    “Cruthclow!” pekiknya memanggil cruthclow.
    Cruthclow menoleh dan menghentikan langkahnya. Tanpa buang-buang kesempatan, Deyami langsung menghampiri cruthclow dan meminta autograph juga foto bersama. Cruthclow tak menolak.
    “Thanks cruthclow” tukas Deyami sesaat setelah crutchlow memperbolehkannya berfoto bersama. Cruthclow hanya merespon dengan senyuman.

    Deyami kembali fokus dengan siapa saja yang lewat. Ia sangat yakin pasti akan ada banyak rider lagi yang akan melintas dihadapannya. Yap! Detik selanjutnya ia melihat Iannone, Marquez, Lorenzo, Nicky Hayden, dan Aleix Espargaro melintas dihadapannya. Tak mau melewatkan kesempatan, Deyami segera mencegat satu-persatu mereka dan meminta autograph juga foto bersama. Ya! Deyami berhasil. Tak satupun dari mereka menolak. But, dimana Dani Pedrosa? Bathinnya. Ia kemudian celingak celinguk mencari-cari keberadaan Dani Pedrosa ataupun rider lain yang melintas. Rasanya sudah begitu lama Deyami memerhatikan, tapi tak ada lagi rider yang melintas dihadapannya-selain dari team mekanik dari kelas Moto3. Karena itu Deyami memutuskan untuk kembali ke paddock milik Matteo. Cardigan yang menghangati tubuhnya sudah tak mampu lagi menahan terpaan dinginnya udara malam.

    “Dari mana saja kau, sayang?” tanya Tante Alisa tepat saat ia melihat kemunculan Deyami dipaddock.
    “Mencari udara segar Tante. Dan mencari keberuntungan” sahutnya. Tante Alisa hanya tersenyum.

    Deyami memutuskan untuk duduk disudut paddock. Ia kemudian mengeluarkan ponselnya dan melihat jadwal latihan bebas pertama untuk kelas MotoGP. Ia pun melirik jam digital pada ponselnya. Yes! Beberapa menit lagi pekiknya dalam hati. Deyami kembali memandang-mandangi fotonya bersama beberapa rider yang ditemuinya tadi. Ia kembali tersenyum-senyum sendiri. Bahagia dengan apa yang baru saja menimpanya. Baru kali ini ia merasakan bahagia yang sangat berlebih. Hingga jantungnya terasa mau copot keluar karena saking bahagianya.

                                                                                          Bersambung...